Meski dibesarkan secara ‘digital’ dan disebut-sebut sebagai generasi paling pintar dan kritis, ternyata metode belajar generasi alpha tak harus serba digital, kok.
Usia tertua generasi alpha saat ini adalah 9-10 tahun.
Generasi ini berbeda dengan generasi milenial yang melihat gadget sebagai sesuatu yang ‘wow’.
Mengapa? Generasi milenial lahir –terutama yang lahir di awal-awal generasi ini ada- sebelum ada telepon selular dan media sosial, itulah alasan generasi ini melihat gadget sebagai sesuatu yang sangat luar biasa.
Berbeda dengan generasi alpha. Bahkan, sebelum lahir ke dunia pun, mereka sudah terpapar dengan dengan gadget ataupun dunia digital. Maka tak mengherankan, generasi alpha memiliki metode belajar generasi alpha ini terbilang begitu khas.
Seperti apa?
6 Metode Belajar Generasi Alpha
1. Visualisasi yang Menarik
Generasi alpha terlahir di saat gadget sudah ada dan teknologi sudah berkembang sedemikian rupa. Generasi ini memandang gadget dan media sosial (medsos) bukan sebagai suatu hal yang menakutkan. Gadget merupakan bagian dari gaya hidupnya, dan mereka bukan generasi yang gaptek alias gagap teknologi.
Kata Psikologis Klinis dan Hipnoterapi di Sanatorium Dharmawangsa Mental Health Clinic Liza Marielly Djaprie, generasi ini berbeda dengan generasi milenial yang melihat gadget sebagai kebutuhan. Mereka lahir sebelum ada telepon selular dan medsos, sehingga mereka melihat gadget sebagai sesuatu yang ‘wow’.
Kebanyakan dari mereka terlahir dengan sudah memiliki akun Instagram, atau kelahirannya diabadikan secara langsung (streaming) melalui fitur story media sosial. Dalam tumbuh kembangnya, orangtua mereka memberikan telepon pintar untuk menemani mereka bermain dan belajar.
Inilah yang memengaruhi metode belajar mereka. Metode belajar yang diterapkan kepada mereka haruslah menarik secara visual, karena mereka memang terbiasa melihat hal-hal yang menarik di dunia maya. Jangan harap mereka puas dengan belajar menggunakan alat tulis dan buku pelajaran saja.
2. Tahu apa yang diinginkannya, salah satu ciri dari generasi alpha
Dengan gadget di tangannya, mereka memiliki kendali dalam menentukan dan melihat tontonan apa saja, sesuai dengan kesukaan mereka saat itu. Bosan dengan satu tontonan, dengan cepat mereka akan meminta orangtua mengganti konten yang mereka inginkan. Bahkan beberapa balita yang sudah lebih besar (usia 4-5 tahun) dan sudah mengenali huruf, mampu mengetik atau mencari sesuatu di handphone atau tabletnya sendiri.
Tidak ada yang salah dengan hal ini –bermain gadget- sebenarnya. Yang harus diperhatikan orangtua adalah durasi pemakaiannya dan keamanan tayangan (parent approved content) untuk mengurangi dampak negatif pada kesehatan anak.
Ada sebuah studi yang mengungkapkan mengenai keunggulan generasi alfa mengenai penggunaan gadget. Studi tersebut dilaporkan JWT Intelligence (Juli 2018). Dikatakan, 81% anak-anak alpha di AS mempengaruhi pembelian gadget di keluarganya dan 27% orangtua menanyakan pendapat anak alfanya sebelum membeli TV, laptop, tablet, atau telepon baru. Ini menunjukkan bahwa wawasan anak alpha berdasarkan hasil penggunaan gadget begitu luas.
3. Generasi alfa sangat aktif
Metode belajar yang konservatif (hanya dengan buku) tidak cocok dengan anak alpha. Ini berbanding terbalik dengan generasi X dan Y. Anak alpha sangat aktif, bukan tipe anak yang duduk diam saat belajar.
Liza mengatakan, ada sebuah penelitian yang mengatakan bahwa 80% anak aktif ini yang justru drop out dari sekolahnya. Oleh gurunya, mereka dicap sebagai anak nakal karena tidak bisa diam. Padahal secara pembawaan, mereka memang seperti itu. Kalau diam, cenderung mudah mengantuk dan tidak mampu menyerap pelajaran dengan baik.
Padahal sesungguhnya, tak ada anak bodoh dan nakal. Yang salah adalah pendekatannya! Bukankan begitu, Bunda?
4. Senang bereksperimen
Anak alpha sangat senang bereksplorasi dan mencari jawaban dengan cara mereka sendiri. Mereka perlu mengalami sendiri hal-hal menarik yang mereka lihat, entah itu secara langsung atau melalui internet.
Misalnya saja matematika, kata Liza. Anak alfa belajar mulai dari pattern terlebih dahulu. Saat belajar mengenai angka ganjil dan angka genap, mereka akan lebih mudah mengerti jika belajar membandingkan dengan warna. Seperti, warna hitam untuk ganjil dan warna putih untuk genap.
Ketika memelajari ‘anggota tubuh’ pun begitu. Anak alfa kesulitan menghapal. Mereka belajar dengan membuat pola dasar tubuh terlebih dulu, yaitu membuat pola dengan mencetak tubuh mereka di atas koran atau kertas besar, lalu pola digunting dan menempelkan nama-nama bagian tubuh sesuai tempatnya. Cara ini lebih mudah dimengerti oleh anak alpha.
Merujuk pada pemahaman ini, tak sulit rasanya memasukan anak alpha ke pendidikan non formal atau alternatif seperti homeschooling, sekolah alam, atau sanggar anak. Tempat-tempat seperti ini merupakan pilihan bagus karena lebih bisa memberi mereka ruang yang dalam untuk mengekspresikan minat dan bakatnya.
5. Kritis dan logis
Jika Anda mengatakan sebuah fakta, berikan juga penjelasan logisnya. Ya, anak alpha sangat kritis dan logis dalam segala hal. Jika tidak, siap-siap Anda dibombardir berbagai pertanyaan demi memuaskan rasa penasarannya.
6. Harus dengan aturan yang jelas
Agar anak lebih disiplin dalam belajar dan menggunakan gadget, ada beberapa hal yang patut orangtua lakukan mengenai hal ini. yaitu:
- Membuat agenda harian yang disesuaikan dengan kebutuhan dan usia anak.
- Ada agenda gadget kapan bisa bermain dan berhenti menggunakan gadget.
- Lakukan pengawasan. Orang tua harus konsisten menerapkan kedua agenda di atas dan melakukan pengawasan dengan apa yang dilakukan anak saat ia bermain gadget.
- Sosialisasi dengan teman sesuainya.
Dengan mengetahui metode belajar generasi alpha yang tepat, harapannya Parents bisa mendampingi dan mengetahui apa yang dibutuhkan si kecil ketika sedang belajar.
Baca juga:
Membesarkan anak generasi Alpha, ini tantangannya buat Parents!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.