Meskipun anak kecil bisa diajari agar tidak sembarangan mengikuti orang asing, dan selalu berada di dekat orangtuanya. Ada kalanya anak akan berada jauh dari pengawasan kita, misalnya saja saat ia sedang mengikuti wisata bersama teman sekolah.
Oleh karena itu, perlu kiranya agar anak diajari untuk pintar membawa diri di tengah keramaian saat berada di jalan. Supaya anak tetap aman dan terhindar dari berbagai bahaya yang ada di luar sana.
Melansir dari The New Age Parents, berikut ini adalah tips yang bisa Anda ikuti untuk mengajari anak agar pintar membawa diri di tengah kerumunan orang asing
1. Ketahui batasan fisik anak
Salah satu cara terbaik membantu anak untuk mengetahui batasan fisiknya ialah, dengan memberitahu mereka bahwa dimanapun mereka berada, dia harus selalu bisa dilihat oleh orang dewasa yang datang bersamanya.
Contohnya, saat pergi ke lapangan bermain bersama orangtua, dia boleh pergi kemana saja asal masih terlihat oleh ibu atau ayah. Dan jangan lupa untuk selalu memberitahu orangtua ke arah mana dia pergi, agar orangtua tidak kesulitan mencari keberadaannya.
Akan tetapi, bila sedang berada di pusat perbelanjaan, usahakan agar anak tetap berada di dekat orangtua agar tidak tersesat di tengah keramaian.
2. Tidak semua orang asing itu jahat
Saat anak sudah lebih besar dan bisa diajak bicara serius, seringkali orangtua mengajarkan agar tidak bicara dengan orang asing, namun disuruh menyapa atau membalas sapaan orang-orang yang baru ditemui di lapangan bermain. Hal ini tentunya akan membingungkan anak.
Oleh karena itu, sebaiknya jangan terlalu ketat dalam menetapkan aturan untuk tidak berbicara pada orang asing. Sebaliknya, anak perlu bicara dengan orang asing setiap hari. Kepada bibi di kantin, paman tetangga sebelah rumah, kakak kelas yang membantu anak naik ke dalam bis sekolah.
Maka, lebih baik Anda memberitahu orang asing mana saja yang ‘aman’ untuk diajak mengobrol, atau siapa saja yang boleh untuk diajak berteman meskipun baru bertemu. Berikan ciri-ciri orang yang boleh dan tidak boleh diajak mengobrol oleh anak dengan menyebutkan apakah orang tersebut dikenal oleh guru atau orangtuanya, atau apakah dia adalah seseorang yang sering ia temui di sekolah.
Tentu saja, menyapa dan membalas sapaan orang adalah sopan santun yang harus ditanamkan pada anak. Meski tidak perlu mengobrol panjang lebar, setidaknya anak tidak akan dianggap sombong karena tidak mau menyapa atau membalas sapaan.
Anak juga perlu mengembangkan kepercayaan diri untuk memesan sesuatu dan membayar jajanan, hal ini mengharuskan ia berbicara dengan orang asing.
3. Orang dewasa yang perlu dijauhi
Selain mengajarkan anak untuk menjaga sopan santun, perlu juga untuk mengajarkan anak untuk berlaku waspada terhadap orang asing yang terlihat mencurigakan.
Beritahu gerak gerik apa saja yang patut diwaspadai oleh anak agar ia tidak mudah diajak pergi oleh orang asing yang mencurigakan.
Ciri-ciri orang asing yang mencurigakan bisa diketahui dari tingkahnya yang meminta bantuan pada anak kecil. Hal ini patut dicurigai karena tidak ada orang dewasa yang benar-benar memerlukan bantuan anak-anak.
Bila bertemu orang asing yang meminta anak untuk menjaga rahasia, seperti bertemu mereka sepulang sekolah dengan imbalan, atau pergi ke sebuah tempat bersamanya tanpa meminta ijin guru maupun orangtua. Anak harus benar-benar diperingatkan untuk jangan pernah menurut pada orang seperti ini.
Selain orang asing yang mencurigakan, beberapa kerabat atau keluarga dekat kadang tidak terasa aman bagi anak. Anda tidak boleh menekan anak untuk bicara kepadanya, atau berteman dengannya jika si anak tidak mau.
Berlaku tidak sopan memang tidak diijinkan, namun memaksa anak untuk berada di dekat orang yang membuatnya tak nyaman juga tidak baik.
Artikel terkait: Cara Mengenali dan Mendeteksi Jika Anak Mengalami Pelecehan Seksual
Banyak sekali kasus kekerasan pada anak terjadi yang dilakukan oleh orang terdekatnya, entah itu keluarga, kerabat, atau bahkan tetangga dekat rumah. Karena itu, orangtua harus mempercayai insting anak kecil terhadap karakter seseorang.
Hormati keinginannya jika ia memilih untuk tidak berada di dekat salah seorang kerabat, atau menjauhi tetangga yang sedang berkunjung.
Beri perhatian pada apa yang anak Anda katakan, kita tidak pernah tahu apa yang dialami oleh si anak di luar pengetahuan kita. Beri kesan bahwa Anda mempercayainya sehingga anak akan terbuka menceritakan pada orangtuanya bila ia mengalami hal yang membuatnya merasa tak nyaman.
4. Saat anak tersesat
Terakhir, beri anak kemampuan untuk ‘mengendalikan’ situasi jika ia tersesat saat berada di luar rumah. Anak yang lebih besar bisa dipercaya untuk pergi menemui sekuriti, atau petugas lain yang akan membantunya bertemu kembali dengan orangtua.
Anda juga bisa memberikan nomor ponsel padanya agar bisa dihubungi, bila ia tersesat dan tak mampu menemukan orangtuanya.
Untuk anak yang lebih kecil, beritahu mereka untuk mencari orang asing yang terlihat baik guna meminta bantuan. Contohnya ibu-ibu yang sedang bersama anak-anak, karena semua ibu pasti akan membantu seorang anak yang tersesat.
Bila anak tidak menemukan ibu yang membawa anak, maka pergilah ke petugas toko, kasir, atau satpam untuk meminta bantuan. Jangan hanya mengajarkan anak untuk tetap aman saat berada di luar rumah, beri ia cara agar mampu menjalaninya dengan sukses.
***
Melindungi anak tidak bisa hanya dengan mengawasinya setiap saat, menyiapkan anak untuk mampu melindungi dirinya sendiri jauh lebih baik dibandingkan hanya menegaskan bahwa ia harus tetap dekat dengan orangtua.
Perhatian anak mudah sekali teralihkan di tengah keramaian, sehingga ia gampang lupa dengan peringatan orangtua agar tetap berjalan bersama. Karena itu penting kiranya mengajarkan anak untuk tetap waspada dan mencari bantuan bila ia tersesat.
Semoga bermanfaat ya, parents.
Baca juga:
Parents, Cetak Kartu Keamanan Tubuh Anak Ini Sebagai Upaya Mencegah Kekerasan Seksual Terjadi Padanya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.