Paracetamol adalah salah satu jenis obat bebas yang kerap digunakan sebagai penurun panas dan pereda nyeri.
Coba cek lemari obat, laci meja atau tas Anda! Kemungkinan besar, akan tersedia obat yang satu ini untuk sekadar berjaga-jaga jika salah satu anggota keluarga mengalami demam atau nyeri kepala menyerang.
Paracetamol atau nama lainnya acetaminophen, adalah obat yang paling banyak digunakan di dunia. Obat ini dijual bebas dan dianggap sebagai salah satu obat yang paling aman bagi anak-anak dan orang dewasa selama dikonsumsi sesuai dosis anjuran.
Artikel Terkait: Bayi Demam karena Tumbuh Gigi, Apa Bedanya dengan Demam Biasa?
Manfaat Obat Paracetamol
Paracetamol merupakan obat lini pertama untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri ringan hingga sedang. Beberapa kondisi yang umum diobati yaitu nyeri kepala, nyeri otot, nyeri punggung, nyeri gigi, demam pada flu, nyeri haid, dan nyeri sendi.
Obat ini tergolong aman dan jarang sekali menimbulkan efek samping selama dikonsumsi sesuai dosis anjuran. Sebagian besar individu dapat secara aman mengonsumsi paracetamol, termasuk ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak di atas usia 2 bulan.
Di samping itu, paracetamol tidak menimbulkan risiko gangguan lambung atau jantung seperti pereda nyeri golongan obat non-steroid antiinflamatory drugs (NSAIDs), sehingga aman bagi individu yang tidak dapat mengonsumsi NSAIDs.
Dosis Obat Paracetamol
Tersedia dalam bentuk tablet, kaplet, atau kapsul, drops dan sirup untuk anak-anak, tablet effervescent yang bisa larut dalam air, supositoria atau rectal tube untuk dimasukkan melalui dubur, serta injeksi. Meski sebagian besar dipasarkan sebagai obat bebas, namun ada juga bentuk obat yang hanya bisa diperoleh dengan resep dokter, misalnya bentuk injeksi.
Selain sebagai obat tunggal, obat pereda nyeri ini juga kerap dikombinasi dengan kandungan lain seperti terdapat di dalam berbagai merek obat flu serta obat antinyeri kombinasi.
Dosis yang perlu dikonsumsi bergantung pada usia dan berat badan individu. Berikut dosis dewasa dan anak untuk mengatasi nyeri atau demam dengan paracetamol.
Artikel Terkait: Demam pada Ibu Hamil, Begini Pengaruhnya pada Janin
- Dewasa
Dosis oral atau rektal 325-650mg setiap 4-6 jam atau 1000mg setiap 6-8 jam. Bila menggunakan paracetamol tablet 500mg, konsumsi dua tablet setiap 4-6 jam. Dosis maksimum yaitu 4000mg dalam waktu 24 jam.
- Anak
-
- Bayi usia 1 bulan atau kurang: satu dosis setara dengan 10-15mg per kilogram berat badan setiap 6-8 jam, bila perlu.
- Bayi di atas 1 bulan hingga usia 12 tahun: 10-15mg per kilogram berat badan setiap 4-6 jam, bila perlu (maksimum 5 dosis atau 75 mg per kilogram berat badan dalam waktu 24 jam).
- Usia 12 tahun ke atas: 325-650mg setiap 4-6 jam atau 1000mg setiap 6-8 jam.
Paracetamol dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan. Oleh sebab itu, dapat dikonsumsi baik sebelum maupun sesudah makan. Setelah dikonsumsi, paracetamol membutuhkan waktu hingga satu jam untuk bekerja.
Efek Samping yang Perlu Diperhatikan
Meski sangat jarang, obat yang satu ini juga dapat menimbulkan efek samping seperti:
- Reaksi alergi yang menyebabkan ruam kulit dan pembengkakan
- Kemerahan, tekanan darah rendah, dan detak jantung cepat, terutama untuk paracetamol injeksi
- Kelainan darah seperti trombositopenia (jumlah sel trombosit rendah) sehingga mudah memar dan mengalami perdarahan; serta leukopenia (jumlah sel darah putih rendah) sehingga rentan infeksi
- Feses berdarah atau kehitaman
- Urin kemerahan atau keruh
- Kelelahan atau rasa lemas yang tidak biasa
Konsumsi paracetamol bersamaan dengan obat-obat berikut juga dapat memengaruhi efektivitas serta meningkatkan risiko efek samping:
- Produk lain yang mengandung paracetamol, seperti obat flu dan antinyeri kombinasi
- Obat antiepilepsi dan/atau antikejang seperti carbamazepine, phenobarbital, phenytoin dan primidone
- Obat kanker seperti imatinib dan busulfan
- Obat antijamur ketoconazole
- Obat diabetes tipe 2 lixisenatide
- Obat mual dan muntah metoclopramide
- Obat pengencer darah warfarin
Pada kasus overdosis, obat ini dapat menimbulkan kerusakan hati sebagai organ utama yang memetabolisme zat aktif paracetamol akibat tingginya konsentrasi metabolit (sisa metabolisme) beracun, yang berbahaya bagi sel-sel hati. Pada kasus yang berat, ini dapat menimbulkan risiko kematian. Organ lain yang juga dapat rusak akibat overdosis paracetamol yakni ginjal.
Gejala overdosis bisa berupa diare, keringat yang berlebihan, kehilangan nafsu makan, mual atau muntah, kram atau nyeri perut, dan nyeri ulu hati.
Walaupun tergolong obat yang sangat aman untuk segala rentang usia, tetap ikuti anjuran dosis yang disarankan dokter atau yang tertera di dalam lembar informasi obat. Di samping itu, konsultasikan terlebih dulu dengan dokter sebelum mengonsumsinya.
Bila terdapat riwayat reaksi alergi terhadap obat ini, atau obat lainnya, riwayat gangguan hati atau ginjal, terbiasa mengonsumsi alkohol melebihi jumlah maksimum (lebih dari 14 unit per minggu), sedang menggunakan obat antiepilepsi, obat antituberkulosis atau obat pengencer darah warfarin.
Baca juga:
Perlu Tahu! Ini Bedanya Pusing karena COVID-19 dengan Sakit Kepala Biasa
10 Penyakit yang bisa sebabkan sering nyeri panggul tanpa sebab
5 Tanda Nyeri Otot yang Harus Diwaspadai Setelah Berolahraga