Prosedur ikat mulut rahim adalah sebuah operasi untuk mencegah keguguran atau kelahiran prematur. Hal ini dikarenakan kondisi serviks yang terlalu pendek atau terlalu lunak, sehingga bisa mengalami pembukaan lebih dini.
Operasi ikat mulut rahim atau cervical cerclage biasanya dilakukan pada ibu hamil dengan usia kandungan 37-38 minggu. Dalam prosedur ini, leher rahim yang merupakan bagian paling bawah dari uterus dan memanjang ke vagina, akan dijahit hingga rapat.
Alasan prosedur ikat mulut rahim perlu dilakukan
Ikat mulut rahim untuk mencegah keguguran dan kelahiran prematur.
- Risiko keguguran karena kondisi rahim yang tidak normal atau ada cedera di bagian serviks
- Pernah keguguran sebelumnya, atau melahirkan prematur di trimester kedua karena ketidakmampuan serviks menanggung beban janin.
- Perubahan yang terjadi pada mulut rahim hingga menyebabkan persalinan prematur
- Cedera atau trauma di bagian serviks akibat operasi yang membuat serviks dibuka dengan paksa.
- Pernah mengalami infeksi atau peradangan di bagian serviks
- Leher rahim lebih pendek
- Serviks cedera akibat aborsi
Waktu yang paling baik untuk melakukan operasi ini adalah di bulan ketiga, sekitar 12-14 minggu kehamilan. Tapi, beberapa ibu malah memerlukan operasi ini pada usia kandungan yang lebih tua, ketika pembukaan dan pemendakan serviks terjadi.
Bila operasi ini dilakukan, kemungkinan Bunda juga perlu melakukan operasi ini lagi bila hamil anak berikutnya.
Manfaat dilakukannya operasi ikat mulut rahim
Rasio keberhasilan prosedur ini dalam mencegah keguguran dan kelahiran prematur ialah sekitar 85-90%. Mengikat mulut rahim menjadi jalan yang efektif ketika serviks ibu hamil tidak mampu menanggung masa kehamilan. Namun, diagnosa kemampuan serviks dalam menopang kehamilan ini masih sulit dilakukan dan sering tidak akurat.
Bagi ibu hamil yang telah melakukan prosedur ini, harus diperiksa secara rutin untuk melihat apakah ada kemungkinan komplikasi seperti infeksi atau persalinan prematur
Risiko operasi ikat mulut rahim
Meski tingkat keberhasilan prosedur ini cukup tinggi, namun bukan berarti tidak ada risiko. Akan tetapi, kebanyakan pakar kesehatan profesional menyatakan, manfaat prosedur ini dalam menyelamatkan janin lebih tinggi daripada risiko yang ada.
Risiko yang mungkin bisa terjadi ialah:
- Kontraksi dini
- Serviks tidak bisa menjalani pembukaan dengan normal saat persalinan
- Pecahnya membran sel
- Infeksi serviks
- Luka robek di bagian serviks jika persalinan terjadi sebelum jahitan dibuka
Yang harus dilakukan setelah menjalani operasi cervical cerclage
Lima hingga 10 wanita dari 1000 ibu hamil memiliki kondisi serviks yang tidak mampu menopang kehamilan. Serviks yang normal akan terbuka pada masa akhir kehamilan agar bayi bisa melewatinya dalam proses persalinan.
Namun, dalam kondisi serviks lemah, leher rahim terbuka lebih dini sebelum usia kehamilan matang bulan. Sehingga meningkatkan risiko terjadinya keguguran atau kelahiran prematur.
Setelah menjalani operasi ini, Bunda harus rajin cek ke dokter. Terutama jika terjadi gejala seperti di bawah ini:
- Perut terasa kram atau berkontraksi
- Sakit di bagian punggung bawah dan perut bawah, sakitnya datang dan pergi seperti kontraksi persalinan
- Perdarahan vagina
- Demam hingga 37,8 derajat celcius
- Mual dan muntah (efek samping anestesi)
- Cairan vagina berbau busuk
- Cairan ketuban merembes
***
Sebelum melakukan prosedur apapun, pastikan Bunda selalu rutin memeriksakan diri ke dokter selama masa kehamilan. Selain memantau kondisi janin, juga memastikan tubuh Bunda mampu menjalani kehamilan hingga persalinan dengan lancar.
Semoga bermanfaat.
Baca juga:
Tahap Pembukaan 1-10 dalam Proses Melahirkan, Ini yang Terjadi pada Tubuh Ibu
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.