Kisah Seorang Ibu Jadi Working Mom di Kota Metropolitan, "Aku Bisa Jadi Ibu yang Baik"

Bagi Nita Ramadhita, menjadi ibu bekerja atau ibu rumah tangga sama-sama tidak mudah.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Memiliki seorang anak tak membuat seorang Nita Ramadhita menyerah dengan mimpi-mimpinya. Membesarkan putrinya, Lora Laika, adalah sebuah tugas, sedangkan melanjutkan karier adalah mimpi yang terus ia pupuk.

Ia tak ingin memilih di antara keduanya. Pilihan ini tentu membuat Nita bergabung ke dalam barisan working mom bersama jutaan perempuan lainnya.

Kepada theAsianparent Indonesia, Nita pun berkenan membagikan sepenggal kisah perjuangannya menjadi seorang working mom. Sebuah pilihan yang ia ambil dengan tekad sekuat baja walau dengan segala risikonya. 

Mengenal Nita Ramadhita, Sosok Working Mom yang Sempat Viral di Medsos

Saya sedang asyik berselancar di Twitter ketika melihat foto seorang perempuan menggendong anak di tengah meeting yang sedang berlangsung. Foto itu viral dan berhasil mencuri perhatian banyak orang. Ialah Nita Ramadhita, sosok perempuan yang ada di dalam foto tersebut.

Mengawali karier sebagai seorang penulis, Nita saat ini menjabat sebagai Social Media Lead di perusahaan hotel kapsul, Bobobox. Ia adalah sosok di balik strategi pemasaran Bobobox di media sosial. Tahun ini merupakan tahun kedua ia dipercaya mengepalai departemen media sosial. 

Di kantor, Nita adalah seorang atasan. Namun, begitu pulang ke rumah, ia akan memerankan tugas sebagai seorang ibu bagi putri kecilnya. Sejak menikah pada tahun 2018, Nita dan suaminya dikaruniai seorang anak perempuan yang manis bernama Lora Laika.

Lora adalah pusat semesta bagi Nita. "My sun, my moon, my world, the center of my universe," tulis Nita di Instagram. Walau demikian, kehadiran Lora tak menghentikan Nita untuk mengejar cita-citanya dalam berkarier. Ia mengambil langkah berani dengan memutuskan menjadi seorang working mom.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

"Yes, I am a mother of a very beautiful daughter. But, I'm also a wife, a marketer, a leader. I am still my own person with desires and dreams," tulisnya via LinkedIn. 

Artikel terkait: "Saya Istri dan Ibu Bekerja yang Berhenti Merasa Bersalah"

Menjadi Working Mom, Nita Ramadhita: "Aku Bisa Jadi Ibu yang Baik"

Menjadi ibu adalah sebuah tugas yang tidak mudah. Begitu juga ketika menjadi ibu bekerja. Selain membesarkan anak, seorang ibu bekerja juga dituntut untuk bisa menyelesaikan tugas-tugasnya di kantor. Peran ganda inilah yang dihadapi oleh Nita Ramadhita. Ia harus bisa membagi waktu untuk keluarganya dan pekerjaannya. 

Walau demikian, Nita adalah sosok yang sangat optimis dan pekerja keras. Ia tahu risiko menjadi seorang ibu bekerja. Sayangnya, terkadang peran ganda yang dialaminya ini mengundang rasa kasihan dari orang-orang di sekelilingnya. Kepada theAsianparent Indonesia, Nita menceritakan bahwa ia merasa kurang nyaman dengan hal tersebut. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Menurutnya, hal yang paling ia butuhkan saat ini justru adalah kepercayaan dari orang-orang di sekitarnya. Ia tidak ingin dikasihani. Sebaliknya, ia ingin dipercaya bahwa dirinya bisa mengejar mimpinya sembari tetap menjadi ibu yang baik bagi Lora. 

"Banyak yang sering bilang padaku, "Kasihan Nita kerja sambil ngasuh anak." Aku tidak ingin dikhawatirkan. Aku tidak ingin dikasihani. Aku hanya perlu diberi kepercayaan bahwa aku bisa menjadi ibu yang baik. Mungkin itu juga kali, ya, bentuk dukungan yang aku butuhkan," jelasnya. 

"We're trying our best to be the best mom for our child. Just trust us," kata Nita. 

Artikel terkait: Pesan manis untuk semua ibu bekerja: "Kerja keras Anda tidaklah sia-sia..."

Cuti Melahirkan Tiga Bulan Tidak Cukup 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dukungan bagi perempuan dalam dunia kerja selalu menjadi topik bahasan yang menarik untuk dibicarakan. Cuti hamil dan melahirkan adalah dua dari sekian banyak kebijakan yang lahir untuk memberikan dukungan kepada perempuan. Namun demikian, masih banyak PR yang perlu diperbaiki. 

