Inilah pengalaman alami baby blues yang aku alami. Semua bermula ketika aku melahirkan dia. Dia yang hingga saat ini memberikanku tenaga ekstra untuk menjalani kehidupan sampai detik ini.
Danish Ryo Pratama, anak pertamaku, lelaki pertama yang bisa mengalahkan cintaku pada suamiku dan ayahku.
Hanya dia yang saat ini benar-benar menjadi prioritasku untuk melakukan apapun. Dulu yang serba emosi menghadapi cobaan hidup, berubah menjadi agak sedikit lembut, berkat senyumannya, yang mampu menciptakan senyumku di saat masalah besar datang.
Ryo, begitu dia dipanggil, memberikanku arti kehidupan yang sebenarnya. Cita-cita yang sempat tertunda, hingga akhirnya bergejolak kembali ketika dia mulai menunjukkan senyumnya. Saat ini, aku berusaha untuk menghidupkan kembali ide-ide yang sudah lama terkubur yang rasanya tidak akan pernah ku gali lagi.
Semua karena dia, anak lelakiku. Dialah sang motivator bagiku saat ini.
Umurnya saat ini baru 1 tahun 7 bulan. Masih kecil dan sedang lucu-lucunya. Saat ini dia sudah mahir segalanya. Mahir berjalan, mahir mengunyah, bahkan apapun yang sedang ku makan, akan direbut seketika olehnya, hahaha. Ia pun sudah mahir berlari, dan juga mahir membantuku membereskan mainannya.
Ah, rasanya hidupku akan ku korbankan hanya untuk kebahagiaannya. Tapi semua itu, tidak membuatku lupa akan kejadian di awal-awal ketika dia keluar dari rahimku. Mungkin saat itu aku mengalami “baby blues”. Entahlah, aku kurang mengerti dan semoga saja itu tidak benar.
Pengalaman Alami Baby Blues di Awal Aku Menjadi Ibu
Pengalaman alami baby blues ini bermula ketika aku merasakan jika aku tidak bisa berfungsi sebagaimana seorang ibu. Aku merasa tidak bisa menjadi ibu yang baik.
Aku tidak diizinkan menggendongnya, tidak diizinkan untuk menenangkannya ketika dia menangis, dan juga tidak diberikan kesempatan yang lebih lama lagi untuk bisa mengalirkan air susuku untuknya.
Artikel Terkait : Stres hingga Panik, 7 Artis Ini Akui Pernah Mengalami Baby Blues
Rasanya setiap hari mustahil tanpa air mata saat itu. Rasanya kebahagiaan setelah kelahirannya begitu menyedihkan bagiku. Semua itu terjadi ketika aku pulang dari rumah sakit.
Ya, ketika itu aku benar-benar kecewa dengan ibu mertuaku, termasuk ibu kandungku sendiri.
Di benak, kenapa mereka hanya menyayangi cucunya tanpa memedulikan perasaanku yang baru saja menjadi seorang ibu? Mengapa aku tidak diberikan kesempatan untuk menikmati menjadi seorang ibu saat itu.
Memang apa yang mereka lakukan bukan tanpa alasan. Atau tindakan mereka kala itu dianggap yang terbaik? Ya, terbaik untuk mereka, namun tidak untukku.
Menurut mereka, aku sangat lelah karena aku melahirkan secara caesar sehingga butuh istirahat. Oleh sebab itu semua keperluan Ryo pun diurus oleh mereka.
Mungkin tindakan ini tidak mereka sadari telah melukaiku. Ya, ketika itu aku merasa tidak menjadi ibu yang berguna. Aku merasa tidak bisa menjadi ibu yang selayaknya seorang ibu, seorang ibu yang melakukan tugasnya.
Setiap malam aku menangisi keadaanku. Ingin rasanya aku membawa kabur anakku. Tapi apa daya, keadaanku saat itu masih sangat lemah. Duduk saja aku masih pusing apalagi harus berdiri membawa dia pergi dari rumah itu.
Suamiku pada saat itu tahu jika aku mengalami pergolakan batin dan juga tahu jika aku tidak menyukai cara ibuku dan ibunya dalam mengasuh anakku.
Tapi, dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menenangkanku saat itu. Suamiku juga bingung harus bagaimana memberitahu kedua Ibunya supaya bisa memberiku kesempatan untuk setidaknya menggendong anakku sedikit lebih lama dari biasanya.
Artikel Terkait : 8 Tips Mengatasi Baby Blues Sebelum Melahirkan dan Kenali Juga Penyebabnya
Aku Merasa Kehilangan Kesempatan…
Waktu yang kulalui saat itu begitu lama rasanya walaupun nyatanya tidak begitu lama. Tapi entah mengapa, aku melewati itu semua dengan kekesalan dan kesedihan di hati. Apalagi di saat mereka memutuskan untuk memberi susu formula untuk anakku saat itu.
Aku sedih, benar-benar sedih. Padahal bidan yang ada di rumah sakit sudah bilang bahwa air susuku terbilang banyak. Sayang, hal itu tidak berpengaruh untuk kedua ibuku hingga mereka memberikan susu formula untuk anakku.
Mereka beranggapan jika anakku sering menangis karena kurang minum ASI. Nyatanya setelah berbulan-bulan lamanya baru ketahuan, ternyata anakku tidak tahan dengan dinginnya AC sehingga dia sering rewel dan menangis kencang di malam hari.
