Bencana alam banjir bandang terjadi di kawasan Jayapura, Papua, Sabtu, 16 Maret 2019 kemarin. Sampai artikel ini diterbitkan, peristiwa banjir Papua telah memakan korban setidaknya 73 orang meninggal dunia.
Mau tidak mau, bencana alam ini juga mengakibatakan ribuan warga mengungsi. Lebih mirisnya lagi, saat terjadi banjir Papua juga ditemukan bayi lima bulan yang diduga telah terperangkap reruntuhan rumahnya hampir lima jam.
“Korban meninggal akibat banjir bandang di Kabupaten Jayapura ada 66 orang. Serta, ada juga 7 orang meninggal di Kotamadya Jayapura akibat tanah longsor,” ungkap juru bicara Kodam Cendrawasih Muhammad Aidi.
“Untuk seorang bayi, saat ditemukan, keadaan ia sedang tertindih kayu-kayu. Kami selamatkan dan dibawa ke rumah sakit,” tambah Aidi.
Sumber foto: BBC News Indonesia
Dikatakan Aidi, petugas merasa cukup sulit dan harus hati-hati saat melakukan evakuasi bayi tersebut. Pasalnya, para pihak yang bertugas harus memotong kayu yang menjepit kayu menggunakan dua gergaji.
Namun pada akhirnya sang bayi pun akhirnya berhasil diselamatkan. Saat bayi ditemukan, sang ayah kemudian datang dalam keadaan panik dan stres.
“Di rumah sakit dia diberi perawatan dan bayi ini kondisinya membaik. Sudah dijemput pula oleh pihak keluarga pada Minggu pagi,” ucap Aidi dikutip dari BBC News Indonesia.
Sementara itu, untuk warga yang mengungsi diperkirakan berjumlah 4.157 orang hingga Minggu malam waktu setempat, di mana para pengungsi tersebar di tujuh titik pengungsian.
Data lain juga mengungkapkan masih ada sekitar 60 orang yang dilaporkan hilang.
Bencana alam banjir Papua menerjang 9 kelurahan
Sumber foto: BBC News Indonesia
Tragedi banjir bandang ini setidaknya menerjang 9 kelurahan di Kabupaten Sentani. Mathius Awoitauw selaku Bupati Jayapura mengungkapkan lebih dari 1.000 warga Sentani dievakuasi ke kantor dan rumah dinas bupati.
Mengingat banjir terjadi secara tiba-tiba dan terjadi pada malam hari, hal inilah yang menyebabkan banyak warga tidak mempersiapkan diri. Alhasil, saat ini para warga yang mengungsi sangat membutuhkan kebutuhan pokok.
“Musibah ini terjadi saat tengah malam, jadi ada yang sedang tidur dan belum siap sama sekali. Mereka hanya keluar membawa baju yang sedang dipakai,” jelas Mathius.
Mathius menambahkan, kebutuhan air bersih juga menjadi kendala saat ini. Maka dari itu, dibutuhkan tangki air bersih untuk kebutuhan warga dan keperluan rumah sakit yang menampung korban luka-luka.
Menurut Kepala Humas Polda Papua Ahmad Musthofa Kamal, ada 3 lokasi yang berdampak parah akibat terjangan banjir bandang. Yaitu, di sekitar bandara, perubahan Bintang Timur, dan sekitar lapangan udara.
Wilayah yang terkena dampak besar banjir Papua, hingga saat ini masih tertutup lumpur material banjir. Diperkirakan masih banyak korban yang terperangkap materi lumpur.
Proses evakuasi banjir Papua terus berlangsung hingga sekarang
Sumber foto: BBC News Indonesia
Dari data korban yang telah didapatkan, kemungkinannya masih bisa bertambah. Sampai saat ini pendataan dan proses evakuasi juga masih masih dilakukan.
Hal ini karena belum semua daerah bisa terjangkau oleh tim SAR gabungan. Material lumpur dan kayu akibat banjir membuat akses jalan tertutup, membuat evakuasi korban sulit dilakukan.
“Fokus utama saat ini yaitu proses evakuasi penyelamatan korban. Mengingat wilayah yang terkena dampak banjir bandang begitu luas,” tegas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
Peringatan mengenai akan adanya banjir bandang
Sumber foto: BBC News Indonesia
Sejak September 2018, Sutopo mengatakan jika Dewan Ketahanan Nasional (Wantanas) bersama BNPB telah memperingatkan tentang adanya banjir bandang. Terutama, di wilayah Sentani memang rawan banjir akibat kerusakan lingkungan dan adanya pertambangan liar.
Apalagi, pada tahun 2007, di Sentani memang pernah terjadi banjir bandang. Untuk banjir bandang yang terjadi pada Sabtu lalu, menurut Sutopo, hal itu dikarenakan hujan deras yang terjadi pada sore hari dan membendung air di sungai, tapi kemudian air menguap dan menerjang wilayah di sekitarnya.
“Merupakan karakter banjir besar yang terjadi di Indonesia. Kita bisa lihat bagaimana kayu gelondondan yang begitu besar dan batu besar menerjang desa-desa,” tutur Sutopo.
Upaya pencegahan banjir bandang, seperti musibah banjir di Papua, Wantanas dan BNPB telah melakukan sebuah antisipasi. Caranya dengan melakukan penanaman 20.000 bibit pohon sebagai bentuk memperbaiki lingkungan, khususnya di hutan.
Baca juga :
6 Penyakit Pasca Banjir, Waspada Ya, Bun!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.