Membangun biduk rumah tangga idealnya dilandasi dengan perasaan saling mencintai di antara dua insan. Namun ketika rasa cinta belum juga berpihak, mungkinkah kisah tersebut bisa berakhir dengan bahagia? Toh, menikah tanpa cinta lazim terjadi.
Faktanya, memang tidak semua orang dianugerahi keberuntungan bisa menikahi orang yang ia cintai. Ada yang karena perjodohan terpaksa berpasangan dengan sosok yang tak disukainya. Ada pula yang dengan rela hati menikah tanpa dilandasi perasaan cinta sama sekali. Cinta tumbuh karena biasa, konon begitu kata pepatah.
Tetapi untuk bisa menjawab pertanyaan di atas, mari duduk sejenak dan berdialog dengan diri sendiri. Ajukan pertanyaan paling mendasar berikut ini: “Apa yang aku cari dalam pernikahan?”
Apa Tujuan Menikah?
Ketika pertanyaan ini diajukan, setiap individu bisa jadi punya jawaban berbeda antara satu dengan yang lainnya. Wajar saja, sebab kebutuhan diri setiap orang jelas tak akan sama.
Namun, penting bagi seseorang yang ingin menikah untuk memahami bagaimana motif pribadinya. Apakah positif, atau malah sebaliknya, negatif? Demikian diutarakan psikolog Roslina Verauli, S.Psi, M.Psi saat diberi pertanyaan seputar pernikahan tanpa cinta.
Ada berbagai motif yang dianggap positif dalam pernikahan, misalnya, memang betul-betul ingin memiliki teman hidup, pendamping yang Anda akan cintai, ingin punya keturunan, maupun ingin tua bersama.
Sedangkan motif negatif, contohnya memutuskan ingin menikah karena ingin balas dendam terhadap mantan, atau mungkin ingin segera keluar dari rumah karena merasa tidak nyaman dengan otoritas orangtua. Atau, yang lebih miris lagi menikah karena ingin membayar hutang.
Pahami dengan utuh terlebih dulu apa yang menjadi tujuan menikah. Bersikaplah hati-hati jika tujuan Anda sendiri masih didominasi oleh motif negatif.
Artikel terkait: 7 Tanda Istri yang Benar-benar Mencintai Suami, Apakah Anda termasuk?
Menikah Tanpa Cinta, Apakah Bisa Bahagia?
Sejujurnya, memulai ikatan pernikahan tanpa landasan cinta bisa saja berhasil selama motif pernikahan tersebut bernilai positif. Karena dengan memiliki landasan yang tepat, keputusan untuk menikahi seseorang nantinya akan didasarkan pada sejumlah faktor yang mendukung tujuan pernikahan tersebut.
Apalagi, memilih pasangan hidup jelas berbeda tahapannya dengan sekadar memilih pacar. Ketika pacaran, terlebih di masa muda, mungkin saja kita lebih tertarik untuk melihat aspek-aspek yang berkaitan dengan penampilan atau hal yang tampak di luar saja. Antara lain penampilan fisik, keren atau tidak, nongkrongnya di mana, dan sebagainya.
Sedangkan saat memilih pasangan hidup, faktor intrinsik dari calon pasangan jauh lebih penting untuk dijadikan pertimbangan dalam menilai sosok si dia. Bagaimana sifatnya misalnya, apakah ia memiliki kematangan emosional atau tidak, serta sudahkah ia mandiri secara finansial. Pasalnya, sejumlah faktor ini sangat mempengaruhi jalannya pernikahan di kemudian hari.
Jadi, kembali ke pertanyan dasar tadi, apa yang sedang Anda cari saat ini? Kalau memang sungguh-sungguh ingin menikah, pastikan si dia memiliki aspek-aspek yang memang Anda butuhkan dari seorang pasangan dalam pernikahan nanti.
Pernikahan tanpa diawali rasa cinta mungkin saja berakhir bahagia. Hal ini bisa terjadi jika Anda tahu apa sesungguhnya yang menjadi tujuan pernikahan, kemudian berusaha mewujudkannya bersama-sama dengan pasangan.
Artikel terkait: Cemburu Tanda Cinta? Jangan Percaya Sebelum Tahu Faktanya!
Saat Terjebak Masa Lalu dan Masih Mencintai Mantan
Pernyataan ini cukup menarik untuk dikulik lebih dalam. Ketika seseorang mengaku masih terjebak pada cinta masa lalu dan sang mantan yang pernah menyakiti, hal ini perlu disikapi dengan lebih bijak. Jangan-jangan, perasaan tersebut berangkat dari ilusi cinta sesaat.
“Ingat, pada saat kita jatuh cinta, kita sedang pakai kacamata merah muda. Sehingga apapun yang pernah si dia lakukan, pernah menyakiti, pernah berbuat jahat, tetap Anda melihatnya dari kacamata yang warnanya pink Hello Kitty. Rasanya tetap saja cinta,” kata Verauli.
“Padahal, pada saat memutuskan ingin menikah atau tidak, membuat keputusan tidak bisa hanya dilandasi oleh aspek emosional. Anda butuh pandangan yang lebih rasional dan objektif dalam memutuskan siapa yang berhak mendampingi Anda,” tambahnya.
Oleh karena itu, pikirkan kembali tentang apa yang Anda cari dalam sebuah pernikahan. Tanyakan pada diri sendiri, “Saya sudah siap nikah nggak? Apakah motif saya untuk menikah sudah bernilai positif?”
Dengan begitu, pertanyaan tentang apakah menikah tanpa cinta bisa bahagia? Akan bisa terjawab dengan sendirinya jika tujuan pernikahan yang utama sudah bisa diwujudkan.
Baca juga:
Cek Bun, Ini 6 Tanda Kemungkinan Suami Masih Sayang Mantannya
"Aku dan suami tak lagi saling mencintai, haruskah pernikahan kami diakhiri?"
5 Bahasa Cinta yang Perlu Dipahami dan Pengaruhnya dengan Hubungan Rumah Tangga
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.