X
theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
kemendikbud logo
Panduan ProdukMasuk
  • Kehamilan
    • Kalkulator perkiraan kelahiran
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
    • Project Sidekicks
  • Artikel Premium
  • Breastfeeding Week 2023
  • Cari nama bayi
  • Perawatan Ibu dan Bayi
  • Kulit Bayi
  • Rangkaian Edukasi
    • Pengasuhan Anak
    • Edukasi Prasekolah
    • Edukasi Sekolah Dasar
    • Edukasi Remaja
  • TAPpedia
  • TAP Rekomendasi
  • Anak
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Anak
    • Praremaja & Remaja
  • Parenting
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • COVID-19
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Korea Update
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kebudayaan
    • Kecantikan
    • Keuangan
    • Marvelous Asian Mums Special 2021
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
    • Sarapan Bergizi
  • Videos
    • Kata Pakar Parenting
    • Plesiran Ramah Anak
    • Pilihan Parents
    • Kisah Keluarga
    • Kesehatan
    • Kehamilan
    • Event
    • Tumbuh Kembang
  • Belanja
  • Ayah manTAP!
    • Kesehatan Ayah
    • Kehidupan Ayah
    • Aktivitas Ayah
    • Hobi
  • VIP
  • Awards
    • TAP x Tokopedia Awards 2023

Bocah 9 tahun di Kalimantan tewas akibat dianiaya orangtuanya, mengapa bisa terjadi?

Bacaan 4 menit
Bocah 9 tahun di Kalimantan tewas akibat dianiaya orangtuanya, mengapa bisa terjadi?

Sepasang orangtua dari Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat ditangkap karena menganiaya anaknya hingga meninggal dunia.

Kasus orangtua menganiaya anak kembali terjadi di Indonesia. Kali ini kasus tersebut ditemukan di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Seorang anak ditemukan meninggal dunia dengan tubuh penuh lebam

Dilansir dari Kompas.com, seorang anak laki-laki ditemukan meninggal dunia di rumahnya Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Selasa (7/1/2019) siang. Mirisnya, anak laki-laki yang masih berusia 9 tahun tersebut ditemukan meninggal dunia dengan tubuh yang penuh memar dan lebam.

Kapolres Kubu Raya AKBP Yani Permana mengungkapkan bahwa dari hasil autopsi, anak laki-laki tersebut mengalami pendarahan di kepala, ulu hati, dan perut. Bocah malang tersebut juga mengalami luka lebam di muka kanan dan ada sobekan di dagu.

“Setelah autopsi selesai, korban langsung dimakamkan,” terang Yani.

Artikel terkait: Anak Mengalami Kekerasan oleh Pengasuh? Kenali Tanda-tandanya

Penyebab kematian diduga akibat penganiayaan

Orangtua menganiaya anak 3

Ilustrasi orangtua menganiaya anak hingga tewas.

Mengingat kondisi tubuh korban yang penuh dengan memar dan lebam. Penyebab kematian bocah malang tersebut diduga karena dianiaya oleh orangtuanya.

“Saat ini, ibu kandung dan ayah tiri korban kita amankan di Polsek Kakap untuk proses lebih lanjut,” ujarnya, Rabu (8/1/2020).

Lebih lanjut, Yani mengatakan bahwa dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), penyidik menemukan gagang sapu yang patah. Gagang sapu itu diduga menjadi alat yang digunakan pelaku untuk menganiaya korban.

Dari pemeriksaan awal, ibu kandung korban telah mengakui menganiaya korban. Namun hal itu dilakukan beberapa waktu lalu.

“Korban diketahui juga sempat demam tinggi, dua sampai tiga hari sebelum meninggal dunia kemarin,” ungkap Yani.

Kasus dugaan orangtua menganiaya anak hingga meninggal dunia

Orangtua menganiaya anak 4

Dugaan tersebut pun terbukti benar. Anak laki-laki yang meninggal dunia dengan tubuh penuh memar dan lebam itu merupakan korban penganiayaan kedua orangtuanya.

Kasat Reskrim Polres Kubu Raya Iptu Charles BN Karimar mengatakan bahwa pelaku penganiayaan ialah ibu kandung dan ayah tiri korban sendiri. Keduanya pun kini dijerat dengan pasal 80 dan pasal 76 Undang-undang tentang Perlindungan Anak.

“Untuk kedua orangtuanya, kini telah diamankan dan dalam pemeriksaan penyidik,” ujar Charles, Kamis (9/1/2020).

Artikel terkait: Balita di Denpasar jadi korban kekerasan, pelaku adalah pacar ibu korban!

Mengapa orangtua tega membunuh anaknya sendiri?

Orangtua menganiaya anak 1

Kasus penganiayaan dan pembunuhan yang dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya sendiri dapat memiliki latar belakang yang beragam. Menurut Dr. Danardi Sosrosumihardjo SpKJ, situasi orang yang sehat dan orang sakit (gangguan mental) menjadi perbedaan saat orangtua melakukan hal kejam ini.

“Orang sehat yang membunuh anaknya bisa saja berada di situasi dalam kekacauan dan perang, membela diri, dalam situasi kekesalan atau kemarahan yang memuncak. Bisa juga karena dalam tekanan yang tinggi,” ungkap Danardi dikutip dari Liputan6 Jumat (04/3/2016).

Adapun pada orang sakit atau yang memiliki gangguan mental biasanya juga memiliki penyebabnya sendiri. Misalnya karena dia memiliki karakter impulsif di mana dia bisa berubah perilaku tiba-tiba.

“Bisa juga karena daya tahan yang kurang sehingga beban (yang relatif sedang dan berat) mengubah mereka menjadi impulsif,” jelasnya.

