Obat Remdesivir (Veklury®, Covifor®, Desrem®, Jubi-R®) pertama kali muncul di tahun 2016 dan digunakan sebagai obat untuk penyakit Ebola.
Obat ini memiliki spektrum antivirus yang luas dan efektif untuk keluarga virus Arenaviridae, Flaviviridae, Filoviridae, Paramyxoviridae, Pneumoviridae, dan Coronaviridae.
Aktivitas terhadap keluarga virus Coronaviridae pertama kali ditunjukkan pada tahun 2017, mendorong penggunaannya dalam mengatasi penyakit COVID-19.
Pada tanggal 1 Mei 2020, remdesivir mendapatkan izin penggunaan darurat (emergency use authorization/EUA) dari Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat sebagai obat terapi COVID-19, Dan pada tanggal 22 Oktober 2020, obat ini resmi mendapatkan izin penuh untuk membantu individu yang terpapar virus Corona. .
Cara Kerja dan Manfaat Obat Remdesivir
Remdesivir merupakan analog adenosin trifosfat yang menyasar enzim RNA-dependent RNA polymerase (RdRp) dari virus RNA. Enzim ini sangat dibutuhkan virus untuk memperbanyak diri. Di dalam tubuh, remdesivir akan diubah menjadi bentuk aktif remdesivir triphosphate yang nantinya akan berikatan dengan enzim RdRp sehingga fungsinya terhambat dan virus tidak bisa berkembang biak.
Hasil studi awal yang dimuat dalam The New England Journal of Medicine menunjukkan bahwa remdesivir memperpendek waktu pemulihan penderita COVID-19 dari rata-rata 15 hari menjadi 11 hari.
Obat ini adalah obat terapi COVID-19 yang bisa digunakan pada ibu hamil namun tidak pada ibu menyusui. Ini disebabkan karena memang belum ada data atau penelitian yang lebih lanjut terkait keamanannya pada kelompok ibu menyusui.
Dosis Obat Remdesivir
Remdesivir dipasarkan sebagai obat keras. Artinya, obat ini hanya bisa diperoleh dengan resep dokter serta digunakan untuk penderita COVID-19 yang memerlukan rawat inap di rumah sakit.
Remdesivir tersedia dalam dua bentuk sediaan untuk pemberian melalui selang infus, yakni larutan terkonsentrasi dan lyophilized powder (bubuk). Setiap bentuk sediaan memiliki rekomendasi yang berbeda terkait penyimpanan, persiapan sebelum diberikan, dan cara pemberian.
Bentuk larutan yang terkonsentrasi hanya boleh digunakan untuk pasien dewasa dan anak dengan berat badan ≥40 kg, sementara bentuk lyophilized powder dapat digunakan untuk pasien dewasa dan anak dengan berat badan ≥3,5 kg.
Idealnya, obat mulai diberikan dalam waktu 72 jam setelah terkonfirmasi positif untuk COVID-19. Dosis obat yang digunakan adalah sebagai berikut:
- Dosis dewasa: 1 x 200 mg di hari pertama, dan 1 x 100 mg di hari berikutnya.
- Dosis bayi, anak dan remaja:
- 3,5 – <40 kg: 1 x 5 mg/kg/dosis di hari pertama, dan 1 x 2.5 mg/kg di hari berikutnya.
- ≥40 kg: 1 x 200 mg di hari pertama, dan 1 x 100 mg di hari berikutnya.
Pada pasien yang tidak memerlukan ventilasi mekanik (bantuan pernafasan) atau extracorporeal membrane oxygenation (ECMO), durasi pengobatan adalah 5 hari atau hingga diizinkan pulang dari rumah sakit, tergantung mana yang tercapai lebih dulu.
Bila pasien tidak membaik atau membutuhkan bantuan pernafasan khusus, durasi pengobatan dapat diperpanjang hingga 10 hari.
Kontraindikasi dan Peringatan Sebelum Menggunakan Remdesivir
Remdesivir tidak boleh digunakan pada kasus alergi atau memiliki reaksi hipersensitivitas terhadap obat ini. Penggunaannya juga perlu berhati-hati pada pasien dengan gangguan ginjal dan hati. Selalu beritahukan dokter bila sedang menggunakan obat-obatan atau suplemen tertentu karena dapat berinteraksi dengan redemsivir.
Interaksi Obat Lain dengan Remdesivir
Efek remdesivir diketahui menurun bila dikonsumsi bersamaan dengan obat malaria hydroxychloroquine atau chloroquine. Efek yang sama juga didapat bila mengonsumsi remdesivir bersamaan dengan obat-obatan yang menginduksi enzim CYP3A4.
Efek Samping Obat Remdesivir
Meski jarang, remdesivir berpotensi menimbulkan efek samping yang tergolong fatal, seperti:
- Bradikardia (detak jantung melambat) berat. Ini karena metabolit aktif remdesivir dapat memperlambat aliran listrik jantung.
- Gangguan fungsi hati ringan hingga sedang (derajat 1-2), ditandai dengan peningkatan kadar SGOT dan SGPT di dalam darah. Gangguan ini bersifat reversibel.
- Reaksi alergi atau hipersensitivitas berat, yang ditandai dengan sesak nafas, demam, hipotensi, menggigil, nafas berbunyi ‘ngik’, bengkak pada bibir, denyut jantung cepat.
Efek samping lainnya dapat berupa ruam kulit, mual, waktu pembekuan darah yang memanjang, dan kejang.
Untuk meminimalkan efek samping, sebelum dan selama pengobatan dengan remdesivir biasanya dilakukan pemeriksaan laju jantung serta fungsi hati dan ginjal.
Baca Juga:
Vaksin COVID-19 Memengaruhi Kesuburan? Berikut Faktanya
Sering Dicari Saat Pandemi COVID-19, Ini Manfaat & Efek Samping Obat Favipiravir
Perbedaan Pneumonia COVID-19 dan Pneumonia pada Umumnya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.