Belakangan ini masyarakat dunia ramai membicarakan peristiwa yang terkait dengan isu rasisme yang dialami oleh George Floyd. Warga keturunan kulit hitam ini meninggal karena oknum polisi berkulit putih. Sebagai orangtua, apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah rasisme pada anak?
Tidak hanya di benua Eropa, di Indonesia pun perilaku rasis ada dimana-mana. Tengok saja ras Tionghoa yang kerap kali menjadi bulan-bulanan ketika terjadi kericuhan di negeri kita tercinta ini. Atau, warga Papua yang sering mengalami diskrimasi karena warna kulitnya yang berbeda.
Menyedikan. Padahal Indonesia sendiri terdiri dari banyak sekali suku dan budaya. Maka penting bagi kita, untuk menumbuhkan nilai-nilai bagaimana perbedaan. Bahwa berbeda itu biasa.
Apa yang bisa dilakukan untuk memberikan pemahaman anti rasis kepada anak-anak kita?
Berikut adalah beberapa tips yang bisa membantu menanamkan pemahaman mengenai perbedaan ras, suku, warna kulit, agama, dan lain-lainnya kepada anak.
5 Cara Mencegah Rasisme pada Anak
1. Mencegah rasisme, Ajarkan Anak Mengenai Berbagai Ras Sedini Mungkin
Tahukah Parents bahwa bayi berusia enam bulan sudah bisa mengenali perbedaan-perbedaan fisik pada orang lain? Termasuk perbedaan ras. Praktisi kesehatan anak, dr. Jacqueline Douge mengungkapkan bahwa pada usia dua hingga empat tahun anak sudah bisa mengalami bias rasial.
Menurutnya, mempelajari mengenai ras kurang lebih mirip seperti mempelajari sebuah bahasa bagi bayi dan balita. Anak bisa mempelajarinya sendiri tanpa harus didikte oleh orangtuanya hanya melihat dari stereotip yang beredar di lingkungannya dan masyarakat.
Sedangkan pada usia 12 tahun, banyak anak yang sudah punya pemahaman dan pemikiran sendiri mengenai ras. Tentang bagaimana mereka memandang ras lain yang berbeda dari mereka, baik mayoritas maupun minoritas.
Oleh karena itu penting bagi anak agar belajar mengenai berbagai macam ras dan bagaimana menyikapinya sedini mungkin. Biarkan ia bergaul dengan berbagai temannya yang berasal dari latar belakang yang berbeda untuk mengenal perbedaan itu sendiri.
2. Menjadi Contoh Konkret Bagi Anak
Anak adalah peniru ulung. Jika Parents ingin anak tumbuh menjadi orang yang memiliki toleransi dan empati yang tinggi, berikan contoh melalui tindakan dan perkataan Anda sendiri. Parents diharapkan tidak canggung dalam membahas rasisme kepada anak.
Terkadang, beberapa orangtua dari kalangan minoritas menolak untuk berdiskusi dengan anak mengenai ras karena mereka tidak ingin anak menjadi ‘ngeh’ dengan perbedaan yang mereka miliki secara rasial dari kelompok mayoritas.
Selain penting bagi anak untuk mendapatkan informasi yang benar dari sumber yang tepat, salah satu cara lainnya untuk menghapus stereotip yang kurang baik adalah dengan memelihara hubungan yang baik dengan berbagai orang dari ras yang berbeda.
Profesor di Universitas Wisconsin, Milwaukee, dr. Erin Winkler berkata bahwa jika orangtua mendukung anak untuk mempunyai banyak teman dengan karakter dan latar belakang yang berbeda, namun melihat teman-teman atau kolega orangtuanya hanya berasal dari kalangan yang sama, maka hal tersebut akan membekas pada memori anak.
Oleh karena itu, Parents diharapkan memberikan contoh yang baik kepada anak dalam menyikapi perbedaan ras itu sendiri, ya.
3. Hindari Mengalihkan Pembicaraan Mengenai Ras
Rasa ingin tahu pada anak terbilang sangat tinggi dibanding kelompok usia lainnya. Akan tetapi ada kalanya bahwa rasa ingin tahu tersebut harus diimbangi dengan rasa hormat atau respect agar tidak menyinggung orang lain.
Dijelaskan Michele Chang, Direktur Fasilitas dan Kurikulum dari Challenging Racism, bicara mengenai ras seringkali menjadi topik yang tabu. Lalu bagaimana hal ini dapat berpengaruh kepada anak?
“Anak memiliki rasa ingin tahu yang alami mengenai perbedaan, akan tetapi mereka tidak memiliki maksud atau value pada keingintahuan tersebut. Setidaknya hingga mereka mendengar apa yang orangtua katakan atau apa yang media beritakan,” paparnya.
“Jadi ketika anak bertanya kepada orangtuanya, ‘Mengapa orang itu (dari ras atau suku tertentu) terlihat berbeda dengan kita?’, lalu orangtua menyuruhnya diam agar tidak menyinggung perasaan orang tersebut, maka percakapan akan berakhir dan anak akan mendapat pesan ada sesuatu yang tidak beres,” papar Michele menambahkan.
