Tanah Papua kaya akan berbagai macam warisan budaya. Salah satunya adalah noken, tas tradisional dari Papua yang bahkan telah diakui sebagai warisan budaya dunia. Cara pemakaian noken juga unik, yaitu dibebankan di kepala, bukan di pundak atau tangan seperti ketika memakai tas pada umumnya. Mau tahu seperti apa tas noken Papua? Simak yuk informasinya berikut ini!
Mengenal Noken Papua, Tas Tradisional yang Diakui UNESCO
Sumber: Shutterstock
Bumi Papua menyimpan beragam keindahan dan sejarah yang tak boleh diabaikan begitu saja. Salah satu kekayaan yang kini telah diakui oleh dunia adalah noken, tas tradisional dari Papua yang terbuat dari serat kayu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization atau UNESCO bahkan telah mengakui noken Papua sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Bergerak dalam sidang yang mereka lakukan di Paris, Prancis pada tanggal 4 Desember 2012.
Saat itu, Wiendu Nuryanti yang menjabat sebagai Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Kebudayaan mengatakan bahwa Indonesia telah mendaftarkan noken sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Bergerak sejak empat tahun sebelumnya.
“Noken menjadi salah satu contoh karakter bangsa. Nanti, kita akan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk membuat Noken Papua ini lebih bernilai jual tinggi. Misalnya kita akan menggandeng para desainer Indonesia untuk menjadikan Noken sebagai bahan, ataupun aksesoris dalam karya fashion mereka,” kata Wiendu Nuryanti, 4 Desember 2012 seperti diberitakan oleh Antara.
Bukan Sembarang Tas, Noken Papua Menyimpan Makna Filosofis
Sumber: ANTARA FOTO
Bukan tanpa alasan noken Papua berhasil diakui sebagai warisan budaya dunia. Tas yang terbuat dari serat kayu pohon Manduam, pohon Nawa hingga anggrek hutan ini menyimpan makna filosofis bagi masyarakat Papua.
Bagi warga asli Papua, noken dianggap sebagai lambang kehidupan yang penuh dengan kebaikan, kedamaian, dan kesuburan di tanah Papua. Hal ini disebabkan karena tas noken bagi warga Papua asli digunakan untuk membawa hasil panen di ladang dan kebun serta barang belanjaan dari pasar.
Cara pemakaian noken juga sangat unik. Jika biasanya, tas dibebankan di bagian punggung, pundak, atau tangan, noken tidak demikian. Masyarakat asli Papua membawa noken dengan cara digantungkan di kepala.
Belum diketahui mengapa masyarakat Papua mengenakan noken di bagian kepala. Namun, yang jelas, hal ini telah menjadi kebiasaan warga setempat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Bentuk dan Corak Noken Berbeda-beda, Tanda Keragaman Budaya di Papua
ANTARA FOTO
Jika Anda pernah melihat noken, mungkin Anda memperhatikan bahwa bentuk dan corak noken tak selalu sama. Ada perbedaan pada bentuk, corak, motif dan warna yang disesuaikan dengan berbagai macam etnis di Papua. Meski demikian, berdasarkan fungsinya, secara umum noken dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
- Yatoo atau noken berukuran besar yang biasanya digunakan untuk membawa hasil panen dan bahan belanjaan dari pasar.
- Gapagoo atau noken berukuran sedang yang biasanya digunakan untuk membawa barang belanjaan dari pasar namun dalam jumlah yang tidak terlalu banyak.
- Mitutee atau noken berukuran kecil yang digunakan untuk membawa barang-barang milik pribadi yang ukurannya tidak begitu besar.
Tas Noken Muncul di Google Doodle Hari Ini
Satu hal yang tak kalah membanggakan adalah bahwa noken Papua muncul di halaman depan Google Doodle hari ini, Jumat (4/12/2020). Namun, hal ini sekaligus menjadi pengingat bagi masyarakat Indonesia bahwa keberadaan noken saat ini hampir punah.
Sebagai informasi, noken pada umumnya dibuat oleh perempuan. Namun, semakin hari, jumlah pengrajin noken semakin berkurang. Akibatnya, produksi noken juga berkurang dan tas yang penuh makna filosofis ini terancam punah.
Sebagai contoh, mengutip Medcom.id, di Pulau Biak saat ini hanya ada 10 perempuan pengrajin noken yang sebagian besar usianya sudah tak lagi muda. Padahal, pembuatan noken juga erat kaitannya dengan menjaga tradisi leluhur. Dengan membuat dan memakai noken, maka masyarakat sesungguhnya sedang meneruskan tradisi nenek moyang.
Kini, tas noken membutuhkan perhatian khusus baik dari masyarakat atau pemerintah. Jangan sampai tas yang sudah menjadi warisan budaya dunia ini justru punah dan dilupakan oleh bangsa sendiri. Yuk kita ikut melestarikan noken. Kalau ada yang menjual tas ini di sekitar Anda, jangan lupa untuk mengoleksi ya!
Baca juga:
25 Pilihan nama Papua untuk bayi imut Parents, cek di sini!
Tertindih reruntuhan rumah saat banjir di Papua, bayi 5 bulan berhasil diselamatkan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.