Menjadi orangtua, khususnya ibu, bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dilakoni. Sering kali ada saja hal yang membuat rasanya seakan sulit untuk mengemban profesi ini. Salah satu contohnya yakni ketika ada yang membandingkan antara full time mom vs working mom.
Terkait full time mom vs working mom ini sendiri, sebenarnya saya pernah ada di kedua posisi tersebut. Saya punya pengalaman 4 tahun menjadi full time mom dan 1 tahun berjalan menjadi working mom. Lewat tulisan ini pun saya akan bagikan kisahnya untuk Parents semua.
Full Time Mom VS Working Mom
Empat bulan setelah melahirkan anak pertama, saya berdiskusi dengan suami untuk memutuskan kalau saya resign dari pekerjaan dan menjadi full time mom.
Setelah resign dari pekerjaan, saya bisa menjaga dan merawat anak pertama saya 100% tanpa bantuan pembantu atau keluarga. Lalu, anak kedua juga 100% sampai dia umur 4 bulan, karena keburu hamil anak ketiga, kemudian ada yang bantu paruh waktu pagi sampai sore.
Sementara itu, ketika si bungsu umur 7 bulan, datang kesempatan dari perusahaan terakhir saya bekerja. Pada saat itu, saya pun kembali bekerja, tepatnya mulai Oktober 2019 sampai sekarang. Pertimbangan kembali bekerja adalah pekerjaan sesuai bidang yang dikuasai, suasana kerja, dan teman-teman kerja yang sudah familier, serta tawaran gajinya.
Full Time Mom Bagiku…
Full time mom means less “me time”. Semakin banyak anak, maka semakin sedikit waktu buat diri sendiri. Seharian menjaga anak-anak apalagi anak-anak masih kecil dengan jarak umur yang dekat tentu menguras energi dan emosi.
Harus pintar-pintar untuk mengatur stabilitas pikiran dan emosi kita supaya tidak menjadi bom waktu yang memengaruhi jiwa raga kita.
Support dari orang-orang terdekat sangatlah penting. Saya bersyukur punya suami yang sangat helpful dalam urusan anak-anak, dan saya bersyukur dengan kegiatan di rumah ibadah, sehingga sangat membantu menstabilkan pikiran dan emosi saya.
Sementara Working Mom…
Working mom means less time with kids. Pagi sampai sore bekerja, hanya malam dan hari libur bisa menghabiskan waktu secara penuh dengan anak-anak. Working mom lebih menguras energi dibanding emosi bagi saya pribadi. Sebagai working mom, secara finansial ada pendapatan lebih yang bisa dialokasikan untuk tabungan masa depan anak-anak.
Jadi, Lebih Baik Full Time Mom atau Working Mom?
Kesimpulannya, mau full time mom atau working mom, ada plus minusnya. Yang terpenting adalah harus dijalani dengan rasa syukur, happy, dan maksimal tentunya.
Tidak lupa, orangtua harus selalu membekali diri dengan pengetahuan supaya tumbuh kembang anak maksimal. Caranya bisa melalui seminar atau webinar, artikel, browsing, media sosial, buku, diskusi langsung dengan sumber yg bisa dipercaya, dan lainnya. Termasuk salah satunya lewat theAsianparent.
Hasilnya, anak-anak saya tumbuh kembangnya baik. Si sulung ketika umur 2 tahun sudah bisa alfabet, 2 tahun lebih bisa penjumlahan, sekarang di umur 5 tahun 2 bulan pun perkalian sudah lancar.
Tingkah laku ketiga anak saya juga baik. Hubungan saya dengan ketiga anak juga sangat dekat, walaupun sekarang saya working mom, mereka sangat dekat dengan saya. Ketika malam atau hari libur, mereka maunya sama mamanya bukan pengasuhnya, setiap malam harus ada saya di samping mereka untuk menemani tidur.
Jadi, antara full time mom vs working mom, semuanya sama-sama pilihan yang baik, asalkan kita selalu bersyukur dan melakukan yang terbaik.
Ditulis oleh Herny Lim
Baca juga:
id.theasianparent.com/tips-anak-bermain
10 Pengingat Penting Betapa Hebatnya Peran Ibu untuk Anak dan Keluarga
Tetap Eksis Kendati Tugas Ibu Tak Kunjung Habis
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.