Penelitian menunjukkan bahwa belajar filsafat seminggu sekali dapat mempermudah anak di dalam mata pelajaran matematika dan bahasa Inggris. Penelitian ini berlangsung di Inggris dengan melibatkan 3000 anak di 48 sekolah.
Anak-anak tersebut belajar filsafat dalam format diskusi membicarakan tentang kebenaran, pengetahuan, persahabatan, dan keadilan. Mereka juga dipancing untuk bertanya, menanggapi, dan bertukar pikiran satu sama lainnya.
Anak yang mengambil belajar filsafat tersebut mengalami kemajuan pesat dalam matematika dan sastra sekalipun tujuan dari pelajaran tersebut bukan untuk meningkatkan pelajaran itu.
Para guru juga melaporkan bahwa belajar filsafat membuat anak lebih bisa mendengarkan sesamanya dan mengajarkan anak untuk lebih percaya diri.
Penelitian ini dilakukan oleh Education Endowment Foundation (EEF atau Yayasan Sumbangan Pendidikan) yang memiliki misi untuk mengurangi kesenjangan antara penghasilan keluarga dan pencapaian pendidikan. EEF juga menemukan bahwa ternyata belajar filsafat membuat perilaku anak lebih terkontrol seperti halnya efek yang ditimbulkan oleh obat tertentu.
22 sekolah telah diuji coba untuk belajar filsafat sekali seminggu dalam waktu 40 menit. EEF juga mengontrol kualitas sekolah seperti adanya makan siang gratis untuk anak-anak dan jumlah anak yang nilainya kurang.
Setelah dua tahun menjalani pola tersebut di sekolah, nilai anak-anak menjadi lebih meningkat, “anak-anak bisa mengeksppresikan dirinya dan memperbarui cara mereka berpikir. Selain itu, mereka juga jadi lebih logis dan lebih bisa menyambungkan ide,” terang Kevan Collins, kepala eksekutif EEF seperti yang dikutip oleh Qz.
Program ini awalnya bernama “Filsafat untuk Anak” yang dikembangkan oleh Matthew Lippman dari New Jersey pada tahun 1970. Misi utamanya adalah untuk mengajari anak berpikir lewat dialog filsafat.
Kemudian pada tahun 1992, the Society for the Advancement of Philosophical Enquiry and Reflection in Education (SAPERE atau Komunitas Filsafat Lanjutan) dibentuk di Inggris dan diadopsi oleh 60 sekolah.
Program SAPERE bukanlah membaca materi Plato maupun Immanuel Kant seperti yang biasa dibayangkan oleh pembelajar fiksafat lainnya. Melainkan diskusi, berdialog, dan membangun argumentasi.
Collins berharap, penelitian soal manfaat filsafat untuk anak-anak tersebut dapat dijadikan bukti oleh sekolah agar mengajarkannya lagi ke lebih banyak sekolah. Biaya untuk mengikuti program ini berkisar antara IDR 300.000 dalam satu periode program.
Filsafat (Philosophy) berasal dari kata Philo dan Logos, artinya ilmu tentang cinta kebijaksaan. Ilmu ini adalah induk dari segala ilmu mulai dari matematika, bahasa, hukum, kedokteran, etika, seni, dan sebagainya.
Di Indonesia, materi filsafat tidak terlalu dikenal luas. Bahkan, pada tingkat perguruan tinggi pun, hanya sedikit kampus yang memiliki program studi filsafat. Selain itu peminatnya kurang banyak karena dianggap jurusan yang “berat” dan kurang menghasilkan lulusan yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Bahkan, banyak orang menganggap bahwa filsafat tidak penting untuk dipelajari. Hal itu disebabkan karena kurangnya informasi atau bisa jadi juga karena doktrin agama tertentu yang melarang umatnya untuk belajar filsafat dikarenakan kekhawatiran tertentu.
Padahal, filsafat membuat orang lebih berpikir logis dan memiliki pemikiran yang berbeda dari lainnya sehingga anak bisa memecahkan permasalahannya sendiri. Sedangkan, di sekolah dasar sampai SMA sendiri, masih banyak mata pelajaran yang membutuhkan hafalan daripada penalaran dan logika.
Sehingga hal t=itu anak cenderung kurang kreatif dalam berpikir dan memiliki pemikiran yang seragam satu sama lainnya. Di filsafat, seseorang akan diajari caranya mempertahankan pendapat, menghargai pendapat, dan memiliki pandangan berbeda dari yang lainnya.
Bagaimana Parents, ingin mengajarkan filsafat pada anak juga?
Baca juga:
Cerita Matematika: Belajar Matematika Lewat Cerita
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.