Kerap merasa lemas atau lelah? Waspadalah, mungkin Anda mengalami anemia dan membutuhkan obat penambah darah.
Anemia adalah kondisi di mana kadar sel darah merah rendah. Bila demikian, tubuh Anda harus bekerja lebih keras untuk mengirimkan oksigen ke seluruh sel-sel tubuh.
Anemia itu sendiri ada berbagai jenis, tetapi semuanya muncul dari tiga akar masalah, yaitu kehilangan sejumlah darah, menurunnya produksi sel darah merah, atau meningkatnya penghancuran sel darah merah.
Ada sejumlah komplikasi yang menyertai anemia, oleh sebab itu kadar sel darah merah perlu dinormalkan kembali sesegera mungkin. Tergantung penyebabnya, pengobatan dapat mencakup pemberian obat atau suplementasi oral, obat suntik, hingga transfusi darah.
Dalam artikel ini, akan dibahas obat-obat penambah darah yang bisa dibeli sendiri dan yang harus dengan resep dokter.
Pilihan Obat Penambah Darah yang Bisa Dibeli Tanpa Resep
1. Zat Besi Oral
Suplemen ini digunakan bila anemia terjadi akibat kekurangan zat besi atau disebut anemia defisiensi besi. Tujuannya untuk meningkatkan kadar zat besi dan hemoglobin di dalam tubuh.
Untuk mengatasi anemia defisiensi besi pada orang dewasa, diperlukan 100-200 mg zat besi elemental per hari. Suplemen ini paling baik diserap saat perut kosong (sebelum makan) atau bersamaan dengan sumber vitamin C, seperti jus jeruk.
Formulasi zat besi ada dalam berbagai bentuk dan rata-rata efektivitasnya hampir sama. Bentuk sediaan terbaik yakni yang dalam bentuk cair atau tablet yang mengandung garam besi. Efek samping pun umumnya hampir sama untuk semua jenis formulasi. Yang tersering, yaitu tinja kehitaman, rasa mual dan panas di dada, dan konstipasi.
Pastikan untuk memeriksa label kemasan seberapa banyak kandungan zat besi elementalnya. Semakin besar jumlahnya, semakin banyak zat besi yang akan diserap oleh tubuh. Ingat pula bahwa konsumsi suplemen zat besi memiliki risiko overdosis atau keracunan. Oleh sebab itu, pastikan untuk selalu mengikuti anjuran dokter terkait dosis dan durasi penggunaannya.
2. Vitamin C
Ada kalanya, anemia terjadi karena kekurangan vitamin C. Vitamin yang dikenal sebagai asam askorbat ini adalah vitamin larut air yang diklaim dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Vitamin C bertindak sebagai agen yang memfasilitasi penyerapan zat besi dari saluran cerna.
Studi menemukan bahwa konsumsi 100 mg suplemen vitamin C dapat memperbaiki penyerapan zat besi hingga 67 persen. Oleh sebab itu, pengobatan untuk anemia yang berhubungan dengan kekurangan vitamin ini adalah dengan konsumsi tablet vitamin C. Selain itu, Anda pun perlu meningkatkan asupan sumber makanan dan minuman yang kaya vitamin C.
3. Vitamin B12 dan asam folat
Vitamin B12 dan folat (vitamin B9) adalah dua zat gizi yang berperan penting dalam pembentukan sel darah merah. Bila kadarnya tidak cukup, bentuk, ukuran, dan jumlah sel darah merah menjadi tidak normal. Anemia jenis ini disebut dengan anemia defisiensi vitamin B12 dan/atau folat.
Untuk mengoreksi kelainan ini, diperlukan suplemen vitamin B12 atau asam folat, yang dapat diperoleh secara bebas. Suplemen vitamin B12 oral tersedia dalam bentuk cyanocobalamin atau methylcobalamin. Cyanocobalamin merupakan bentuk sintetis vitamin B12 yang lebih mudah diserap tubuh.
Akan tetapi, bentuk methylcobalamin lebih bertahan lama di dalam tubuh. Efek samping penggunaan jarang ditemukan, namun bila ada, dapat terjadi sakit kepala, rasa melayang, mual dan muntah.
Dosis vitamin B12 untuk koreksi anemia adalah 100-1000 mcg per hari, tergantung gejala dan berat ringannya anemia. Sedangkan dosis asam folat untuk dewasa dan anak di atas 1 tahun adalah 1-5 mg sehari. Untuk bayi (di bawah usia 12 bulan), perhitungan dosis asam folat menggunakan berat badan dan harus dikonsultasikan terlebih dulu kepada dokter.
