Untuk Menjaga Kehamilan, Haruskah Bumil Merahasiakannya Selama 3 Bulan?

Sebuah aturan tidak tertulis menyebutkan jika ibu hamil harus menjaga kehamilannya dengan merahasiakannya kepada orang lain sebelum usia kandungan melewati trimester pertama. Apakah ini memang benar harus dilakukan?

Setiap perempuan pasti akan berusaha menjaga kehamilan dengan sebaik mungkin, hingga waktu persalinan tiba. Namun, ternyata hal ini bukan sesuatu yang mudah, terutama pada usia kandungan 12 minggu pertama atau 3 bulan.

Oleh karenanya, tidak sedikit pasangan yang memutuskan untuk merahasiakan kehamilan mereka selama 12 minggu pertama.

Chrissie Mesina, RN Supervisor di Marguerite Gardens Hospital in Glendale, California, menjelaskan bahwa biasanya 12 minggu pertama adalah tahap kritis dalam kehamilan.

“Pada tahap ini risikonya tinggi, karenanya banyak orang memilih tidak mengumumkan kehamilannya sebelum 3 bulan pertama kehamilan terlewati,” kata Mesina.

Haruskah itu dilakukan untuk menjaga kehamilan? Cek penjelasannya di bawah ini.

Artikel terkait: Perkembangan Janin 12 Minggu dan Gejala Kehamilan yang Dirasakan

menjaga kehamilan

Untuk Menjaga Kehamilan, Haruskah Dirahasiakan Selama 3 Bulan?

Aturan 12 minggu hanyalah cara kuno penuh mitos untuk menakut-nakuti perempuan. Sama halnya ketika seseorang mengalami keguguran, hal ini juga tidak perlu disembunyikan.

Setiap orang harus memahami bahwa kehamilan adalah kehamilan, dan keguguran adalah keguguran.

Chrissie, mengatakan kesedihan itu tidak tergantung pada usia kehamilan.

Setiap kehamilan adalah hal pribadi, lalu setiap kehilangan membutuhkan ungkapan kepedulian dan belas kasih.

Kita tidak harus memberitahukannya bila tidak ingin, sama seperti jika tidak ingin berkabung sendirian.

Keguguran bukan hanya suatu kehilangan secara fisik. Pengalaman setiap orang yang mengalami ini berbeda dan bersifat personal.

Artikel terkait: Bumil, Ketahui 10 Ciri-Ciri Janin Sehat pada Trimester Pertama Berikut Ini!

Dampak Menjaga Kerahasiaan Kehamilan: Menyebabkan Kecemasan di Tempat Kerja

menjaga kehamilan

 

Gejala-gejala yang muncul pada 6 minggu pertama kehamilan akan terlihat oleh rekan-rekan kerja.

Bagaimana mungkin seorang perempuan tidak memberi tahu atasannya alasan kenapa ia harus ke kamar mandi setiap setengah jam?

Belum lagi masalah pergeseran hormon saat hamil. Perubahan mood, lesu, dan hal lainnya.

Artikel terkait: 5 Hal Penting yang Wajib Dilakukan pada Trimester Pertama Kehamilan

Dampak Merahasiakan Keguguran dalam Aturan 12 Minggu Pertama

menjaga kehamilan

1. Aturan 12 Minggu akan Memaksa Wanita Menyimpan Rasa sedihnya Sendirian

Beberapa perempuan mengatakan bahwa aturan kehamilan 12 minggu ini membuat perasaan sedih atas keguguran semakin memburuk.

Tiffany Elder, seorang penulis dan seorang ibu yang pernah mengalami keguguran, menulis di blog pribadinya tentang ini.

Menurut Tiffany, aturan 12 minggu ini di satu sisi memungkinkan perempuan bersedih atas keadaannya tanpa ada yang tahu.

Namun di sisi lain, aturan 12 minggu juga memaksa perempuan untuk berduka sendirian.

Padahal dalam 12 minggu tersebut, hidup seorang perempuan berubah dua kali.

Dari penuh sukacita karena hamil, lalu terpuruk dalam kesedihan karena keguguran. Semua hal itu, tak ada siapapun yang tahu.

Artikel terkait: 9 Makanan Ibu Hamil yang Perlu Dikonsumsi pada Trimester Pertama

2. Membuat Perempuan Merasa Cemas

Dilema antara harus sedih atau tidak sedih saat keguguran dapat menyebabkan kecemasan.

Keguguran adalah kematian juga, bahkan sebelum kita melihat janin itu tumbuh.

