Setelah kemunculan Molnupiravir sebagai obat oral pertama yang terbukti efektif untuk COVID-19, kini giliran obat Paxlovid yang tampaknya menjadi harapan baru.
Baru-baru ini, perusahaan farmasi Pfizer mengumumkan obat Paxlovid yang diklaim efektif sebagai obat COVID-19.
Paxlovid merupakan pil antivirus eksperimental Pfizer Inc untuk pasien COVID-19 yang diklaim mampu mengurangi risiko rawat inap, atau kematian sebesar 89 persen pada orang dewasa yang rentan.
Dokter Adam Prabata, edukator seputar COVID-19 yang juga kandidat Ph.D di Medical Science at Kobe University, mengulas tentang obat Paxlovid di akun Instagram pribadinya, @adamprabata. Berikut ini kami rangkum penjelasannya.
Bagaimana Cara Kerja Obat Paxlovid?
Obat Paxlovid memiliki cara kerja dengan menghambat penyebab COVID-19 untuk memperbanyak diri, dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk memperbanyak diri.
Artikel terkait: Diklaim Bakal Jadi Obat COVID-19, Ini Fakta Terbaru Pil Covid Molnupiravir
Cara Konsumsi Paxlovid
Paxlovid merupakan obat oral yang dikonsumsi melalui mulut, diminum 2 kali per hari selama 5 hari (10 dosis).
Efektivitas terbukti bila dikonsumsi dalam 3-5 hari sejak gejala pertama kali muncul.
Efektivitas Obat Paxlovid
Dalam ungggahan dokter Adam, obat Paxlovid disebut memiliki efektivitas cukup tinggi dalam mengobati COVID-19. Tingkat efektivitas obat ini mencapai 89 persen menurunkan risiko rawat inap atau kematian akibat COVID-19.
Adapun Efektivitas tersebut ditemukan pada:
- Pasien dewasa
- COVID-19 ringan hingga sedang
- Tidak dirawat inap
- Berisiko tinggi untuk sakit berat.
Sementara itu, mengutip dari Kompas, berdasarkan uji coba pada 1.219 pasien berisiko tinggi yang baru saja terinfeksi COVID-19, ditemukan bahwa hanya 0,8 persen yang diberi Paxlovid dirawat di rumah sakit, dibanding 7 persennya yang diberi plasebo.
Perhitungan tersebut dilakukan terhadap mereka yang melakukan perawatan tiga hari sejak gejala Covid dimulai. Pada mereka yang diberi plasebo sebanyak 7 orang meninggal, sedangkan yang diberi Paxlovid tak satupun meninggal.
Saat dirawat dalam waktu 5 hari dari sejak gejala muncul hanya satu persen yang diberi Paxlovid yang berujung di rumah sakit dan tak seorang pun meninggal.
Sedangkan kelompok plasebo ada sebanyak 6,7 persen dirawat di mana 10 di antaranya meninggal.
Profesor di Fakultas Kedokteran di Universitas Leeds Dr Stephen Griffin menyebut, munculnya antivirus ini berpotensi menandai era baru dalam kemampuan mencegah konsekuensi parah dari virus SARS-CoV2.
“Selain juga elemen penting untuk perawatan orang-orang yang rentan secara klinis yang mungkin tak dapat menerima atau mendapatkan vaksin,” kata Stephen mengutip laman Kompas.
Artikel terkait: CDC Sebut Indonesia Masuk Negara Level 1 COVID-19, Apa Artinya?
Apakah Obat Paxlovid Sudah Mendapatkan Izin Sebagai Obat COVID-19?
Hingga berita diturunkan, 8 November 2021, Paxlovid belum mendapatkan izin.
Pihak Pfizer masih berencana mengajukan izin penggunaan darurat kepada FDA (Food and Drug Administration) sebelum 25 November 2021.
Sebelumnya, uji coba obat ini dihentikan lebih awal karena dinilai memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi.
Sementara itu, Presiden Joe Biden mengatakan, pemerintah Amerika Serikat saat ini telah mengamankan jutaan dosis obat Paxlovid.
“Jika disahkan oleh FDA, kami mungkin segera memiliki pil yang mengobati virus pada mereka yang terinfeksi,” kata Biden.
Berdasarkan Uji Klinis, Kemampuan Obat Paxlovid Melampaui Molnupiravir
Mengutip dari BBC, Paxlovid dapat digunakan segera setelah gejala COVID-19 muncul pada orang yang berisiko tinggi sakit parah.
Berdasarkan hasil uji coba, menunjukkan kemampuan pil Paxlovid melampaui Molnupiravir yang dikembangkan Merck yang memiliki efektivitas 50 persen.
Kemasan Paxlovid
Berdasarkan informasi dari USA Today, obat Paxlovid dikemas dalam kemasan blister yang terdiri dari dua pil Paxlovid dan salah satu antivirus, ritonavir, yang memungkinkan Paxlovid aktif lebih lama pada konsentrasi yang lebih tinggi.
Artikel terkait: 6 Fakta Obat Covid AstraZeneca, Berbeda dengan Versi Vaksinnya
Obat Oral Kedua yang Menjanjikan Setelah Molnupiravir
Seperti diketahui sebelumnya, obat Covid pertama yang bisa diminum sebelum Paxlovid adalah Molnupiravir.
Pil Covid molnupiravir buatan perusahaan farmasi Amerika Serikat, Merck, mendapat persetujuan Inggris sebagai obat Covid-19 pertama yang bisa diminum.
Persetujuan Inggris dikeluarkan pada Kamis (4/11/2021) dan menjadikannya negara pertama di dunia yang menyetujui penggunaannya.
Pil Molnupiravir bekerja dengan cara mengurangi kemampuan virus untuk bereplikasi, sehingga memperlambat penyakit.
MHRA (Badan Pengatur Obat dan Produk Kesehatan Inggris) mengatakan, uji coba menyimpulkan pil Covid Merck molnupiravir “aman dan efektif untuk mengurangi risiko rawat inap dan kematian, pada orang dengan COVID-19 ringan hingga sedang yang berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah”.
Sedikit berbeda dengan Paxlovid, Molnupiravir paling efektif bila diminum saat tahap awal infeksi, dan MHRA menyarankan agar digunakan dalam waktu lima hari sejak timbulnya gejala.
Demikianlah ulasan seputar obat paxlovid yang diklaim efektif sembuhkan COVID-19. Semoga ini merupakan angin segar untuk segera mengakhiri pandemi, ya, Parents.
***
Baca juga:
Unik, Ini Dia Zodiak yang Paling Rajin Ikut Vaksin Covid-19!
Harga PCR Turun, Inilah Tarif Resminya di Pulau Jawa dan Bali
Hasil Studi: Vaksin Booster Pfizer Disebut Efektif Lawan Covid-19 hingga 95,6 Persen