Pandemi Covid-19 yang melanda hampir 2 tahun ini, membuat banyak aspek kehidupan berubah. Mau tidak mau kita harus beradaptasi dengan kondisi tersebut. Salah satu bidang yang dampaknya sangat terasa saat pandemi ini adalah pendidikan. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau sekolah daringpun dilakukan, demi memutus mata rantai penularan Covid-19. Parents pun dituntut mendampingi anak PJJ.
Adanya PJJ ini, membuat Parents resmi menyandang profesi baru, yaitu sebagai guru. Nah, di balik mulianya peran sebagai guru, tentunya membutuhkan proses adaptasi yang tidak singkat dan cukup menantang bagi kebanyakan orang. Bahkan, tak jarang berpotensi menimbulkan riak-riak kecil hingga memicu stres berkepanjangan.
Bagaimana mengelola stres saat mendampingi anak PJJ? Berikut 5 tips mengelola stres agar dapat mendampingi anak menjalani PJJ dengan sehat dan menyenangkan berdasarkan pengalaman saya. Let’s check this out!
1. Validasi Emosi Ayah dan Bunda
Validasi emosi diri merupakan proses mengenali emosi yang sedang kita rasakan. Emosi bisa bermakna positif maupun negatif. Disadari atau tidak, kadang kita kurang tepat dalam memproyeksikan emosi yang sedang dirasakan.
Misalnya kita sedang khawatir pada kesehatan anak, tetapi yang kita tunjukkan adalah mengomeli anak tentang beraneka macam cara menjaga kesehatan. Atau saat kita sedang lapar, tetapi kita menunjukkannya dalam bentuk kemarahan karena anak kita tidak cepat paham dengan penjelasan dari kita, dan masih banyak lagi contoh lain.
Setelah berhasil memvalidasi emosi diri, maka kita dapat mengendalikan perilaku dan respons ketika menghadapi kondisi buruk di luar diri yang tidak sesuai ekspektasi. Ketika perilaku dan respons dapat dikendalikan, tentunya kita dapat mengelola stres dengan lebih bijak dan aman.
Artikel terkait: 7 Tips yang Bisa Dicoba Parents untuk Menjaga Psikologis Anak di Masa PJJ
2. Positive Self Talk
Tahap selanjutnya adalah menerima segala emosi yang kita rasakan. Jangan pernah menolak/menyangkal jika kita memang sedang mengalami/merasakan emosi tersebut.
Menyangkal emosi yang kita rasakan, hanya akan membuat kita semakin lama berkubang dalam kondisi stres tersebut, bukannya segera bangkit mengatasi stres tersebut. Salah satu cara untuk menerima emosi yang sedang kita rasakan adalah melalui positive self talk.
Self talk ini adalah proses berdialog dengan diri sendiri dalam pikiran bawah sadar, yang biasanya berisi ungkapan seputar pikiran, pertanyaan, kepercayaan, dan ide-ide. Arahkan self talk kita pada hal-hal yang bersifat positif dan konstruktif.
Misalnya, hari ini aku akan mencoba lebih sabar saat menjelaskan pelajaran pada anak, hari ini aku akan kurangi mengomeli anak ketika PJJ, hari ini aku akan lebih fokus menemani anak belajar, dan sebagainya.
3. Kelola Stres saat Mendampingi Anak PJJ, Pertahankan Ekspektasi Realistis
Nah, ekspektasi yang realistis ini juga wajib kita tanamkan dalam pikiran agar dapat mengelola stres dengan baik. Sesuaikan ekspektasi dengan kondisi masing-masing.
Jika saat bersekolah tatap muka anak bersemangat mengerjakan soal-soal sebanyak 20 nomor karena terbantu dengan penjelasan guru secara langsung/interaktif. Maka, ketika PJJ, mungkin cukup realistis jika anak kita hanya bersemangat hingga soal ke-10 karena banyak faktor yang memengaruhi, seperti penjelasan dari guru secara daring berpotensi kurang jelas karena gangguan sinyal internet, kondisi lingkungan di rumah tidak kondusif, dan sebagainya.
Jadi, jangan ragu untuk menurunkan ekspektasi/target belajar ketika PJJ ya, Parents! Biasanya stres muncul ketika adanya ekspektasi/target yang kurang realistis, sehingga sulit untuk dicapai. Jadi, mengelola stres itu tidak mustahil, kan Parents?
