Semua orang tahu bahwa ASI memiliki banyak kandungan nutrisi yang bermanfaat bagi tumbuh kembang bayi. Namun tidak ada yang menyangka bahwa ASI juga bisa dijadikan sebagai obat kanker, salah satu penyakit mematikan di dunia.
Adalah Catharina Svanborg, seorang profesor Klinik Imunologi di Universitas Lund Swedia, yang menemukan keajaiban ASI ini. Selain seorang profesor, Catharina juga merupakan Ketua Jurusan Mikrobiologi, Imunologi dan Glycobiologi di Institute of Laboratory Medicine di Swedia.
Awal penemuan manfaat ASI sebagai obat kanker
Semua ini bermula pada awal 90-an ketika Catharina dan mahasiswa pascasarjana bernama Anders Hakansson, tidak sengaja menemukan fakta bahwa kandungan protein dalam ASI ternyata bisa membunuh sel kanker.
Sejak itu, mereka melakukan berbagai eksperimen ilmiah terhadap ASI dan sel kanker. Secara mengejutkan, mereka menemukan bahwa ASI membuat sel kanker menghilang. Svanborg menyebut, ASI menyebabkan sel-sel kanker melakukan ‘bunuh diri’.
“Saat melihat sel tumor yang sekarat melalui mikroskop, kami merasa bersemangat. Terutama saat ekperimen ini diulangi, dan hasilnya tetap sama. Kami sempat menggunakan sel non kanker pada ekperimen serupa, dan sel tersebut tidak mati.” Prof. Svanborg menjelaskan, sebagaimana dikutip dari Telegraph.
Pada percobaan selanjutnya, mereka menemukan bahwa protein ASI yang disebut alpha-lactalbumin mengikat asam lemak. Gabungan protein dan asam lemak ini menciptakan lipida protein kompleks yang ampuh sebagai pembunuh tumor, dan juga menghancurkan sel kanker.
Jenis kanker yang agresif seperti tumor otak, kanker kandung kemih dan kanker usus besar juga berhasil menyusut setelah terpapar protein ini.
Prof. Svanborn menamai zat temuannya sebagai Hamlet (Human alpha-lactalbumin made lethal to tumour cells) dan mematenkan temuannya. Dia mempublikasikan hasil penelitiannya pada jurnal ilmiah The Proceedings of National Academy of Science pada tahun 1995.
Akan tetapi, karena spesialisasi Svanborg adalah imunologi dan tidak pernah terlibat penelitian kanker sebelumnya, banyak pihak yang tidak mempercayai hasil temuannya ini. Bahkan seorang peneliti kanker di Amerika, dengan sinis menyatakan bahwa penelitian Svanborg tidak bisa dipercaya, karena dilakukan pada laboratorium kecil yang tidak terkenal.
Usaha pantang menyerah
Oleh karena itu, selama 20 tahun terakhir, Svanborg berusaha membuktikan bahwa anggapan mereka salah. Dia bersama tim ilmuwannya menguji protein Hamlet pada hewan dan manusia, hasilnya menunjukkan, Hamlet bisa membunuh lebih dari 40 sel kanker tanpa merusak sel baik yang dibutuhkan tubuh.
Peneliti di lab Prof. Svanborg
Percobaan pada tikus menunjukkan, Hamlet membatasi pertumbuhan tumor otak dan kanker kandung kemih. Juga mencegah perkembangan kanker usus besar pada bayi tikus.
Kemudian, eksperimen yang dilakukan pada 9 pasien kanker kandung kemih. Mereka diberikan dosis Hamlet melalui kateter selama lima hari berturut-turut, sebelum para pasien itu menjalani operasi pengangkatan tumor.
8 dari 9 pasien tersebut mulai mengeluarkan sel tumor melalui urin, hanya dua jam setelah diberikan Hamlet. Ukuran tumor mereka juga mengecil, sedangkan jaringan sel yang sehat tidak terpengaruh.
Svanborg mempublikasikan temuan-temuan tersebut pada beberapa jurnal ilmiah yang terpercaya, sehingga perlahan-lahan hasil penelitiannya pun mulai diyakini banyak orang. Dan para peneliti kanker lain mulai melakukan percobaan kandungan ASI melawan sel kanker.
Pada acara Simposium Laktasi dan Ibu Menyusui Medela di Italia, awal April 2017 lalu, Svanborg mengumumkan penemuan terbarunya. Tim penelitinya telah menemukan cara untuk memproduksi formula sintesis dari Hamlet. Yang bisa dikembangkan untuk menjadi obat perawatan kanker yang baru.
“Hamlet siap diproduksi menjadi obat baru. Kami sedang bekerja untuk menyiapkan metode terapi kanker yang baru menggunakan penemuan ini,” ujar Prof. Svanborg dengan penuh semangat.
Percobaan klinis sedang dilakukan pada jenis kanker yang sulit diobati seperti kanker serviks, kanker usus besar dan kanker kandung kemih.
Hamlet memiliki kelebihan dibanding obat perawatan kanker yang sudah ada, karena protein ini hanya menyerang sel kanker dan tidak menimbulkan efek samping pada sel-sel lain yang dibutuhkan tubuh. Sedangkan kemoterapi dan radioterapi memiliki efek samping yang merusak sel tubuh.
Hamlet belum bisa diproduksi sebagai obat kanker dalam waktu dekat
“Saya merasa bersyukur dan bangga kepada semua anggota tim, yang telah bekerja keras tanpa lelah. Kini obat perawatan kanker yang potensial ini siap untuk diciptakan,” kata Prof. Svanborg.
Namun, Hamlet masih harus melalui perjalanan panjang sebelum diterima secara luas sebagai obat anti kanker. Svanborg sendiri mengakui, ia tidak bisa memastikan kapan Hamlet bisa diproduksi sebagai obat terapi kanker.
Dr. Justine Alford, ilmuwan senior di Lembaga Penelitian Kanker Inggris mengatakan, “Penelitian ini tidak memberikan bukti nyata ASI sebagai obat kanker. Studi ini hanya menunjukkan efek positif pada tikus, dan hasil percobaan klinis menyatakan bahwa obat ini aman bagi manusia.”
“Mengembangkan obat kanker baru membutuhkan waktu lama. Karena semua obat baru harus diuji secara ketat, untuk memastikan bahwa obat itu aman dan bekerja dengan baik sebelum diujikan kepada manusia.” Dr. Alford menambahkan.
Oleh karena itu, Prof. Svanborg kini sedang berjuang untuk membuktikan manfaat ASI sebagai obat kanker. Namun, jika usahanya gagal, dia tidak akan mengambil keuntungan finansial dari penelitiannya ini.
Semoga Prof. Svanborg berhasil mencapai tujuannya dalam membuktikan manfaat ASI sebagai obat kanker. Dan bisa diproduksi secara luas, agar bisa menjadi alternatif perawatan kanker bagi mereka yang membutuhkan.
Baca juga:
Penelitian: Otak bayi ASI terbukti berkembang lebih cepat!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.