Belum lama berselang penembakan massal di sekolah Amerika Serikat, kini kejadian serupa terulang kembali. Seorang pria berusia 45 tahun melakukan penembakan massal di rumah sakit dan mengincar seorang dokter bedah. 4 orang tewas dalam penembakan massal tersebut
Penembakan Dokter Bedah Dilatarbelakangi Sakit yang Tak Kunjung Usai
Sumber: Unsplash
Seorang pria bernama Michael Louis diidentifikasi menjadi pelaku tunggal penembakan dokter bedah pada Rabu lalu (1/6/2022).
Beberapa saat sebelumnya, pelaku menelfon Rumah Sakit St. Francis di Tulsa, Oklahoma, Amerika Serikat karena mengeluhkan punggungnya yang masih sakit setelah operasi punggung.
Diketahui bahwa Michael Louis sebelumnya menjalani operasi punggung dan keluar dari rumah sakit pada 24 Mei silam.
Tidak hanya itu, polisi juga menemukan sepucuk surat dari pelaku yang menjelaskan bahwa pembunuhan itu rupanya telah direncanakan.
Artikel Terkait: Hati-hati! 12 Kebiasaan Ini Picu Sakit Punggung Bawah
Membeli Senjata Secara Legal Beberapa Jam Sebelumnya
Sumber: Unsplash
Michael Louis datang dari Muskogee, Oklahoma yakni sekitar 80 kilometer dari lokasi kejadian.
Dari keterangan pihak berwenang, Michael Louis berencana untuk menembak sang dokter bedah operasi, dr. Phillips dan siapa pun yang menghalanginya.
Ada pun dr. Philips (59 tahun) tewas di lorong setelah Michael Louis menembak beserta rekannya dr. Stephanie Husen (48 tahun), seorang pasien, dan seorang resepsionis.
Michael Louis mendapatkan senjata api secara legal beberapa hari sebelum penembakan. Dia juga membeli sepucuk pistol 3 hari sebelumnya.
Menembak Dirinya Sendiri Saat Polisi Tiba
Sumber: Unsplash
Polisi tiba di lokasi kejadian 3 menit setelah mendapat panggilan terkait insiden. Saat petugas tiba, korban sudah terkapar tak bernyawa beserta sang tersangka yang menembak dirinya sendiri limat menit kemudian.
Beberapa korban juga juga terluka akibat penembakan itu. Lokasi kejadian adalah kantor ortopedik di lantai 2 gedung kesehatan tersebut.
Artikel Terkait: Kembali Terjadi, Begini Kronologi dan Fakta Penembakan Massal di Texas
Masyarakat Menyayangkan Mudahnya Pembelian Senjata Api di Amerika Serikat
Sumber: Unsplash
Kejadian penembakan berturut-turut seolah tak pernah usai. Masyarakat masih dilanda syok akibat penembakan di supermarket di New York, gereja di California, dan pembunuhan masal di Texas dalam jeda 2 minggu saja.
Semuanya melibatkan penembakan akibat senjata api yang mudah untuk didapatkan. Tidak mengherankan jika masyarakat Amerika mulai geram akibat 233 penembakkan massal pada tahun 2022 saja.
Komentar mengenai kejadian ini pun mengutuk kebijakan Amerika Serikat yang memudahkan orang tak bertanggung jawab dalam menggunakan pistol.
Salah seorang pasien yang datang untuk berobat mendapati rumah sakit sudah dipenuhi oleh pihak berwenang dan orang yang menangis.
Dikutip dari CNN, Lachelle Nathan menjelaskan situasi itu begitu buruk dan menakutkan. “Ini menakutkan, menyedihkan. Menantu saya berasal dari dekat sini, dan tiba-tiba ada kejadian seperti ini. Saya tidak merasa aman untuk keluar rumah sama sekali, Anda tahu?”
Menantu Lachelle Nathan juga sepakat, “Seperti yang Anda lihat di televisi, tetapi tak mungkin terjadi. Dan lihatlah, sekarang ini terjadi di depan Anda langsung.”
***
Baca Juga:
3 Siswa Tewas dalam Penembakan di Sekolah Oxford Michigan, Pelakunya Anak Bau Kencur
Meghan Markle Kunjungi Uvalde, Setelah Tragedi Penembakan Massal di Texas
Suami dan anak jadi korban penembakan di Selandia Baru, begini curahan sang istri
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.