Apabila anak menunjukkan keingintahuan mengenai ras, suku, atau warna kulit tertentu, akan lebih bijak jika Parents menjelaskan kepadanya tentang ras tersebut.
4. Gunakan Media Seperti Buku Atau Film
Di Indonesia sendiri ada beberapa buku yang bagus untuk dijadikan bahan bacaan bersama anak untuk mempelajari mengenai perbedaan dan juga toleransi. Contohnya sebagai berikut:
- Kita Sama oleh Athirah Mustadjab, penerbit Pinisi Samudra Ilmu
- Aku Suka Caramu oleh Audelia Agustine, penerbit Litara
- Berbeda Itu Tak Apa-Apa oleh Annisa Steviani
- Cap Go Meh oleh Sofie Dewayani, penerbit Litara
- Aku Anak yang Berani 3 – Bisa Melindungi Diri Sendiri oleh Watiek Ideo dan Nindia Nurmayasari, penerbit Gramedia
- Cerita Eyang oleh Referika Rahmi, penerbit Seumpama Books
Parents juga bisa menggunakan buku atau film dengan tokoh yang memiliki latar belakang ras yang berbeda-beda, atau bahkan pengarang dengan ras tertentu.
Buku yang memang sengaja dibuat sebagai bagian dari gerakan anti rasisme memang baik untuk anak, akan tetapi buku apa saja bisa dibuat menjadi bahan percakapan mengenai rasisme antara orangtua dan anak.
Beverly-Jean Daniel, asisten dosen dari Universitas Toronto, mengatakan bahwa orangtua diharapkan untuk membantu anak untuk mencari peluang untuk menunjukkan stereotip dan memberikan pesan balasan tentang bagaimana seharusnya anak berperilaku.
Hal yang sama juga berlaku untuk acara televisi dan film, semua bisa memberikan kesempatan untuk mengawali percakapan mengenai ras.
5. Mengajarkan pada Anak Perbedaan Itu Akan Selalu Ada
Bagaimana mengajarkan anak tentang rasisme dan dampaknya kepada kaum minoritas? Gunakan konsep keadilan sebagai contohnya. Keadilan dan ketidak adilan adalah konsep yang tepat untuk menjelaskan apa itu rasisme kepada anak.
Parents dapat memberikan contoh bahwa tindakan rasisme dimana mengecilkan kaum minoritas akan membuat mereka merasakan ketidak adilan. Hubungkan dengan rasa ketidak adilan yang pernah mereka alami, bagaimana perasaan mereka jika diperlakukan secara tidak adil?
Jangan remehkan bagaimana anak mengenali konstruksi sosial dan stereotip, anak bisa salah mengerti mengapa ras yang berbeda-beda diciptakan.
Kadang orangtua menberitahu anak agar tidak melihat warna kulit orang dan mengajarkan mereka untuk menganggap semua orang sama apapun warna kulitnya, namun sesungguhnya hal tersebut malah memunculkan konsep baru yang membingungkan.
Mungkin Parents ingin menyampaikan kepada anak bahwa ‘semua orang sama’, namun pada kenyataan seringkali anak melihat hal yang bertentangan dengan ini.
Pendekatan seperti ini sering mengarah kepada kurangnya pengakuan terhadap diskriminasi sistemik dan bias yang dihadapi oleh kaum minoritas yang merupakan inti dari permasalahan.
Jangan abaikan perbedaan, kenali, pahami, terima, rangkul, dan rayakan perbedaan tersebut ya, Parents.
6. Paparkan Anak dengan Lingkungan yang Beragam
Mencegah rasisme bisa dilatih sejak dini, dimulai dengan mengenalkan anak-anak dengan dengan lingkungan yang berbeda. Sebagai contoh, mengenalkan anak-anak pada lingkungan budaya yang beragam, termasuk dengan keyakinan.
Sebagai contoh, jika anak sekolah di lingkungan yang kurang beragam, cobalah berikan kesempatan untuk mengikuti acara-acara dengan peserta dari berbagai suku atau ras. Biarkan anak belajar toleransi tersebut secara langsung dari temannya.
7. Jangan Menghubungkan Tindakan Kejahatan atau Kesalahan dengan Golongan Tertentu
Hati-hati dengan kalimat yang dilontaran di depan anak. Apalagi jika sampai menyudutkan golongan tertentu, baik ras atau agama. Misalnya, ketika anak melihat dan bertanya terkait tindakan kejahatan lewat pemberitaan di televisi. Saat menjelaskananya anak tentu saja perlu bersikap netral.
Sebagai orangtua, yang bisa kita lakukan untuk menghapuskan rasisme dan intoleransi di muka bumi ini adalah mempersiapkan generasi selanjutnya, yaitu anak-anak kita dengan toleransi, empati, dan pandangan yang baik mengenai perbedaan.
Salah satunya adalah mengajarkan mengenai perbedaan ras pada anak dan bagimana bersikap. Apakah Parents telah melakukan upaya mencegah rasisme pada anak?
Baca juga:
Iklan Rasisme yang Bagus untuk Mengajar Anak-Anak Kita
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.