Setelah Olimpiade Paris 2024 usai, giliran para atlet disabilitas yang berlaga di Paralimpiade Paris 2024. Salah satu atlet yang mewakili Indonesia adalah Ni Nengah Widiasih, atlet angkat berat yang menyumbangkan medali pertama untuk Indonesia.
Ni Nengah Widiasih adalah atlet yang berprestasi. Lumpuh dan harus menggunakan kursi roda untuk mobilitas sehari-hari tak menghalanginya untuk dapat mencatat berbagai macam rekor dalam bidang olahraga angkat berat.
Prestasi terbaru yang diraihnya adalah mendapatkan satu emas dan satu perak di ajang Pattaya 2024 Para Powerlifting World Cup di Thailand.
Meski dirinya tengah cedera bahu, tetapi dirinya tetap berusaha untuk kembali membawa pulang medali lagi di ajang Paralimpiade tahun ini.
Berikut adalah kisah Ni Nengah Widiasih yang bisa menjadi inspirasi.
Artikel Terkait: Kisah Greysia Polii, Yatim Sejak Usia 2 Tahun Hingga Jadi Atlet Berprestasi
Kisah Ni Nengah Widiasih
1. Menderita Polio Sejak Kecil
Ni Nengah Widiasih lahir di Kabupaten Karangasem, Bali, 12 Desember 1992. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara.
Ketika Widi, sapaan akrabnya, berusia 3 tahun, ia menderita demam tinggi.
Widi kemudian didiagnosis mengidap polio yang menyebabkan kedua kakinya tidak bisa berfungsi secara normal.
Sejak saat itu, ia harus menggunakan kursi roda karena tidak bisa berjalan layaknya anak-anak seumurnya.
Artikel Terkait: Profil dan Perjuangan Nurul Akmal, Anak Petani yang Sukses Jadi Atlet Angkat Besi
2. Difabel Berprestasi
Mengidap polio tidak menyurutkan semangat Widi untuk terus belajar dan berkarya.
Ia pernah merantau ke Yogyakarta seorang diri untuk bergabung dengan yayasan difabel.
Di sana ,Widi belajar berbagai macam keterampilan agar bisa mandiri.
Pulang kembali ke Bali, Widi bersekolah di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Jimbaran Bali.
Ia termasuk siswi berprestasi, bahkan seringkali mengikuti perlombaan cerdas cermat mewakili YPAC.
3. Mengikuti Jejak Kakak Jadi Atlet
Mengutip dari Tempo, awal mula ketertarikan Widi dengan dunia angkat berat adalah karena mengikuti kakak sulungnya, I Gede Suantaka.
Kebetulan, Suantaka yang terpaut dua tahun lebih tua darinya itu adalah seorang atlet angkat berat.
Kakaknya itu memberikan dukungan dan semangat untuk Widi ketika memutuskan untuk mulai berkecimpung di dunia yang kemudian membesarkan namanya itu.
Widi sempat mengikuti kejuaraan nasional angkat berat dan hanya latihan selama dua hingga tiga bulan.
Di Kejurnas 2006, Widi memenangkan medali emas. Keberhasilannya itulah yang kemudian membuatnya semakin semangat untuk berlatih dan menekuni angkat berat.
Alumni SMA Dwijendra Nusa Dua itu pun ikut berlaga di ASEAN Paragame Thailand 2008 dan berhasil meraih medali Perunggu.
Tahun-tahun berikutnya ia juga kembali menorehkan prestasi seperti perak di ASEAN Paragames Malaysia 2009, serta emas di ASEAN Paragames Solo 2011 dan ASEAN Paragames Myanmar 2013.
Artikel Terkait: 7 Fakta Anthony Sinisuka Ginting, Sudah Main Bulutangkis Sejak Taman Kanak-Kanak!
4. Ni Nengah Widiasih Raih Medali Perak pada Paralimpiade Tokyo 2020
Prestasi demi prestasi terus menerus diraih oleh Widi. Ia menyabet dua medali perak di Asian Para Games 2014 dan 2018 serta medali perunggu di Paralimpiade 2016 di Rio de Janeiro.
Tidak hanya itu, Widi berhasil mempersembahkan medali pertama untuk Indonesia di Paralimpiade Tokyo 2020 setelah sukses mengangkat beban seberat 98 kilogram.
Perempuan yang menjadi satu-satunya wakil Indonesia pada cabang para-powerlifting itu berhasil mengungguli Fuentes Monasterio dari Venezuela. Sayangnya ia kalah dari lifter asal Cina, Guo Lingling, yang berhasil mengangkat beban 108 kilogram.
Artikel Terkait: Profil Kiky Saputri, Perjalanan Karier hingga Kisah Cintanya
Memiliki keterbatasan tak menghalangi langkah Ni Nengah Widiasih untuk menjadi atlet berprestasi yang mengharumkan nama Indonesia.
***
Baca Juga:
Beli Raket Pertama dari Hasil Jualan Sayur, Apriyani Rahayu Sabet Medali Emas Olimpiade Tokyo 2020
6 Fakta Irene Sukandar, Grand Master Catur yang Berprestasi di Usia Muda
Parents, Lakukan Langkah ini untuk Dukung Bakat Olahraga Anak