Gatal-gatal yang umumnya dirasakan oleh ibu hamil biasanya timbul akibat perubahan hormon, peregangan pada kulit, dan meningkatnya sensitivitas kulit. Namun, tahukah Bunda, ada penyakit autoimun yang dapat menyebabkan kulit gatal dan melepuh saat hamil? Penyakit ini bernama pemphigoid gestationis (PG).
Pemphigoid gestationis (PG) merupakan penyakit langka yang dapat menyerang bumil saat trimester kedua atau ketiga. PG diperkirakan terjadi pada 1 dari 40.000 hingga 50.000 kehamilan.
PG ditandai dengan munculnya ruam kemerahan dan lepuh yang sangat gatal di area perut, kadang juga muncul di bagian tubuh lainnya. Penyakit ini disebabkan oleh sistem imun yang tidak bekerja secara optimal.
Sistem imun terlalu aktif memproduksi antibodi yang seharusnya melindungi tubuh justru menyerang jaringan kulit sehingga timbul peradangan.
Artikel Terkait: Rasa Gatal di Kulit Saat Hamil; Sebab dan Cara Mengatasinya
Pada umumnya, PG akan sembuh dengan sendirinya beberapa hari atau minggu setelah proses persalinan. Dalam kasus langka, PG juga dapat bertahan lebih lama.
Dahulu, PG kerap dikaitkan dengan herpes gestationis. Namun, sekarang telah diketahui bahwa PG tidak memiliki keterkaitan dengan virus herpes. Ada juga jenis pemphigoid (penyakit autoimun yang mengakibatkan lepuh pada kulit) yang tidak terkait dengan kehamilan.
Gejala Pemphigoid Gestationis
PG biasanya ditandai dengan gejala-gejala, seperti:
- Munculnya bintik-bintik kemerahan di sekitar pusar hingga menyebar ke bagian tubuh lainnya dalam kurun waktu beberapa hari atau minggu. Namun, bagian wajah, kulit kepala, telapak tangan, dan telapak kaki biasanya tidak terpengaruhi.
- Setelah dua hingga empat minggu, bintik-bintik kemerahan tersebut berkembang menjadi lepuh besar kemerahan yang berisi cairan. Lepuhan ini biasa disebut “bula” yang bisa menimbulkan rasa tidak nyaman pada ibu hamil. Selain berkembang menjadi lepuh atau bula, bintik-bintik kemerahan tersebut juga dapat berkembang menjadi bercak merah menyembul yang disebut “plak”.
- Menjelang akhir masa kehamilan, lepuhan dapat mengecil dan hilang dengan sendirinya. Namun, pada 75-80% kasus bumil penderita PG, bagian kulit yang mengalami peradangan akan terasa sangat gatal dan meradang sampai waktu persalinan.
PG bisa kambuh saat menstruasi atau pada kehamilan berikutnya. Penggunaan kontrasepsi oral seperti pil KB juga dapat memicu kembali munculnya PG.
Tidak hanya itu, PG ternyata juga dapat muncul pada bayi yang baru lahir. Meski demikian, ini merupakan hal yang langka. PG pada bayi yang baru lahir dapat terjadi dengan perbandingan 1 dari 100.000 kelahiran.
Penyebab Terjadinya Pemphigoid Gestationis
PG merupakan penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuh itu sendiri. Pada PG, sel yang diserang adalah sel plasenta.
Jaringan plasenta mengandung sel dari kedua orangtua. Sel yang diturunkan dari ayah dapat mengandung molekul yang dianggap sebagai benda asing oleh sistem kekebalan ibu. Ini menyebabkan sistem kekebalan ibu bergerak melawan mereka.
Walaupun sel dari ayah selalu ada pada setiap kehamilan, penyakit autoimun seperti PG hanya terjadi pada beberapa kasus saja. Belum dipahami secara jelas mengapa pada beberapa bumil, sistem kekebalan mereka menyerang molekul sel ayah.
Suatu molekul yang dikenal sebagai MHC II yang biasanya tidak ada di plasenta ditemukan pada bumil penderita PG. Diyakini, molekul inilah yang memicu sistem imun bumil memproduksi antibodi.
Molekul MHC kelas II bertanggung jawab atas perekatan lapisan kulit. Begitu sistem imun mulai menyerang molekul tersebut, lepuh dan plak yang merupakan gejala utama PG akan timbul.
Reaksi autoimun ini dapat ditandai dengan munculnya protein yang bernama Kolagen XVII (sebelumnya dikenal dengan sebutan BP180).
Pemphigoid Gestationis atau PUPPP?
Penyakit kulit saat kehamilan yang tampak mirip dengan PG adalah pruritic urticarial papules and plaques of pregnancy (PUPPP). Seperti halnya PG, PUPPP dapat terjadi pada trimester ketiga dan biasanya muncul pertama kali di bagian perut berupa bintik-bintik atau plak kemerahan yang gatal. Bagaimana mengetahui perbedaan PG dan PUPPP?
Berbeda dengan PG, PUPPP biasanya tidak berkembang menjadi lepuh besar berisi cairan. Wilayah peradangan juga sering menyebar ke kaki hingga ketiak, sedangkan PG biasanya hanya di bagian perut.
Prevalensi terjadinya kasus PUPPP adalah 1 kasus per 150 kehamilan. Tentu saja ini lebih sering terjadi jika dibandingkan dengan PG. PUPPP cenderung terjadi pada kehamilan pertama, pada ibu hamil yang mengandung anak kembar, dan kembar tiga atau lebih.
PUPPP dapat diobati dengan krim dan salep antigatal, juga dengan tablet antihistamin. Ruam biasanya hilang dengan sendirinya dalam waktu enam minggu setelah melahirkan.
