Apa saja yang sudah Parents dan keluarga lakukan untuk menjaga kesehatan? Ternyata menjaga asupan nutrisi seimbang dan aktif berolahraga saja masih belum cukup, terutama di masa Adaptasi Kebiasaan Baru atau New Normal sekarang ini. Menjaga kebersihan mulut adalah salah satu hal yang sering luput dari perhatian.
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia 2018, kesehatan gigi dan mulut adalah masalah kesehatan utama yang terjadi pada 57,6% penduduk Indonesia. Mulai dari sakit gigi seperti karies gigi atau gigi berlubang, hingga penyakit gusi berupa peradangan.
Faktnya, gigi dan mulut merupakan salah satu pintu gerbang masuknya berbagai macam mikroorganisme seperti kuman, bakteri, dan virus yang bisa ke dalam tubuh. Jika tidak dicegah, maka kesehatan organ tubuh lainnya bisa terancam.
Oleh karena itu kita harus memastikan untuk menjaga gigi dan mulut tetap bersih dan sehat agar daya tahan tubuh bisa meningkat untuk melawan berbagai macam infeksi dan penyakit.
Menjaga Kebersihan Mulut, Tak Cukup Hanya Dengan Sikat Gigi
Jika berbicara tentang kebersihan mulut, hal pertama yang muncul di benak kita pasti adalah menyikat gigi. Sayangnya, menurut penelitian hanya 2,8% penduduk Indonesia yang sudah menyikat gigi dengan rutin dan benar.
Dr. drg. R. M. Sri Hananto Seno, Sp. BM (K)., MM, Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI) mengungkapkan bahwa sikat gigi saja belumlah cukup untuk membersihkan mulut secara menyeluruh.
“Pada kenyataannya sikat gigi saja tidak dapat menjangkau seluruh bagian rongga mulut, dan hanya mampu membersihkan sekitar 25% area rongga mulut dan 30-53% plak pada gigi,” papar drg. Seno pada webinar bertajuk ‘Jaga Kesehatan Mulut untuk Jaga Kesehatan Anda’ dari PT Johnson & Johnson Indonesia dan PB PDGI.
Drg. Seno menjelaskan bahwa endapan makanan yang tertinggal dan menempel pada gigi dan sebagian besar permukaan gusi dapat membentuk filamen. Filamen ini kemudian menjadi media tempat berkembangbiaknya kuman menjadi plak.
“Kuman dalam plak dapat mengakibatkan peradangan pada gusi (gingivitis) dan/atau gigi berlubang (karies). Peradangan gusi dan karies dapat menyebabkan kuman dapat masuk ke dalam sistem pembuluh darah secara sistemik,” ujarnya.
drg. Seno melanjutkan, kondisi ini bisa berbahaya karena dapat mengakibatkan peradangan pada organ penting di dalam tubuh, misalnya paru-paru, sendi, dan bahkan selaput otak. Masuknya kuman ke dalam pembuluh darah ini pun sangat berbahaya untuk ibu hamil.
“Apabila terjadi pada ibu hamil, dapat menyebabkan kelahiran premature atau bahkan keguguran. Untuk mengantisipasinya, kesehatan gigi dan mulut harus tetap terjaga. Salah satunya dengan cara berkumur menggunakan antiseptic mouthwash setelah sikat gigi.” drg. Seno mengungkapkan.
Untuk mendapatkan perlindungan yang maksimal, Parents diharapkan dapat melakukan rutinitas perawatan gigi dan mulut yang lengkap, yaitu menyikat gigi 2 kali sehari dan ditambah dengan penggunaan obat kumur antiseptik 2x setelah menyikat gigi.
Sebagai tambahannya, penggunaan dental floss atau benang gigi untuk mengangkat sisa-sisa kotoran dari sela-sela gigi juga dianjurkan.
Cara Tepat Gunakan Mouthwash Sesuai Petunjuk Dokter
Masalah gigi terbesar di Indonesia adalah gigi rusak atau berlubang dengan persentase mencapai 45,3% dari total kasus. Sedangkan masalah mulut yang paling umum ditemui adalah gusi bengkak atau bisul (abses) sebesar 14%.
Dengan menggunakan obat kumur antiseptik, kita dapat mengurangi aktivitas mikroorganisme di dalam mulut sebanyak 99%. drg. Seno menyarankan untuk memilih obat kumur yang mengandung banyak bahan herbal. Obat kumur herbal dapat bermanfaat semaksimal mungkin dan efek sampingnya pun cenderung tidak berbahaya.
Perlu diperhatikan pula cara menggunakan mouthwash atau obat kumur antiseptic yang benar menurut PB PDGI, yaitu adalah sebagai berikut:
- Sehari 2 kali
- Setelah Sikat Gigi
- Sebanyak 20ml
- Selama 30 Detik
Kebiasaan ini sebaiknya diterapkan sedari dini. drg. Seno menghimbau bahwa dari mulai tumbuh gigi hingga usia 3 tahunan, anak bisa diajarkan untuk membiasakan kumur-kumur menggunakan air biasa atau air hangat.
“Jika anak sudah berusia 3 tahun, ajarkan kumur-kumur menggunakan air garam untuk mengurangi fermentasi atau keasaman rongga mulu.” drg. Seno berkata.
Setelah usia 6 tahun dan terjadi pergantian dari gigi susu menjadi gigi dewasa, anak dapat mulai menggunakan mouthwash antiseptik khusus anak yang formulanya lebih ringan dari obat kumur orang dewasa.
Nah, setelah mengetahui pentingnya menjaga kebersihan mulut untuk kesehatan, Parents bisa mulai menerapkan kebiasaan baru untuk membersihkan gigi dan mulut dengan menggunakan mouthwash atau obat kumur antiseptik agar kuman mati secara menyeluruh. Apakah Parents sudah menerapkan kebiasaan tersebut di rumah?
Baca Juga:
7 Cara mudah cegah bau mulut selama puasa menurut dokter gigi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.