Nita sendiri secara tegas mengatakan bahwa saat ini cuti 3 bulan yang berlaku di Indonesia dirasa belum cukup untuk mengakomodir kebutuhan perempuan pascamelahirkan. Ia melihat kebijakan di negara lain yang telah memberlakukan cuti melahirkan 6 bulan dan berharap hal tersebut juga bisa mulai diterapkan di Indonesia. 

"Menurutku, cuti melahirkan 3 bulan itu tidak cukup. Banyak negara mulai menerapkan cuti melahirkan minimal 6 bulan dan aku sangat berharap di Indonesia hal tersebut juga dilumrahkan," katanya. 

Hal lain yang juga tidak kalah penting baginya adalah fasilitas daycare yang disediakan oleh kantor. Adanya fasilitas daycare akan sangat memudahkan aktivitas ibu bekerja di kantor. 

"Fasilitas seperti daycare juga memang akan sangat membantu para parents," kata Nita. 

Selain soal cuti melahirkan dan daycare, ada satu hal yang membuat Nita merasa sedih ketika berbicara mengenai dukungan bagi perempuan pekerja. Ia masih sering menjumpai lowongan pekerjaan yang hanya diperuntukkan bagi perempuan single. Belum lagi, larangan bagi perempuan untuk menikah dan memiliki anak selama terikat kontrak pekerjaan. 

"Padahal menjadi ibu tidak akan merendahkan kualitas seseorang di dunia profesional, kok. Malah, kami akan bekerja ekstra keras karena kami punya someone worth fighting for. Aku sangat berharap perempuan di dunia kerja bisa dilihat as a person, bukan dilihat dari jenis kelaminnya atau status perkawinannya," katanya. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Video Mengharukan Ini Membuat Kita Salut pada Ibu yang Bekerja di Luar Rumah

"Ibu Juga Butuh Perhatian," Support System di Mata Nita

Tak dipungkiri, satu hal yang menurut Nita paling tersita selama ia menjadi ibu adalah waktu. Dua puluh empat jam rasanya masih belum cukup untuk mengakomodir seluruh tugasnya, baik sebagai ibu maupun sebagai pegawai. 

"Tantangan yang kuhadapi jelas waktu sehari yang tampaknya tidak cukup. Sulit untuk bisa present dalam mengurus anak, membereskan rumah, bekerja, dan bersantai atau me time," kata Nita. 

Akan tetapi, seluruh kerja keras dan lelah yang ia rasakan langsung terbayar begitu melihat senyum putrinya. Ia juga sangat bersyukur karena mempunyai support system yang baik yang datang dari suami, ibu, dan mertuanya. Merekalah yang memberikan dukungan agar Nita tetap mengejar kariernya meski telah memiliki anak. 

"Support system, yes, I couldn't have done it without them. Suamiku, ibuku, mertuaku, semua bantu aku supaya aku bisa terus achieving passion-ku dan berkarier. Bagiku, support system adalah orang-orang yang berjasa bagiku karena mereka bantu aku mengurusi rumah tangga sehingga aku lebih fokus untuk menjadi ibu bagi anakku," katanya. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Walau demikian, ia pun mengakui bahwa seorang ibu juga butuh perhatian. Pasalnya, sering kali saking banyaknya urusan yang perlu ditangani, kadang para ibu melupakan kebutuhan dirinya sendiri. Di sinilah peran dari support system sangat dibutuhkan.

"Terlalu sibuk mengASIhi anaknya, sibuk memikirkan kesehatan anaknya, sibuk untuk menambal tidurnya yang kurang. Kadang ibu jadi tidak sadar bahwa dirinya juga butuh diurusi. Tugas para support system adalah memastikan kebutuhan seorang ibu juga terpenuhi," katanya. 

Pada akhirnya, Nita mengatakan bahwa menjadi ibu bekerja atau ibu rumah tangga sama-sama tidak mudah. "Jadi segala jenis ibu tentu tidak mudah. Jadi working mom jelas tidak mudah, jadi full time mom juga sama."

Namun, selama yakin dengan pilihan yang diambil, setiap ibu di mata Nita Ramadhita bisa menjadi seorang super mom. "Ibu yang super adalah ibu yang yakin dengan pilihannya. So, jadi working mom or full time mom, just go for it."

Baca juga:

id.theasianparent.com/10-sisi-positif-ibu-bekerja

id.theasianparent.com/wanita-bahagia

id.theasianparent.com/ibu-bekerja-berkesempatan-memiliki-putri-yang-lebih-sukses