Selain itu, orangtua yang memiliki gangguan jiwa berat bisa melakukan hal ini karena kekacauan perilaku dan pola pikir yang dialaminya.

“Gangguan psikotik berat ketika seseorang sudah alami halusinasi dan delusi yang menyerang pikiran,” tambahnya.

Artikel terkait: Menyedihkan, Pelaku Kekerasan Pada Anak Ini Ternyata Ibunya Sendiri

Bocah 9 tahun di Kalimantan tewas akibat dianiaya orangtuanya, mengapa bisa terjadi?

Adapun halusinasi yang dimaksud di sini ialah halusinasi dengar. Di mana biasanya dia mendengarkan bisikan seperti mengomando atau memerintah untuk melakukan sesuatu.

“Di mana adanya bisikan seperti menyuruh, mengomandokan, memerintah, ‘Bunuhlah dia’, ‘Bunuhlah anakmu’. Adapun delusi di mana pikiran orang yang tidak rasional. Misal ia merasa menjadi tuhan atau nabi, atau pikiran kecurigaan yang sangat besar dan berlebihan (paranoid),” ungkap Danardi.

Di sisi lain, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga mengungkapkan ada  banyak faktor yang mempengaruhi orangtua berlaku di luar batas kewajaran. Dalam hal ini menganiaya atau membunuh anaknya.

“Pemicu (orangtua menganiaya anaknya) bisa dari personal, faktor stres tinggi seperti ekonomi, keluarga. Beragam,” ucap Santoso sebagai perwakilan dari KPAI sebagaimana yang dikutip dari Kompas.com.

Ia menerangkan bahwa faktor-faktor tersebut sangat dominan sehingga orangtua dapat melakukan kekerasan terhadap anak. Bahkan dalam beberapa kasus, sang anak menjadi obyek dari kondisi internal yang bersangkutan.

Cerita mitra kami
Waspada Penyakit Hepatitis Misterius, 3 Anak di DKI Jakarta Meninggal Dunia
Waspada Penyakit Hepatitis Misterius, 3 Anak di DKI Jakarta Meninggal Dunia
Tips Cerdas Hadapi New Normal, Ikuti Cara Berikut
Tips Cerdas Hadapi New Normal, Ikuti Cara Berikut
Bunda bisa jadi pahlawan melawan COVID-19, begini caranya
Bunda bisa jadi pahlawan melawan COVID-19, begini caranya
Momen Spesial S-26 Loyalty Program Mengajak Keluarga Terpilih Ke Singapura
Momen Spesial S-26 Loyalty Program Mengajak Keluarga Terpilih Ke Singapura

Referensi: Kompas.com

Baca juga

Kekerasan Terhadap Anak – Anda pun Bisa Jadi Pelakunya!

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

img
Penulis

Fadhila Auliya Widia Putri

  • Halaman Depan
  • /
  • Berita Terkini
  • /
  • Bocah 9 tahun di Kalimantan tewas akibat dianiaya orangtuanya, mengapa bisa terjadi?
Bagikan:
  • Kesal pada majikan, ART ini mencakar wajah bayi kembar berusia 14 bulan

    Kesal pada majikan, ART ini mencakar wajah bayi kembar berusia 14 bulan

  • Bayi 12 bulan disiksa oleh pembantu rumah tangga hingga tewas

    Bayi 12 bulan disiksa oleh pembantu rumah tangga hingga tewas

  • 35 Drama Korea Romantis Terbaik dan Populer, Ada Kisah Manis hingga Bikin Nangis

    35 Drama Korea Romantis Terbaik dan Populer, Ada Kisah Manis hingga Bikin Nangis

  • 10 Artis yang Tak Malu Gendong Anaknya dengan Kain Jarik

    10 Artis yang Tak Malu Gendong Anaknya dengan Kain Jarik

  • Kesal pada majikan, ART ini mencakar wajah bayi kembar berusia 14 bulan

    Kesal pada majikan, ART ini mencakar wajah bayi kembar berusia 14 bulan

  • Bayi 12 bulan disiksa oleh pembantu rumah tangga hingga tewas

    Bayi 12 bulan disiksa oleh pembantu rumah tangga hingga tewas

  • 35 Drama Korea Romantis Terbaik dan Populer, Ada Kisah Manis hingga Bikin Nangis

    35 Drama Korea Romantis Terbaik dan Populer, Ada Kisah Manis hingga Bikin Nangis

  • 10 Artis yang Tak Malu Gendong Anaknya dengan Kain Jarik

    10 Artis yang Tak Malu Gendong Anaknya dengan Kain Jarik

Daftarkan email Anda sekarang untuk tahu apa kata para ahli di artikel kami!
  • Kehamilan
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Praremaja
    • Usia Sekolah
  • Parenting
    • Pernikahan
    • Berita Terkini
    • Seks
    • Keluarga
  • Kesehatan
    • Penyakit
    • Info Sehat
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Keuangan
    • Travel
    • Fashion
    • Hiburan
    • Kecantikan
    • Kebudayaan
  • Lainnya
    • TAP Komuniti
    • Beriklan Dengan Kami
    • Hubungi Kami
    • Jadilah Kontributor Kami
    • Tag Kesehatan


  • Singapore flag Singapore
  • Thailand flag Thailand
  • Indonesia flag Indonesia
  • Philippines flag Philippines
  • Malaysia flag Malaysia
  • Sri-Lanka flag Sri Lanka
  • India flag India
  • Vietnam flag Vietnam
  • Australia flag Australia
  • Japan flag Japan
  • Nigeria flag Nigeria
  • Kenya flag Kenya
© Copyright theAsianparent 2023. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan |Peta situs
  • Fitur
  • Artikel
  • Beranda
  • Jajak

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

theAsianparent heart icon
Kami ingin mengirimkan Anda informasi terbaru seputar gaya hidup.