Sebagian besar orang tua menginginkan anak-anak mereka untuk menjadi bahagia, penuh empati, percaya diri, memiliki harga diri yang tinggi dan unggul dalam bidang yang mereka geluti. Di antara sifat-sifat yang diinginkan ini, rasa percaya diri anak menjadi salah satu fondasi yang paling penting untuk mewujudkannya. Jadi bagaimana cara Anda membangun rasa percaya diri pada si kecil sejak dini?
Membesarkan anak yang percaya diri
Membangun rasa percaya diri pada anak dimulai dari kesadaran kita bahwa rasa percaya diri berasal dari dalam diri anak masing-masing. Cara paling mendasar adalah orang tua memberi harus kepercayaan pada anak, supaya mereka yakin akan kemampuan diri mereka sendiri.
Seperti yang diucapkan oleh Henry Ford, “Jika Anda percaya Anda bisa atau Anda tidak bisa, Anda mungkin benar.” Maksudnya ketika seorang anak percaya bahwa ia bisa melakukan sesuatu, maka kemungkinan besar ia bisa melakukannya. Kalaupun ia gagal, ia akan mencobanya berulang kali karena ia yakin ia bisa. Tetapi ketika seorang anak percaya bahwa ia tidak bisa, kemungkinan ia akan gagal dan ia tidak terlalu ingin mencoba kembali.
Ajarkan untuk melakukan banyak hal mandiri, misalnya mengikat tali sepatu sendiri, belajar naik sepeda, berani mengikuti perlombaan, dll. Anak-anak yang percaya diri merasa nyaman dengan diri mereka sendiri dan menunjukkan sikap “Aku bisa”. Sebaliknya, mereka yang kurang memiliki rasa percaya diri selalu merasa “Aku tidak bisa” atau “Aku tidak cukup baik”.
Menanamkan rasa percaya diri
Menanamkan rasa percaya diri pada anak adalah sebuah proses bertahap. Proses ini tidak bisa langsung sekaligus, tetapi membutuhkan tahapan-tahapan kecil. Aku teringat ketika anakku yang berusia 6 tahun ingin meloncat dari ranjang bertingkat seperti seorang stuntman. Aku sangat khawatir ia terluka dan ingin melarangnya. Namun aku penasaran ingin melihat bagaimana ia menangani proses tersebut.
Ia memberanikan dirinya dengan meloncat dari satu anak tangga terendah, lalu tahap demi tahap ia melompat dari anak tangga yang lebih tinggi. Selama proses itu, aku mendengar ia bergumam pada diri sendiri, “Aku bisa, aku bisa” dan akhirnya ia bisa tiba pada posisi paling tinggi dan meloncat dari sana.
Salah satu penyebab kurangnya rasa percaya adalah rasa takut dan keyakinan bahwa ia tidak bisa. Hal ini sering berkaitan dengan masa lalu. Seorang anak yang pernah jatuh dan terluka saat belajar naik sepeda mungkin takut untuk mencobanya lagi. Sebagai orangtua, tugas kita adalah membantu mereka untuk menyadari apa ketakutan mereka, dan kemudian membimbing mereka untuk mengatasi ketakutan itu.
Kadang-kadang, seorang anak lebih takut ditertawakan oleh teman-temannya daripada rasa sakit fisik katika jatuh dari sepeda. Dalam kasus ini, kita dapat membawa anak belajar naik sepeda di tempat terpisah ketika tidak ada teman-temannya, sehingga ia percaya diri lagi untuk melakukannya tanpa takut ditertawakan.
Salah satu contoh membangun rasa percaya diri juga diterapkan pada sekolah skating. Instruktur berkata pada siswanya untuk jatuh ke arah depan bila mereka kehilangan kendali. Bagi seorang pemula, kata-kata “Jangan jatuh” atau “Hati-hati” tentu membuat takut dan menurunkan rasa percaya diri. Sebaliknya, murid diberi alat pelindung dan diajarkan petunjuk dasar bila ia terjatuh, sehingga kegagalan tidaklah menjadi sesuatu yang harus ditakuti. Bila anak tetap punya rasa percaya diri, ia akan mudah belajar teknik-teknik yang lebih rumit pada jenjang selanjutnya.
Bentuk dorongan yang terbaik adalah mengekspresikan keyakinan kita atas kemampuan mereka secara terbuka. Perhatikan hal apa yang pernah mereka lakukan dengan baik di masa lalu dan bimbinglah mereka untuk menjadikan pengalaman-pengalaman itu sebagai sumber meningkatkan kepercayaan diri.
Praktek penting lainnya dalam membangun rasa percaya diri pada si kecil adalah dengan memberi pengakuan atau pujian pada saat yang tepat. Katakanlah yang sebenarnya sesuai kenyataan. Yang penting adalah bahwa mereka mendapatkan beberapa bentuk penegasan ketika mereka melakukannya dengan baik.
Lalu, bagaimana cara mengkritik anak? Berikut ini ulasannya:
Mengkritik anak
Menyampaikan kritik perlu dilakukan dengan cara yang tepat karena dapat menurunkan rasa percaya diri anak. Lebih baik ungkapkan kritik dengan cara lain, yaitu berupa permintaan. Sebagai contoh, daripada mengkritik dengan berkata “Mengapa kamu begitu ceroboh?”, sebaiknya kita katakan “Apakah lain kali kamu akan lebih berhati-hati?”
Secara ringkas, berikut ini beberapa hal penting untuk meningkatkan rasa percaya diri anak-anak:
- Dorong mereka untuk percaya pada diri sendiri. Buatlah mereka terbiasa mengatakan, “Ya, saya bisa melakukannya!”
- Memilah tantangan besar menjadi langkah-langkah kecil supaya ada proses bertahap
- Bimbing mereka untuk mengatasi ketakutannya
- Menciptakan lingkungan yang aman bagi mereka untuk mencoba hal-hal baru
- Beri pengakuan saat mereka melakukan hal yang benar
- Jangan memberi kritik tetapi ungkapkan dengan cara lain
- Bersikaplah percaya diri, bimbinglah anak dan menjadi contoh yang baik untuk anak
Parents, semoga ulasan di atas bermanfaat.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.