Seorang ibu asal Singapura, Judy Teo, khawatir bayinya yang berusia 2 bulan tidak kunjung membaik meskipun ia telah memberikan obat yang sudah diresepkan oleh rumah sakit ternama. Sungguh mengejutkan karena ia akhirnya tersadar bahwa anaknya, bayi yang baru lahir diberikan obat kadaluarsa di rumah sakit.
Insiden yang menjadi kisah buruk dalam hidupnya ini diceritakan sendiri olehnya di akun Facebook miliknya. Ia mengungkapkan:
“Putriku diresepkan dengan obat kadaluarsa (untuk flu). Obat ini dimaksudkan untuk menetes ke lubang hidung bayi.
Kami bertanya-tanya mengapa setelah diberikan obat, anak kami tidak juga sembuh. Padahal obat tersebut telah digunakan selama 1 bulan lebih (terhitung sejak obat itu ditebus di RS sampai saat ini, hingga pada akhirnya pemberian obat itu dihentikan).
Setelah memeriksa tanggal kadaluarsanya, saya sangat terkejut. Ngeri, ketika mengetahui bahwa obat itu ternyata masa berlakunya sudah habis, yaitu pada 04/18. Bahkan masa berlaku obat itu sudah habis ketika diresepkan pada 25/08/18.
Bagaimana sebuah apotek di rumah sakit bisa mengabaikan informasi penting seperti tanggal kadaluarsa sebelum mengeluarkan obat ke pasien mereka, terutama bayi yang baru lahir?
Apakah akan ada efek buruk pada bayi karena bayi telah diberi obat selama sebulan? Bagaimana mungkin masyarakat mempercayai rumah sakit jika mereka mengeluarkan obat kadaluarsa?”
Saat dihubungi theAsianparent Singapura, Judy menceritakan bahwa bayinya lahir pada 1 Agustus 2018, dengan kondisi berat badan lahir yang sangat rendah. Tak ayal, dengan peristiwa ini ia sangat merasa khawatir dan frustrasi.
Ia mengatakan bahwa bayinya masih tidak sehat, dan harus dibawa ke dokter anak untuk melakukan penyedotan lendir dan dahak.
Dia juga memberi tahu kami bahwa pihak Rumah Sakit telah menghubunginya, dan mengatakan bahwa mereka sangat menyesal atas apa yang terjadi, “Mereka mengatakan akan memperketat dan lebih waspada lagi pemberian obat.”
“Saya merasa bahwa mereka harus memberikan daftar obat setelah keluar dengan semua informasi tentang obat, frekuensi penggunaan, dan instruksi khusus. Karena biar bagaimana pun, pasien bisa merasakan kebingungan juga tentang cara obat harus digunakan.”
“Pokoknya, pelajaran yang bisa dipetik. Jagan sampai lupa, selalu periksa tanggal kadaluwarsa obat-obat saat ingin meminumnya.”
theAsianparent pun berharap pihak rumah sakit dapat meninjau proses internal mereka untuk menghindari kecelakaan seperti ini terjadi lagi di kemudian hari. Tentu saja, kami berharap buah hati Judy bisa segera sembuh.
Berikut ini posting Judy di Facebook:
Belajar dari kejadian ini, ada beberapa poin penting panduan aman memberikan obat pada anak
- Pastikan lebih dulu bahwa obat yang diberikan untuk anak memang benar-benar dibutuhkan.
- Bicarakan dengan apoteker atau dokter Anda tentang obatnya. Tanyakan apakah ada efek sampingnya
- Jangan lupa tanyakan dengan detail mengenai dosisnya. Dengan begitu pemberian obat tidak berlebihan.
- Pastikan dosis yang diberikan sesuai yang direkomendasikan dokter atau yang tertera pada label. Lebih banyak obat tidak akan membantu, malah dapat membahayakan anak
- Tanyakan cara pemberiaan obat yang tepat, lama frekuensi obat itu diberikan. Apakah 4 jam, 6 jam atau hanya 24 jam sekali. Pastikan juga kapan waktu penghentian obat diberikan
- Sebelum memberikan obat, jangan lupa periksa tanggal kadaluarsa
- Jika diresepkan antibiotik, pastikan kalau penyakit memang benar-benar membutuhkan obat tersebut. Bila perlu, pastikan juga anak mengonsumsinya sampai habis. Wajib diingat, antibiotik hanya ditujukan untuk mengatasi infeksi akibat bakteri, bukan virus
- Tanyakan kepada dokter atau apoteker tentang panduan penyimpanan. Ada beberapa jenis obat perlu disimpan dalam kulkas. Kebanyakan obat-obatan lain harus disimpan di tempat-tempat khusus
- Jika gejala penyakit tidak membaik bahkan setelah waktu yang disarankan, sebaiknya konsultasikan dengan dokter lagi.
Efek minum obat kadaluarsa
Tak berbeda dari makanan dan minuman, obat pun memiliki masa kadaluarsa. Dikutip dari laman Okezone, dr. Hudyono, MS., SpOk., MFPM- Staf Clinical Research Supporting Unit (CRSU) FKUI dan Staf Penilai Obat Jadi Badan POM di Jakarta mengatakan bahwa sebenarnya tanggal kadaluarsa pada obat tidak ada batasan toleransi. obat kadaluarsa cenderung tidak beracun jika sudah melewati masa berlaku.
Ia menjelaskan bahwa setelah melewati tanggal kadaluarsa, obat akan mengalami fase degradasi yang membuat khasiatnya memudar. Ketika terlanjur dikonsumsi, maka kemungkinan sembuh dari penyakit ketika mengonsumsi obat ini sangat kecil.
Ia mengatakan, “Sebenarnya obat tidak ada tanggal toleransi. Hanya saja setelah melewati tanggal itu secara bertahap mengalami kemunduran sampai tidak ada hasil.”
Baca juga:
Bibir anak ini bengkak setelah minum obat penurun panas, waspada bahaya alergi obat!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.