Janin dalam tubuh itu telah begitu banyak mengubah Anda, dan tidak ada yang tahu selain Anda. Nah, aturan 12 minggu ini dianggap tidak adil.

Hal itu karena membuat perempuan tidak semangat atas kehamilan mereka.

Termasuk ketika kehamilan itu belum terlihat, kemudian mengalami keguguran, rasanya sia-sia bersedih atas hal tersebut.

3. Sulit Terbuka tentang Kesedihan

Untuk Menjaga Kehamilan, Haruskah Bumil Merahasiakannya Selama 3 Bulan?

Beberapa laki-laki dan perempuan memilih berkabung dalam diam, karena terkadang kepedihan itu terlalu sulit untuk dibagikan.

Mereka lebih memilih memendam daripada mengungkapkannya. Sementara yang lainnya, merasa tidak dapat berduka secara terang-terangan karena keguguran itu terjadi terlalu dini.

Maka, ketika kehamilan yang belum diketahui orang lain dan tiba-tiba berakhir, Anda bertanya-tanya kepada siapa harus berbagi?

Anda pun bingung bagaimana cara menjelaskan keguguran yang dialami kepada orang-orang yang bahkan tidak mengerti tentang kesulitan Anda sampai bisa hamil.

Hal yang Harus Dilakukan

Hal yang pasti dibutuhkan perempuan ketika mengalami keguguran adalah dukungan emosional. 

Segala hal menjadi begitu emosional setelah keguguran. Ketika mandi, masak, jalan-jalan, atau duduk di depan tv.

Namun, lama-kelamaan keadaan akan membaik, selama kita tidak membiarkan diri untuk bersedih sendirian, serta sendirian menjalani semuanya.

Pihak keluarga dan kerabat dapat memberi semangat, terbuka untuk mendengar ceritanya, dan menunjukkan empati.

Katakanlah “tidak apa-apa bersedih”. Biarkan mereka meluapkan tangisnya, berteriak atau menumpahkan emosinya.

Sementara dari pihak yang mengalami keguguran, bercerita dapat mengurangi kesedihan.

Nicola Scott, bercerita tentang komunitas onlineLittle Angels: Love through Loss’  yang telah membantunya melewati kesedihan karena keguguran.

Little Angels adalah salah satu support group khusus untuk wanita dengan masalah-masalah seputar kehamilan.

Dalam komunitas online tersebut, ia dapat berbagi cerita kehilangan yang ia alami dengan perempuan lain dari seluruh dunia, yang juga mengalami kisah sama. Hal ini membuat Nicola merasa semakin kuat seiring waktu berlalu.

“Entah bagaimana, rasanya aku jadi lebih mudah berdamai dengan kesedihanku,” kata Nicola.

Alexandra Marie, pendiri Little Angels, mengungkapkan bahwa hal yang paling ditakuti perempuan dan laki-laki adalah fakta bahwa tidak akan ada yang bisa memahami diri mereka.

Sehingga mereka menangis dalam diam sendirian, takut jika orang-orang akan memandang mereka dengan cara yang berbeda.

Takut tidak bisa menyesuaikan diri, karena tidak menemukan cara untuk berdamai dengan kesedihan, duka, dan kemarahan dalam diri.

Menurut Alexandra, semakin perempuan bisa menerima apa yang ia alami, maka semakin berkeinginan dia untuk mencari dukungan, dan tidak ada yang harus merasa sendiri menjalani sisa perjalanan ini.

Keputusan tentang kepada siapa dan bagaimana perempuan menceritakan masalah kesuburan, kehamilan dan keguguran yang ia alami, semua itu adalah pilihan pribadi. Tidak bisa dipaksa oleh aturan apa pun.

Keguguran adalah kenyataan yang menyedihkan.

Namun, mengetahui bahwa ada orang-orang di luar sana yang juga mengalami kesedihan yang sama, hidup dengan kenyataan yang sama, namun tetap bertahan, hal itu dapat mengurangi kesedihan.

***

Nah, Bun, kini sudah tahu kan kalau ‘aturan 12 minggu’ itu hanyalah sebuah mitos.

Oleh karena itu, tidak perlu lagi khawatir jika ingin memberi tahu kehamilan kepada keluarga, meski usia kandungannya belum melewati 12 minggu pertama atau 3 bulan.

 

Baca juga:

Bunda Susah Tidur saat Hamil Trimester 1? Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya

Kenali Tanda Bahaya Kehamilan Trimester 1, Mual Muntah Parah Salah Satunya

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.