Artikel terkait: 12 Pilihan Aplikasi Belajar Online Gratis untuk Anak Selama SFH
4. Validasi Emosi Anak Sesuai Tahap Perkembangan dan Gaya Belajar
Tips keempat untuk mengelola stres saat menemani PJJ adalah validasi emosi anak sesuai tahap perkembangan dan gaya belajar. Secara umum, sama dengan proses validasi emosi Ayah dan Bunda tadi. Validasi emosi anak dengan cara menanyakan langsung pada anak. Namun, tetap memperhatikan tahap perkembangan anak sesuai usia dan ciri khas gaya belajarnya yang unik.
Pada anak usia TK sampai SD mungkin masih perlu bimbingan Parents karena mereka masih sulit mengenali emosi yang dirasakan. Sementara, pada anak yang lebih besar (remaja), biasanya lebih mudah untuk memetakan emosi yang sedang dirasakan.
Gunakan bahasa yang sederhana sesuai dengan usia dan tahap perkembangan anak. Misalnya, ketika anak ngambek tidak mau mengerjakan tugas sekolah, coba tanyakan, “Kakak kenapa? Bosan? Atau capek karena menulisnya banyak, ya? Atau Kakak lapar?”
Gali informasi sebanyak mungkin tentang apa yang sedang dirasakan anak. Kemudian, sampaikan bahwa Parents tahu dan bisa mengerti dengan apa yang sedang dialami anak. Kemudian tawarkan opsi-opsi untuk membuat anak merasa lebih nyaman menerima kondisi emosinya tersebut.
Parents, coba pahami juga gaya belajar masing-masing anak, yang cenderung unik dan butuh penyaluran berbeda. Kenali gaya belajar anak, apakah anak termasuk pembelajar yang dominan di aspek auditori, visual, taktil, atau kinestetik.
Misalnya pada anak dengan gaya belajar kinestetik, Parents tidak bisa berharap anak tersebut duduk tenang mengerjakan tugas sekolah karena biasanya anak kinestetik akan senantiasa bergerak untuk menyalurkan energi dan hobinya beraktivitas. Cara memahami gaya belajar kinestetik misalnya katakan pada anak, “Kakak boleh menghafal pelajaran ini sambil gerak-gerak atau bermain sepeda statis di rumah, ya.” Dan, banyak cara lainnya, sesuaikan dengan kondisi keluarga dan kreativitas masing-masing.
Artikel terkait: Anak Belajar Secara Daring di Rumah, Ini yang Perlu Parents Lakukan untuk Membantunya
5. Buat Rutinitas dan Kesepakatan
Salah satu cara mengurangi/mengelola stres adalah membuat semua aktivitas sebagai rutinitas/kebiasaan. Jika anak dibiasakan menulis jadwal aktivitas yang akan dilakukan pada hari itu, maka Parents tidak perlu stres harus mengingatkan setiap jam.
Buatlah jadwal dan aturan yang tertulis, serta disepakati bersama. Kemudian, tempel jadwal atau aturan tersebut di beberapa tempat dalam rumah yang memungkinkan untuk sering dilihat dan dilalui anak.
Saat membuat jadwal dan aturan di rumah, libatkan anak dalam proses penyusunannya, ya! Jadi, aturan yang tercipta merupakan kesepakatan antara anak dan orang tua. Dengan begitu, anak akan merasa ikut memiliki aturan tersebut dan harapannya akan lebih disiplin mematuhi karena ada kontribusi dan ide anak dalam aturan tersebut.
Nah, itulah lima tips mengelola stres saat mendampingi anak menjalani PJJ, agar sekolah daring tidak bikin darting (darah tinggi). Setelah membaca artikel ini, apakah Parents siap berbenah diri dan berusaha menjadi lebih baik dalam proses mendampingi anak PJJ? Siap, dong!
Ditulis oleh Devi Indriasari H, UGC Contributor theAsianparent.com
Artikel UGC Contributor lainnya:
Saat Ada Perbedaan Pola Pandang Mertua, Pentingnya 'Berdamai' dan Hindari Konflik
Pindah Rumah Saat Pandemi, Ini yang Perlu Disiapkan
Bangun Komunikasi yang Efektif dengan Anak, Ini yang Saya Lakukan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.