Bagi Bunda yang sedang merencanakan MPASI si kecil, mungkin pernah mendengar tentang menu MPASI tunggal, bukan? Atau mungkin Bunda sudah mengikuti cara yang banyak orang lakukan mengenai MPASI tunggal ini.
Tapi, apa Anda sudah benar-benar yakin dengan pemberian menu MPASI tunggal untuk si kecil? Padahal sebenarnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak merekomendasikan hal itu lho.
Untuk memahaminya lebih jelas, yuk, sama-sama kita ulas mengenai apa peran MPASI, dan apakah menu MPASI tunggal benar-benar bermanfaat untuk si kecil?
Artikel terkait: Kenali Tanda-tanda Anak Siap Menerima MPASI Pada Usia 4-6 Bulan
Peran MPASI untuk bayi
Dikutip dari pemaparan dr. Meta Hanindita, SpA, di akun Instagram pribadinya (@metahanindita), ia menjelaskan bahwa MPASI dibutuhkan karena ASI yang didapatkan oleh bayi (di atas 6 bulan) tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
“MPASI menurut WHO diberikan sejak bayi berusia 6 bulan, tapi kebutuhan energi bayi setelah 6 bulan ternyata tidak bisa dicukupi dari ASI saja. Pada usia 6-8 bulan, ASI hanya bisa mencukupi 70%, sehingga MPASI harus mencukupi 30%.
Bayi 9-11 bulan, ASI hanya bisa mencukupi 50%, sisanya harus dari MPASI. Terakhir, di atas setahun, ASI cuma bisa mencukupi 30%, artinya 70% harus tercukupi dari MPASI,” tulis dr. Meta di laman instagramnya.
Tapi yang dibutuhkan bayi dalam masa pertumbuhannya tidak hanya kebutuhan energi saja. Ada nutrisi lainnya yang tidak boleh kurang dikonsumsi selama periode emas bayi.
Artikel terkait: Menu MPASI Unik Setiap Hari yang Bisa Bunda Tiru di Rumah
Apa yang dibutuhkan bayi di dalam MPASI?
Selain itu, dr. Meta menambahkan kalau kebutuhan zat besi saat bayi tidak bisa tercukupi dari ASI. Dan zat besi merupakan mikronutrien paling penting setelah kebutuhan energi.
“ASI hanya mengandung sedikit sekali zat besi. Salah satu dari mikronutien penting seperti zat besi juga sudah tidak tercukupi dari ASI saja, diatas 5 bulan. Tapi dari usia 0-5 bulan, masih ada cadangan zat besi sejak di kandungan, sehingga ASI saja sudah cukup. Ada kalanya anak dibawah 6 bulan kekurangan zat besi, bila ibu mengalami anemia, bayi lahir prematur, berat lahir rendal, dll,” terang dr. Meta.
Ternyata, saat usia 6 bulan ke atas, ASI hanya mencukupi 3% kebutuhan zat besi pada bayi. Padahal peran zat besi ini sangat penting untuk perkembangan otak anak.
“Proses myelinasi otak butuh zat besi, sementara proses ini di 2 tahun pertama, terutama, lagi hot-hotnya. Kalau pas lagi proses pembentukan otak zat besinya kurang, jadilah gangguan struktur dan fungsi otak,” terang dr. Meta.
Untuk itu, Parents, perlu memerhatikan MPASI yang akan diberikan kaya zat besi untuk memenuhi 97% kebutuhan zat besi bayi.
Apa itu menu MPASI tunggal?
Menu MPASI tunggal adalah menu makanan yang terdiri dari satu bahan makanan saja, misalnya, pisang, avokad, bubur beras, dll yang dicampur dengan ASI.
Biasanya, MPASI tunggal ini diberikan selama 14 hari setelah usia anak mencapai 6 bulan, dengan tujuan untuk melihat apakah ada tanda-tanda alergi pada si kecil. Atau apakah bayi menjadi sembelit atau diare karena makanan tersebut.
Apakah menu MPASI tunggal bermanfaat?
Lagi-lagi, Parents harus menggarisbawahi kalau MPASI harus mencukupi kebutuhan makro dan mikronutrien bayi. Sedangkan, dr. Meta menemukan kalau menu MPASI tunggal sangat tidak mencukupi kebutuhan gizi tersebut.
Misalnya, saat Parents memberikan pisang sebagai menu perdana untuk MPASI si kecil.
“Bagaimana dengan kecukupan energinya? Pisang mengandung energi sekitar 90 kkal, sedangkan kebutuhan bayi laki-laki, misalnya, dengan berat 7 kg umur 6 bulan adalah sekitar 770 kkal. Anggap saja 70% dari 770 kkal ini sudah tercukupi dari ASI, sehingga masih ada sisa 231 kkal yang harus tercukupi dari MPASI.
Jika pisang berukuran sedang diberikan 3x dalam sehari, artinya energi yang tercukupi dari pisang aalah 3 x 90 = 270 kkal. Cukup, tapi bagaimana dengan kebutuhan zat besinya?” jelas dr. Meta.
Dari perhitungan tersebut dr. Meta menyimpulkan kalau anak usia 6 bulan membutuhkan zat besi kurang lebih 11 mg/hari. Bila yang terpenuhi dari ASI 0.2 mg, sehingga 10.8 mg sisanya harus tercukupi dari MPASI.
dr. Meta melanjutkan, misalnya pisang berukuran sedang mengandung 0.31 mg zat besi. Kalau dalam sehari Parents memberikan berupa pisang sebanyak 3 buah, total zat besi yang kita berikan pada anak adalah sekitar 1 mg. Sepersepuluh kebutuhannya saja tidak sampai.
Itulah mengapa bila bayi diberikan menu MPASI tunggal, kecukupan gizinya kurang terutama asupan zat besinya. Maka, bisa dikatakan MPASI tunggal tidak cukup memenuhi kebutuhan si kecil.
“Di atas 6 bulan perlu 11 mg/hari. ASI mencukupi 0.2 mg, berarti MPASI harus mencukupi 10.8 mg. Ada juga referensi yang bilang cukup 7-11 mg. Boleh pake yang mana aja. Menurut penelitian di Indonesia, kebanyakan MPASI mengandung kurang zat besi, kalsium, zinc, folat sama tiamin. Bayangin aja kalau yang dikasih MPASI menu tunggal, sampai 14 hari pula, wajar kan kurang zat besi dkknya? Apalagi yang dikasih buah-buahan yang zat besinya kecil.” tegas dr. Meta.
Nah, Parents, sudah jelas kan kalau menu MPASI tunggal saat ini kurang bermanfaat untuk si kecil. Mulai saat ini, yuk variasikan menu MPASI si kecil dengan menu 4 bintang, yaitu yang terdapat karbohidrat, dan makanan kaya akan protein hewani.
Baca juga:
Amankah menambahkan penyedap rasa (MSG) pada MPASI bayi?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.