Pilihan Obat Penambah Darah yang Memerlukan Resep Dokter
Pada kasus tertentu, diperlukan obat-obatan yang dapat mengoreksi anemia secara cepat. Obat-obatan ini umumnya tersedia dalam bentuk suntikan dan hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Jenis obat dapat berupa:
1. Suntikan intravena atau infus zat besi
Pada kasus-kasus berikut, suntikan atau infus zat besi lebih dipilih ketimbang zat besi oral:
- Kepatuhan yang buruk dalam minum obat atau mengalami efek samping dari penggunaan zat besi oral.
- Memilih untuk mengoreksi zat besi dalam 1-2 kali kunjungan ketimbang harus mengonsumsi suplementasi oral selama berbulan-bulan.
- Mengalami kehilangan darah yang bermakna, yang tidak bisa dikejar koreksinya melalui penggunaan zat besi oral.
- Adanya kelainan anatomi atau hal lain yang mengganggu penyerapan zat besi oral.
- Adanya kondisi peradangan yang mengganggu keseimbangan zat besi di dalam tubuh.
Sama seperti suplementasi zat besi oral, formulasi zat besi suntik juga beragam. Semuanya relatif sama efektivitasnya dan memiliki profil keamanan yang serupa. Perbedaan utama adalah pada biaya dan jumlah kunjungan atau waktu yang diperlukan untuk mencapai dosis penuh.
2. Suntikan vitamin B12
Suntikan vitamin B12 tersedia dalam dua bentuk berikut ini dan diberikan oleh tenaga medis di fasilitas kesehatan.
- Hydroxocobalamin, yakni bentuk alami vitamin B12. Obat ini disuntikkan ke dalam otot (intramuskular/IM) atau pembuluh vena (intravena/IV).
- Cyanocobalamin, yang merupakan bentuk sintetis vitamin B12. Obat ini disuntikkan ke dalam otot atau di bawah kulit (subkutan/SK).
Hydroxocobalamin lebih direkomendasikan oleh karena bertahan lebih lama di dalam tubuh. Pada awalnya, Anda mungkin menerima suntikan setiap dua hari sekali. Setelahnya, mungkin Anda hanya perlu disuntik sebulan sekali, yang dapat diteruskan seumur hidup, tergantung kondisi yang dialami.
3. Obat Penambah Darah dengan Suntikan Asam Folat
Bentuk suntikan asam folat biasanya baru digunakan apabila terjadi anemia berat atau terdapat gangguan penyerapan di saluran cerna. Dosis yang digunakan adalah <5 mg, yang diberikan melalui selang infus selama 1 menit (tanpa pengenceran) atau selama 30 menit (bila diencerkan dengan 50 mL larutan NaCl 0,9% atau dextrose 5%).
4. Transfusi darah
Transfusi darah adalah cara cepat dan efektif untuk mengatasi anemia dari berbagai penyebab. Meski demikian, darah donor dan penerima harus benar-benar cocok untuk mencegah efek samping yang berbahaya.
5. Erythropoietin-stimulating agents
Erythropoietin (EPO) merupakan hormon yang diproduksi oleh ginjal dan berfungsi mempercepat produksi sel darah merah. EPO juga meningkatkan pembentukan sel darah merah dengan hemoglobin, zat yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Anemia terjadi bila kadar EPO berkurang. Dan biasanya, individu yang mengalami hal ini perlu menjalani transfusi darah. Pada kondisi di mana transfusi tidak dapat dilakukan, individu dapat diberikan EPO rekombinan, yang disebut erythropoietin-stimulating agents (ESA). Ini merupakan EPO alami buatan manusia yang diberikan melalui suntikan. Cara kerjanya sama dengan EPO alami.
Saat ini, ada dua macam ESA yang kerap digunakan, yakni epoetin alfa dan darbepoietin alfa. Obat ini efektif untuk mengatasi berbagai jenis anemia, namun dapat muncul efek samping seperti tekanan darah tinggi, sakit kepala, pegal linu, mual, dan muntah.
Penyembuhan Masalah Anemia
Kemungkinan seseorang sembuh dari anemia bergantung pada penyebabnya. Anemia yang terjadi akibat kekurangan zat gizi tertentu umumnya dapat diatasi dengan pemberian suplementasi selama beberapa minggu atau bulan. Namun, kekambuhan bisa terjadi sehingga mungkin diperlukan perubahan pola makan dan pemberian suplementasi secara rutin.
Pada kasus lainnya, anemia dapat menetap sehingga diperlukan pengobatan seumur hidup. Apapun penyebabnya, Anda perlu melakukan pemantauan darah secara teratur untuk memastikan kecukupan sel darah merah dan menyesuaikan pengobatan bila perlu.
Baca Juga:
Sering Mengalami Gusi Bengkak? Ini Penyebab dan Cara Mengobatinya, Parents!
8 Pilihan Obat Gangguan Lambung yang Aman dan Efektif
Tak Hanya COVID-19, Ini Penyebab Lain Terjadinya Anosmia
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.