Semua orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Begitu pun aku sebagai seorang ibu. Aku ingin mengajari anakku berbagai hal baik. Meskipun dia masih bayi, aku yakin dia akan menyerap hal-hal baik yang kuajarkan di dalam ingatannya. Salah satu hal baik yang kuajarkan adalah menyelamatkan bumi dengan clodi.
Sejak masih mengandung, aku sudah mencari tahu tentang clodi. Secara sepintas, aku tahu bahwa clodi ini punya banyak keunggulan dibandingkan dengan popok sekali pakai. Yup, clodi adalah singkatan dari cloth diapers.
Sejarah Penggunaan Popok
Jauh sebelum ditemukannya popok sekali pakai, para bayi di berbagai negara diberikan popok sesuai dengan bahan-bahan yang tersedia di sekitar mereka. Di Amerika, mereka menggunakan popok yang terbuat dari rumput dan kulit kelinci. Di negara lain yang bersuhu dingin, mereka menggunakan linen atau wool untuk menghangatkan badan sekaligus menampung kotoran bayi.
Dikutip dari Realdiapers.org, popok sekali pakai ditemukan pada tahun 1942 di Swedia. Namun baru pada tahun 1948 sebuah perusahaan berani memproduksi dan menjualnya untuk pertama kali. Tentu saja hal ini memberikan dampak munculnya polusi berupa sampah dan bau.
Meskipun sekitar tahun 2010 diperkenalkan popok sekali pakai yang bisa terurai, ternyata hal tersebut tidak mengubah tren penggunaan popok sekali pakai yang biasa. Bahkan polusi karena penggunaan popok sekali pakai masih ada sampai sekarang.
Di awal tahun 1990, clodi baru muncul kembali dan diproduksi secara massal oleh sebuah perusahaan asal Amerika. Bentuk dan bahan yang digunakan untuk membuat clodi pun mengalami banyak perkembangan.
Tidak heran, aku menemukan bahwa clodi buatan Amerika memang sangat berkualitas. Yah, meskipun harganya tentu saja lebih mahal daripada yang banyak tersedia di Indonesia.
Artikel terkait: 7 Cara Merawat Clodi Agar Awet dan Aman untuk Kulit Bayi
Perjalanan Menggunakan Clodi
Pertama kali tahu soal clodi, aku langsung tertarik untuk menerapkan penggunaannya ke bayiku. Aku mulai mencari-cari info dari banyak sumber. Tak jarang aku menonton kanal Youtube pada ibu yang berbagi pengalaman tentang menggunakan clodi. Semua info yang kudapat membuatkan semakin mantap untuk ber-clodi.
Dari umur anakku 1 bulan, aku sudah mencicil membeli clodi. Karena harganya yang lumayan, aku memilih membeli sedikit-sedikit setiap bulan agar tidak terasa mahal. Aku baru memakaikannya saat anakku berusia 2,5 bulan. Di umur tersebut anakku sudah mulai berguling. Tentu saja popok kain biasa tidak cukup menampung pipis dan poop-nya.
Alasan utamaku menggunakan clodi adalah agar bisa menghemat anggaran popok. Ternyata memang cukup besar dampaknya. Aku bisa jauh lebih hemat dibandingan dengan temanku yang memakai popok sekali pakai. Selain itu, sebelumnya aku juga merasa bersalah karena ikut menyumbang sampah.
Awalnya mertua dan suamiku tidak terlalu setuju. Tapi aku terus meyakinkan mereka dengan pengetahuan yang kudapatkan. Mereka pikir anakku akan merasa tidak nyaman karena tampilan clodi yang terlihat lebih besar daripada popok sekali pakai. Tapi ternyata anakku nyaman-nyaman saja. Berlanjutlah usaha kami menyelamatkan bumi dengan clodi.
Artikel terkait: Pilih Popok Kain Atau Popok Sekali Pakai? Ini Pro dan Kontranya
Manfaat yang Kurasakan dari Ber-clodi
Sekarang anakku sudah berumur 6 bulan. Dia sedang aktif-aktifnya belajar duduk dan merangkak. Aku masih konsisten menggunakan clodi. Selain menyerap pipis dan menampung poop, clodi bisa menjadi bantalan saat ia belajar duduk. Material clodi yang lembut membuatnya lebih nyaman.
Pernahkan anak bunda mengalami ruam? Anakku juga pernah. Itu karena kami memakaikan popok sekali pakai untuknya saat bepergian. Mungkin kulit anakku memang sangat sensitif atau tidak cocok dengan merk popoknya. Akhirnya, aku semakin yakin dengan clodi karena bahan yang digunakan bebas bakteri dan tidak menyebabkan iritasi.
Selain hemat, mengurangi sampah dan membuat anak lebih nyaman, ternyata clodi juga bisa melatih anak untuk lebih sensitif pada saat mulai potty training. Tidak seperti popok sekali pakai, permukaan clodi tidak langsung kering ketika terkena pipis. Semoga dengan memakai clodi anakku bisa lebih cepat lulus potty training nantinya.
Motif lapisan luar clodi biasanya dibuat dengan desain yang menarik dan menggemaskan. Entah mengapa itu bisa membuatku terus semangat ber-clodi meskipun harus rutin mencuci. Anakku juga menyukai motif-motifnya yang lucu.
Yup, mencuci adalah salah satu keharusan jika ingin memakai clodi. Tapi aku lebih memilih untuk sedikit repot mencuci asalkan anakku merasa nyaman dan bebas ruam popok. Lagipula clodi bisa dicuci dengan mesin. Saat ini juga sudah banyak merk clodi yang mudah dibersihkan dan cepat kering.
Semoga tulisan ini menginspirasi para ibu untuk mencoba ber-clodi. Tidak perlu selalu memakainya, sebenarnya clodi juga bisa dipakai berdampingan dengan popok sekali pakai secara selang-seling. Tidak ada salahnya untuk mencoba ya, Bun.
Ditulis oleh Desi Kartika Sari, UGC Contributor theAsianparent.com
Artikel UGC lainnya:
4 Hal Sederhana yang Bisa Dilakukan untuk Meningkatkan Mood setelah Melahirkan
Ampuh! Jurus Menyapih Unik yang Kupraktikkan pada Ketiga Anakku
3 Alasan Susahnya Mengajari Anak Bahasa Jawa Sebagai Bahasa Ibu
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.