Rasa bersalahku sedikit berkurang saat itu, setidaknya aku berpikir jika tangisan dia muncul karena dinginnya AC bukan karena kelaparan. Tapi semua sudah terlambat, anakku sudah terbiasa dengan susu formulanya.
Ada hal yang sangat menyedihkan lagi sebenarnya. Setelah dia mulai terbiasa dengan susu formulanya, aku masih diam -diam memberikan ASI-ku kepadanya tanpa sepengetahuan mereka bahkan tanpa sepengetahuan suamiku. Ya, tapi pada akhirnya aku tentu saja memberitahu suamiku juga.
Surprise, anakku masih menikmati asiku. Tapi apa yang ku dapat saat aku memberitahu mereka akan hal itu?
Aku, Seorang Ibu Baru yang Membutuhkan Dukungan Keluarga
Mereka merendahkanku. Mereka takut kualitas asiku tidak bagus dan takut bisa menyebabkan perut anakku kembung. Aku terperanjat dan rasanya luka dan rasa kecewa yang aku rasakan semakin bertambah dalam.
Tapi, di mana hati mereka saat mereka berkata seperti itu? Apa mereka tidak sadar jika kalimat tersebut membuatku sedih? Apa mereka tidak bisa menjaga hatiku dengan tidak mengeluarkan kalimat menyakitkan itu? Ah, rasanya ingin menangis lagi jika ingat kejadian itu. Rasanya perasaanku benar-benar campur aduk.
Tapi sudahlah, apapun itu, aku memang masih membutuhkan mereka. Tentu saja juga membutuhkan dukungan.
Hingga hari ini aku masih saja menyesal kenapa aku tidak bisa membangkang dan kenapa aku tidak bisa mempertahankan asiku. Banyak teman yang memberikan motivasi, tapi semua itu buyar ketika perkataan kedua ibuku yang menyakitkan itu mulai kembali menggaung di telingaku.
Sudahlah. Namun, aku pun bertekad tidak akan menjadi mereka ketika sudah punya cucu nanti.
Artikel Terkait : Beragam Tips Mengatasi Baby Blues pada Ibu, Suami Bisa Bantu Melakukannya
Aku tidak tahu apa yang akan mereka rasakan dan bicarakan jika akhirnya tulisan ini berhasil diterbitkan. Aku tidak pernah mengutarakannya selama ini. Mungkin seharusnya aku bisa mengatakannya. Tapi entahlah, aku tidak mampu.
Hanya lewat tulisan inilah aku mencoba menggambarkan hal yang menjadi pemicu pengalaman alami baby blues.
Aku juga yakin mereka akan mengatakan jika aku terlalu terbawa perasaan jika aku berani jujur kepada mereka.
Tapi aku berjanji, suatu saat kelak, ketika aku menjadi seorang nenek untuk pertama kalinya, aku akan mendukung menantuku untuk mengasuh anaknya sesuai dengan pola asuh yang dia percayai. Karena setiap ilmu pasti berkembang, kita tidak bisa hidup hanya dari ilmu di masa lalu.
Pesanku untuk Para Ibu Baru
Dear all, percayalah, menjadi seorang ibu itu susah. Susah apalagi jika tidak mendapat dukungan yang penuh dari keluarga dan suami.
Jujur, di dalam keheningan malam, hingga saat ini aku masih sering menangis diam-diam. Aku menyesal kenapa tidak bisa memberikan ASI-ku untuk anakku. Rasanya hanya beberapa hari saja aku mengalirkannya ASI untuk anakku.
Untuk semua ibu yang ada di luar sana, semangatlah. Percayalah, pengorbananmu, baik itu perasaan ataupun waktumu, semua akan diingat oleh anakmu kelak. Rasa sayangmu untuknya tidak bisa terganti dengan apapun begitu juga rasa sayangnya untukmu nantinya.
Tulisan ini aku dedikasikan untuk semua ibu, termasuk untuk ibu kandungku dan ibu mertuaku.
Maafkan aku, mungkin akan dianggap menjadi anak yang durhaka yang hingga sekarang masih merasa sangat kecewa terhadap tindakan kalian. Terima kasih sudah memberikan pelajaran yang berharga karena aku tidak akan mengulangi kesalahan kalian terhadap anak menantuku kelak.
Semoga saja…
Dan untuk suamiku, mungkin dirimu saat itu belum begitu memahami keadaan istrimu. Tapi jujur, aku juga kecewa karena tidak membantuku untuk bertahan dengan keyakinanku.
Dan akhirnya, hingga detik ini, aku hanya bertahan hidup karena anakku, bukan karena siapa-siapa. Aku akan menjadikan dia seorang anak yang cerdas yang bisa menjaga perasaan perempuannya kelak. Cerdas dalam hal menjaga perempuannya di mana pun dia berada.
Semoga pengalaman alami baby blues ini tidak perlu dirasakan oleh istrimu kelak. Mama akan berusaha untuk membantu membesarkan cucu mama. Ryoku, Mama sangat mencintaimu sampai kapanpun.
Ditulis oleh Nesy Widya Sari, VIPP Member theAsianparent ID
Baca Juga:
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.