Tibanya vaksin di Indonesia ibarat angin segar bagi pemerintah dan masyarakat memerangi COVID-19. Meski demikan, bukan berarti masyarakat bisa lengah dan lupa mematuhi protokol kesehatan. Berbagai upaya masih harus dilakukan, termasuk menggunakan obat kumur kurangi risiko corona.
Bagimana faktanya, apakah benar obat kumur yang diklaim dapat mengurangi risiko terpapar virus Corona?
3 Fakta Obat Kumur Kurangi Risiko Corona
1. COVID-19 Menular Melalui Rongga Mulut
Dalam Konferensi Pers Virtual Pepsodent Luncurkan “Pepsodent Active Defense Mouthwash” yang saya ikuti pada Selasa (8/12) kemarin, terdapat sejumlah fakta menarik perihal virus Corona. Di tengah ketidakpastian tentang virus ini, nyatanya masih banyak masyarakat yang salah paham mengenai risiko penularan COVID-19. Salah satunya media penularannya.
“Banyak orang mengira virus ini hanya mengenai saluran pernapasan. Padahal, riset menunjukkan bahwa virus SARS-CoV-2 juga terdapat di rongga mulut orang yang terinfeksi, terutama di air liur.
Hal ini harus kita waspadai karena di dalam 1 ml air liur manusia terdapat lebih dari 1 juta partikel virus. Data terbaru dari CDC menunjukkan bahwa lebih dari 50% penyebaran virus SARS-CoV-2 berasal dari kasus konfirmasi tanpa gejala yang berada di sekitar kita.”, papar drg. Tritarayati, SH, MHKes. selaku Ketua Komite Kesehatan Gigi dan Mulut Kementerian Kesehatan RI.
Faktanya, virus penyebab COVID-19 menyebar terutama melalui tetesan air liur atau keluarnya cairan dari hidung yang telah terdeteksi sebelum, selama, dan setelah fase akut penyakit, begitu juga dalam kasus tanpa gejala.
Sebagai informasi, terdapat 3 ukuran partikel yang sejatinya keluar dari mulut kita saat berbicara. Pertama yakni splatter yaitu ukuran partikel yang paling besar dimana partikel ini melesat sejauh 1 m. Kedua yaitu droplet, partikel ini ukurannya lebih kecil dan biasanya keluar saat seseorang batuk atau bersin. Secara teritori, partikel ini dapat melesat 10 meter per detik.
Terakhir yang juga harus menjadi perhatian ialah aerosol yang menjadi partikel paling kecil dari semua ukuran partikel yang ada. Aerosol memiliki kecepatan 50 meter per detik sehingga tidak bisa diremehkan. Terlebih, partikel satu ini dapat bertahan di udara selama 3 jam. Fakta inilah yang membuat memakai masker adalah keharusan agar tidak tertular virus Corona.
2. Menjaga Kesehatan Gigi Menjadi Hal Krusial Selama Pandemi
Dalam rangka mengurangi risiko virus berkembang di dalam rongga mulut, penting untuk masyarakat melakukan upaya pencegahan mengurangi risikonya. Antara lain dengan menjaga kebersihan rongga mulut, rajin menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluoride, juga penggunaan mouthwash dalam keseharian.
Bahkan sebagai wujud adaptasi kebiasaan baru, dokter gigi di Indonesia telah menerapkan prosedur khusus saat menerima pasien yang berkunjung. Salah satunya penggunaan scaller ultrasonik untuk mencegah partikel aerosol tidak menyebar di dalam ruangan.
“Dokter gigi kini juga diharuskan menggunakan APD level 3, alias sudah menyamai perawat pasien COVID-19. Pasien yang perlu memeriksakan gigi juga harus bersabar, karena saat pergantian pasien dokter dan perawat harus membersihkan ruangan dan peralatan dengan disinfektan.
Udara ruangan juga diatur sedemikian rupa, sirkulasi teratur, pokoknya ruangan harus steril biasanya dengan hepafilter untuk meminimalisir penyebaran virus baik pasien maupun dokter”, jelas Dr. drg. Armelia Sari Widyarman, M.Kes selaku dokter dan peneliti.
