Parents, memiliki anak yang berkepribadian baik pasti menjadi impian semua orang tua. Apalagi kalau anak bisa memiliki karakter yang kuat, mandiri, disiplin, dan semua hal baik sampai mereka beranjak dewasa. Tentu saja karakter anak seperti ini tidak muncul sendiri alias perlu orang tua sebagai role model anak.
Karena itu, peran orang tua sangat penting dalam membentuk karakter anak seumur hidup.
Terutama seorang ibu, sebab ibu adalah contoh pertama yang dilihat oleh anaknya.
Artikel Terkait: 4 Peran Orang Tua untuk Mengoptimalkan Perkembangan Anak Balita
Pentingnya Orang Tua Sebagai Role Model Anak
Mengenai pentingnya orang tua sebagai role model anak, Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Roslina Verauli, M.Psi.Psi, sempat menjelaskannya dalam acara Barbie Inspiring Talk with Anne Avantie.
Menurut Vera, perilaku orang tua terutama seorang ibu, sangat memengaruhi perkembangan anak di awal kehidupannya.
Setiap orang tua wajib mengetahui pentingnya menjadi role model yang baik untuk anak.
“Peran ibu tak hanya sebatas memenuhi kebutuhan fisik, emosional, dan stimulasi dalam periode tumbuh kembang anak serta sebagai role model utama bagi anak.
Anak mengacu pada ibu dalam memahami perilaku yang diharapkan tampil dalam situasi tertentu, nilai-nilai kehidupan yang dianut, hingga percaya bahwa anak perempuan dan laki-laki sama-sama memiliki kesempatan untuk sukses dan berkembang saat dewasa,” kata Vera.
Lebih lagi, Vera juga menegaskan kalau ada banyak manfaat saat si kecil punya role model yang baik sejak kecil.
Anak memiliki nilai-nilai kehidupan yang baik, anak peka terhadap emosinya, anak tahu bagaimana cara berperilaku dan cara pandang orang tuanya.
Anak juga bisa mencerminkan tingkah laku orang tuanya, bila orang tua mencerminkannya dengan baik.
Artikel terkait: Bunda, Kenali Penyebab Bayi Muntah Menyembur dan Cara Mengatasinya
Cara Orang Tua Menjadi Role Model yang Baik untuk Anak
Menjadi role model bagi anak bukan hal yang sulit kok, Parents.
Vera mengatakan kalau ada cara yang asik yang bisa dilakukan orang tua untuk menjadi role model bagi anak. Sekaligus bisa menanamkan nilai-nilai dan karakter yang baik, yaitu dengan ikut berinteraksi dengan anak saat dia bermain.
“Selama ini kita pikir ngasih tau anak kamu harus A, B, itu namanya demanding, menuntut, dan pressure ke anak. Jadi cara paling asik buat anak punya nilai kehidupan, kepercayaan seperti ayah ibunya dengan interaksi bersama. Dari interaksi bersama anak saat bermain, anak jadi belajar dan melakukan identifikasi oh Ayahnya begini, Ibunya begitu,” ujar Vera.
Anak tidak hanya meniru cara berpakaian ataupun cara bicara ayah ibunya, tapi juga pendapat dan aksi saat ayah ibunya bermain dengannya.
Meski kita menganggap anak hanya bermain, tapi dia menyerap banyak hal lebih dari itu, lho, Parents.
Pada saat bermain itulah diterapkannya contoh-contoh teladan oleh orang tua dapat diserap dan diingat oleh anak.
Apa pun yang dilakukan ayah dan ibunya, terutama ibu sebagai role model, pasti akan dijadikan panutan bagi anak.
“Bukan sekadar cara berpakaian atau bertutur kata saja, tapi lebih dari itu. Pandangan-pandangan ayah ibunya, pendapat dan aksi orang tuanya mereka pelajari hanya lewat interaksi yang mendalam. Seiring waktu berjalan anak akan melakukan internalisasi ke dalam dirinya dan jadi bagian dari dirinya,” lanjut Vera.
Artikel terkait: Anak Kesulitan Membaca karena Disleksia? Ini yang Perlu Parents Lakukan!
Ayah dan Ibu Mencontohkan dan Memberi Kesempatan Pada Anak
Tak kalah penting, orang tua perlu memberi contoh pada anak, dan beri anak kesempatan untuk menyerap itu ke dalam dirinya.
“Ayah ibu yang menunjukkan, ayah ibu berkegiatan bersama anak sehingga anak bisa menangkap etos atau kerja kerasnya, anak dikasih kesempatan untuk bekerja keras juga,” Vera menjelaskan.
Lain hal, Vera sangat menggaris bawahi agar orang tua dapat melakukan interaksi ini sesering mungkin di usia 5 tahun pertamanya.
Sebab pada masa ini, anak benar-benar bisa memproses dan meniru dengan cepat apa yang dilihat dan dipelajarinya.
Jadi, bila ingin menanamkan nilai dan karakter baik, lakukan di 5 tahun pertama anak.
“Jangan pernah sia-siakan momen emas 5 tahun bersama anak, karena di sana anak betul-betul menerima nilai-nilai dari dalam keluarga. Main sama anak waktu 5 tahun pertama, karena proses anak mengidentifikasi diri bersama orang tuanya dan melihat nilai-nilai dalam orang tuanya justru saat dia bermain di usia itu,” tandas Vera.
Meskipun tetap bisa dilakukan di usia 5 tahun ke atas, prosesnya akan sangat sulit dan butuh waktu lebih lama untuk membentuk karakter anak.
“Setelah 5 tahun tetap bisa, tapi prosesnya akan sangat lama dan biasanya kurang manjur untuk menanamkan nilai-nilai dalam keluarga. Semakin besar, semakin sulit untuk bisa berinteraksi sama anak.
Sedangkan, saat 5 tahun anak masih deket banget sama orang tuanya kan, 1-5 tahun polanya hold me tight, 6-12 tahun polanya put me down, dia sudah punya teman bermain di sekolahnya, 12 tahun ke atas let me go. Cara mendekati anak semakin remaja juga semakin butuh space mereka. Jadi, jangan sampai prosesnya kelewatan di awal,” tutup Vera.
Parents, semoga kita tidak terlambat untuk memaksimalkan interaksi dengan anak di masa emasnya, ya.
Dengan begitu, kita bisa menanampan dan membentuk karakter baik padanya.
****
Baca juga
Tak Hanya Perempuan, Main Boneka Juga Baik untuk Anak Laki-Laki Lho, Ini 5 Manfaatnya
Menjadi Role Model untuk Anak, Sikap yang Sering Lupa Dilakukan
Baby Blues Setelah Melahirkan: Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi, hingga Mencegahnya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.