Artikel Terkait: Gatal tak tertahankan saat hamil, hati-hati gejala kolestasis obstetri, Bumil sudah tahu?
Diagnosis Pemphigoid Gestasionis
Jika dokter mencurigai PG pada ibu hamil, ia akan memberi rujukan ke dokter kulit untuk biopsi kulit. Dokter kulit akan menganestesi lokal ke kulit yang meradang dan mengambil sampel kecil untuk diamati di laboratorium.
Jika laboratorium menemukan tanda-tanda pemphigoid, mereka akan melakukan tes lebih lanjut yakni analisis imunofluoresensi yang dapat memastikan ada tidaknya PG.
Dokter juga akan mengambil sampel darah untuk mengetahui kadar antigen pemphigoid Collagen XVII / BP180 dalam darah. Ini dapat membantu mereka mengetahui aktivitas PG yang dialami bumil.
Perawatan Pemphigoid Gestationis
Jika gejala yang dialami tidak begitu parah, dokter akan meresepkan krim antigatal yang dikenal sebagai kortikosteroid topikal. Krim akan menenangkan kulit dengan mengurangi tingkat aktivitas sistem imun pada bagian yang meradang.
Obat alergi yang dijual bebas (antihistamin) juga dapat meredakan gejala. Berikut obat yang dapat dipilih, dan obat ini tidak menyebabkan kantuk:
- Cetirizin (Zyrtec)
- Fexofenadine (Allegra)
- Loratadine (Claritin)
Adapun obat yang dapat menyebabkan kantuk, yaitu Diphenhydramine (Benadryl). Obat ini paling dianjurkan diminum pada malam hari. Jenis obat ini dapat membantu bumil penderita PG untuk tidur nyenyak karena bertindak sebagai pereda rasa gatal pada kulit yang meradang.
Obat-obat tersebut bisa didapatkan tanpa resep dokter. Obat generik pun sudah cukup mampu bekerja efektif seperti obat paten dan jauh lebih murah. Perlu diperhatikan, bumil harus konsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengonsumi obat apa pun selama kehamilan.
Perawatan Rumahan yang Dapat Dilakukan Bumil Penderita PG
Dokter biasanya akan menyarankan beberapa hal yang bisa dilakukan ibu hamil di rumah untuk meredakan rasa gatal dan ketidaknyamanan akibat PG ringan, seperti:
- Mengompres kulit yang meradang
- Menjaga lingkungan agar tetap sejuk atau bisa menggunakan AC
- Berendam dengan larutan garam Epsom atau oatmeal
- Memakai pakaian berbahan katun yang adem.
Penanganan Dokter untuk Bumil Penderita PG Akut
Jika rasa gatal dan iritasi semakin parah, kemungkinan besar dokter akan meresepkan kortikosteroid oral. Obat ini dapat mengurangi aktivitas sistem imun.
Dokter akan menganjurkan dosis paling rendah. Sebelumnya dokter juga sudah mempertimbangkan efek dari obat pada bumil dan janin yang dikandung serta meminimalkan dosis dan durasi pengobatan.
Obat imunosupresif seperti azathioprine atau cyclosporine juga dapat digunakan untuk membantu mengurangi rasa gatal dan ketidaknyamanan. Namun, perlu Bunda ketahui ada beberapa pemeriksaan berkala yang harus dilakukan untuk menghindari efek samping obat imunosupresif:
- Memeriksa tekanan darah satu atau dua kali seminggu untuk bulan pertama konsumsi obat
- Memantau fungsi ginjal dengan tes darah dan urin
- Memantau fungsi hati, asam urat, dan profil lipid.
Komplikasi Pemphigoid Gestationis
Sebuah studi tahun 2009 menemukan bahwa PG pada trimester pertama atau kedua dapat berdampak buruk pada janin. Studi dilakukan pada 61 bumil penderita PG yang berasal dari Inggris dan Taiwan.
Dampak buruk pada janin bumil penderita PG di trimester pertama atau kedua seperti:
- Kelahiran prematur
- Berat badan lahir rendah
- Ukuran bayi termasuk kecil dibandingkan rata-rata bayi normal
PG lebih sering muncul di akhir trimester kehamilan. Ketika terjadi pada trimester pertama atau kedua, ahli sangat menyarankan bumil merawat dan memantau kehamilan karena dapat berisiko tinggi. Sisi positifnya, studi ini menemukan bahwa pengobatan dengan kortikosteroid sistemik (oral) tidak terlalu memengaruhi kehamilan.
Artikel Terkait: Waspada, rasa gatal saat hamil juga bisa berisiko gawat janin
Pemfigoid gestationis memang merupakan gangguan kulit langka yang biasanya terjadi di trimester akhir kehamilan. Rasanya gatal dan tidak nyaman, tetapi tidak mengancam jiwa janin maupun ibu hamil.
Jika PG terjadi pada awal kehamilan, ada sedikit peningkatan kemungkinan bayi lahir prematur atau bobot bayi rendah. Pemantauan secara intensif oleh dokter kandungan dan dokter spesialis kulit sangatlah dianjurkan.
Walaupun penyakit ini langka, tidak ada salahnya bagi bumil untuk waspada terhadap gatal-gatal di kulit yang dirasakan pada masa kehamilan. Jika mengalami gejala-gejala pemphigoid gestationis berupa kulit gatal hingga muncul lepuhan seperti penjelasan di atas, langsung cek ke dokter, ya, Bun!
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari, MD
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Baca Juga:
7 Jenis Alergi Kulit Saat Hamil dan Bisa Memengaruhi Janin, Bumil Wajib Tahu