Dalam kesempatan yang sama, drg. Amelia juga memaparkan sejumlah kiat yang sebaiknya menjadi perhatian pasien bila harus ke dokter gigi selama pandemi:
- Perhatikan komitmen dokter dalam menerapkan protokol yang ada demi keamanan pasien
- Pastikan ruangan dokter gigi sudah dilengkapi peralatan penunjang yang dibutuhkan seperti heksos, UV, juga sirkulasi udara teratur
- Tidak berkunjung secara spontan. Bila hal ini biasa dilakukan saat normal, diperlukan appointment dengan dokter atau perawat. Saat ini, dokter juga sudah mengaplikasikan teledentistry untuk menyampaikan keluhan yang dirasakan. Hal ini penting agar tidak terjadi penumpukan pasien
- Tidak berkunjung ke klinik saat kondisi tubuh sedang kurang sehat
- Hindari berkunjung bagi pasien yang habis traveling dan kemungkinan kontak dengan pasien terinfeksi
- Jadilah pasien yang interaktif, jangan ragu menanyakan rincian yang diperlukan kepada dokter dan perawat yang bertugas
3. Obat Kumur Kurangi Risiko Corona dengan Adanya Teknologi CPC
Sebagai pelengkap, Pepsodent Active Defense Mouthwash hadir untuk menunjang anjuran 3M yang digaungkan oleh pemerintah. Hal ini berdasarkan hasil studi in vitro yang diprakarsai oleh Unilever yang menunjukkan bahwa teknologi CPC (Cetylpyridinium chloride) dapat mengurangi jumlah virus SARS-CoV-2 hingga 99,9%.
“Di tengah situasi pandemi yang masih mengkhawatirkan, studi awal kami menunjukkan hasil yang menjanjikan. Teknologi CPC yang kami gunakan telah dikenal oleh industri perawatan gigi dan mulut karena kemampuannya dalam mengurangi bakteri, mencegah plak gigi dan peradangan gusi tanpa mengganggu keseimbangan bakteri baik di dalam rongga mulut,” tutur Drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc., Head of Sustainable Living Beauty & Personal Care and Home Care Unilever Indonesia Foundation (UIF).
Bersama dengan Unilever, studi ilmiah dilakukan di Laboratorium Microbac yaitu laboratorium virologi di Amerika Serikat yang terpercaya dan diakui secara internasional untuk mengukur efektivitas mouthwash yang mengandung teknologi CPC.
Hasil Studi Ilmiah
Hasilnya, Pepsodent Active Defense Mouthwash yang mengandung 0,07% CPC bekerja efektif mengurangi jumlah virus SARS-CoV-2 hingga 99,9% dalam waktu kontak 30 detik. Cara kerjanya yaitu dengan menargetkan dan menghancurkan selubung lipid dari virus tersebut sehingga tidak bisa menempel pada sel tubuh manusia.
Dalam studi tersebut dilakukan perbandingan produk mouthwash yang mengandung etanol, campuran enzim, dan zinc sulfat ini. Terbukti, teknologi CPC hingga saat ini menunjukkan hasil yang konsisten dan positif.
Faktanya, CPC bukanlah barang baru dalam dunia medis karena telah digunakan sejak 1939 sebagai bahan antiseptik serta produk kesehatan seperti obat kumur, pasta gigi, spray hidung dan tenggorokan. Bahkan, pada dosis yang besar CPC digunakan sebagai desinfektan tanpa merusak jaringan tubuh manusia.
Lebih lanjut, penggunaan CPC ampuh menghentikan pertumbuhan mikroorganisme berupa bakteri di dalam mulut dan mencegah akumulasi plak di dalam gigi yang dapat mengakibatkan perdarahan di gusi.
Sebelumnya, clinical trial telah dilakukan mengenai efektivitas teknologi CPC oleh sekelompok peneliti independen di Singapura. Melibatkan sejumlah penderita COVID-19, uji klinis tersebut menunjukkan berkumur dengan mouthwash yang mengandung CPC dapat mengurangi jumlah virus secara signifikan setelah berkumur selama 30 detik, dan efeknya bertahan selama 6 jam.
“Namun, perlu dipahami bahwa obat kumur bukan berarti membuat seseorang menjadi kebal terhadap COVID-19. Ini hanyalah metode mengurangi jumlah virus yang ada dalam rongga mulut yang memungkinkan menularkannya kepada orang lain. Dengan kata lain, ini bukan untuk diminum,” papar drg. Amelia yang menjelaskan obat kumur kurangi risiko Corona.
Baca juga:
id.theasianparent.com/masker-kain-sni
Tak Efektif Memblokir Droplet, Pemakaian Masker Scuba dan Buff Tidak Dianjurkan
Kemenkes Larang Penggunaan Masker Scuba dan Buff, Ini Alasannya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.