Setiap keluarga punya nilai budaya yang berbeda-beda. Batasan anggota tubuh yang boleh dilihat oleh sesama anggota keluarga pasti berbeda-beda. Pertanyaannya adalah, kapan anak mulai tidak boleh melihat orangtuanya telanjang?
Saat ia masih kecil, Ayah maupun Bunda pun pasti pernah mengajaknya mandi bersama. Lagipula, Bunda juga perlu membuka dadanya agar dapat memberi anak ASI yang dibutuhkannya.
Bahkan, para ibu banyak yang masih mengizinkan anaknya ‘mentil’ sekalipun ia sudah lepas sepenuhnya dari ASI, Beberapa orangtua sampai kebingungan untuk mengajarkan perihal tubuh privasi mana yang boleh dilihat anak dan mana yang tidak boleh.
Orangtua yang terbiasa memakai bikini saat di pantai memiliki batas toleransi lebih longgar soal bagian tubuh mana yang boleh dilihat anak. Berbeda dengan orangtua yang ibunya mengenakan hijab yang lebih dulu membatasi anaknya untuk melihat orangtuanya telanjang.
Sebagian orang berpendapat bahwa saat sudah selesai ASI, ia sudah tidak boleh melihat payudara ibunya. Tetapi ada yang masih memperbolehkan dada ibu terlihat oleh anaknya karena menganggap bahwa anaknya tidak akan berpikir vulgar jika melihat ibunya telanjang.
Artikel Terkait : Perkembangan anak 4 tahun 11 bulan, anak mulai bisa ceritakan pengalamannya sendiri
Mulai kapan waktunya anak tidak boleh melihat orangtuanya telanjang?
Ada beberapa tanda agar orangtua berhenti telanjang di depan anak, apa saja?
Namun, apa tanda utama yang harus diperhatikan orangtua agar tahu kapan harus mulai saling menjaga anggota tubuh mana yang boleh terlihat dan mana yang tidak boleh? Kapan anak sebaiknya harus berhenti kita anggap anak kecil yang tidak bereaksi saat melihat orangtuanya telanjang?
1. Saat orangtua mulai mengajarkan anggota tubuh
Orangtua pasti tak asing dengan pengenalan anggota tubuh anak dan kaitannya dengan melindungi mereka dari kejahatan pelecehan seksual. Di tahap ini, anak mulai belajar, anggota tubuh mana yang boleh dipegang dan dilihat oleh orangtua dan orang kepercayaannya, serta mana saja anggota tubuh yang tidak boleh dilihat orang lain.
Karena sudah mendidik anak dengan pemahaman ini, anak akan mulai belajar tentang hal yang tabu dan tidak tabu. Jika ia sudah tahu bagian tubuh mana yang harus ditutupi dan mana yang tidak, maka Anda tak akan merusak pemahaman dirinya soal batasan berpakaian, bukan?
Jadi, nila Parents sudah mengenalkan batasan tubuh dalam pendidikan seksual secara dini, momen ini juga yang menandakan agar orangtua tidak bertelanjang di depan anak.
Artikel Terkait : Perkembangan sosial anak jauh lebih penting ketimbang nilai A, ini alasannya!
2. Saat ia mulai malu-malu ketika melihat orang lain berpakaian terbuka
Saat ia mulai malu melihat orang mengenakan pakaian yang terbuka, sebaiknya orangtua berhenti untuk telanjang.
Tanda selanjutnya yang sebaiknya Parents perhatikan ialah saat anak sudah mulai mengenal rasa malu ketika melihat seseorang yang berpakaian terbuka. Biasanya ini terjadi pada anak laki-laki pada perempuan dewasa.
Saat ia melihat tayangan televisi atau melihat perempuan seksi secara langsung, bisa jadi ia memalingkan wajah atau justru tersipu malu melihatnya. Hal ini terjadi karena didikan orangtua yang telah memberikan batasan tentang anggota tubuh yang tabu dan tidak tabu dilihat.
Sehingga hal ini terkenang di dalam ingatannya bahwa anggota tubuh itu tak boleh dlihat lagi oleh orang lain, bahkan orangtuanya sendiri. Begitupun berlaku sebaliknya.
Artikel Terkait : Sejauh mana faktor keturunan pengaruhi perkembangan anak? Ini penjelasan para ahli
3. Ketika ia sudah mulai ingin mengunci toilet saat mandi
Saat anak sudah ingin mengunci toiletnya sendiri, tandanya Anda sudah harus berhenti telanjang di depan anak.
Jika anak sudah menerapkan pentingnya menutup pintu toilet saat mandi dan kegiatan membersihkan diri lainnya. Jika selama ini kita berpikir bahwa anak tidak punya pilihan atas keputusan itu, kini saatnya kita mulai memikirkan hal tersebut.
Romper menyatakan bahwa kita harus mulai mengajari anak bahwa tubuh yang telanjang adalah sesuatu yang alami tergantung lokasinya. Namun perlu ditambahkan juga, bahwa setiap negara dan rumah memiliki budayanya tersendiri.
Semoga pertimbangan kita saat mengasuh anak adalah menyesuaikan dengan perkembangan zamannya. Bukan karena ego kita semata.
Baca juga:
6 Tips Agar Toilet Training Lancar dan Sukses
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.