“Kematian”. Beberapa waktu belakangan ini, kata yang ini rasanya semakin lekat, dalam kehidupan. Meski hal tersebut pasti dan tidak dapat dihidari, bukan berarti tidak perlu disiapkan dengan matang. Salah satunya dengan cara memiliki asuransi jiwa.
Faktanya, di tengah pandemi COVID-19 ini, kematian keluarga, orang-orang terdekat semakin banyak terjadi.
Seberapa sering kita mendapatkan pesan lewat WhatsApp terkait kabar duka? Seberapa sering membaca berita kepulangan seseorang di time line media sosial? Seberapa sering kita ikut merasakan perihnya seseorang yang baru saja kehilangan orang tua, istri, suami, bahkan anak-anak mereka akibat virus corana?
Kondisi seperti ini jelas memunculkan kekahwatiran. Termasuk mengingatkan kita, para orang tua, akan pentingnya menyiapkan diri termasuk sisi finansial. Dimulai dengan menyiapkan dana darurat, dan tentu saja memiliki asuransi jiwa.
Adalah Amelia, seorang ibu muda yang memiliki dua orang anak balita. Sang suami baru saja berpulang akibat terjangkit virus corona.
Sebagai ibu rumah tangga yang menggantungkan hidup pada suaminya, kepergian sang kepala keluarga tentu menyisakan duka mendalam. Di tengah duka dan rasa kehilangan, Amel pun memiliki sedert pertanyaan yang sulit ia jawab.
“Apakah saya dan anak-anak bisa melanjutkan hidup seperti sedia kala? Apakah anak-anak masih bisa sekolah lagi? Apakah di kemudian hari anak-anak masih bisa melanjutkan hidup dengan penuh senyum?”
Apa yang dirasakan Amel mungkin akan dirasakan oleh puluhan bahkan ratusan istri lainnya.
Pertanyaan selanjutnya, apa yang bisa dilakukam untuk menghadapi situasi seperti ini?
Dalam sesi IGlive bersama theAsianparent ID Annisa Steviani, content creator sekaligus Certified Financial Planner mengingatkan pentingnya pasangan suami istri untuk mengomunikasikan hal ini. Hal-hal yang yang berkaitan dengan keuangan keluarga.
Artikel terkait: Mau membeli asuransi kesehatan keluarga ? Ini 5 Hal yang perlu Parents perhatikan
Era Pandemi Mengingatkan Pentingnya Dana Darurat
Di awal pembicaraan, Annisa mengingatakan bahwa di era pandemi ini mau tidak mau mengingatkan akan pentingnya memiliki dana darurat.
“Kondisi darurat seperti saat pandemi ini contohnya kan banyak sekali ya, pada saat kita perlu mengeluarkan uang untuk PCR, atau membeli makanan saat isolasi mandiri, atau membeli obat-obatan saat sakit. Itu kan mahal, ya. Banyak sekali, loh yang jual aset buat memenuhi itu semua.
Apalagi pada saat kita diharapkan dengan pihak keluarga yang meninggal dunia, sebutlah kepala keluarga sebagai pencari nafkah keluarga. Nah, apakah kita sudah siap menghadapi situasi seperti itu?”
Meski terasa berat, Annisa mengingatkan bahwa kondisi ini memang perlu dikomunikasikan antara suami istri.
“Dulu kita, tuh, kalau ngomongin soal meninggal, kok, kayanya jauh banget, ya. sementara kan sekarang banyak banget yang tiba-tiba harus kehilangan kepala keluarga. Sudah siapkah kamu? Apakah kamu punya pekerjaan, apakah kamu bisa berdaya setelah ditinggalkan, dan apakah sudah memiliki asuransi jiwa? Ini hal-hal yang perlu kita perhatikan, loh.”
Mengomunikasikannya, Harus Mulai dari Mana?
Menurut Icha, begitu Annisa kerap disapa, komunikasi ini bisa dimulai dengan berita duka yang didapatkan.
“Bisa mulai forward berita duka. Kalau memang belum pernah mengomunikasikannya bisa dimulai dari sini. Jangan dianggap ini sesuatu yang tabu. Mulai saja omongin, gimana ya kalau kamu meninggal, kehidupannya selanjutnya seperti apa?
Ya, kalau yang meninggal kan, ya sudah, meninggal, tapi bagaimana dengan kita, keluarga yang masih harus melanjutkan hidup ini?” tukasnya.
Inilah mengapa masalah keuangan perlu dikomunikasikan secara terbuka.
Artikel terkait: Atasi Masalah Komunikasi dalam Rumah Tangga, Lakukan 5 Langkah Ini
Pentingnya Miliki Asuransi Jiwa
Icha mengatakan, selain dana darurat, memiliki asuransi jiwa bagi kepala keluarga atau pencari nafkah sangat penting. Sebab, saat orang tua meninggal dunia, dan punya asuransi jiwa, maka anak akan punya uang pertanggungan sebagai pegangan untuk bisa melanjutkan hidup dan biaya sekolah.
“Jadi konsep asuransi jiwa itu adalah, kita, bayar uang ke perusahaan asuransi setiap bulan atau setiap tahun, dalam periode terentu. Misal, kita ikut asuransi jiwa selama 20 tahun, anak masih umur 7 tahun, artinya anak sampai usia 27 tahun punya proteksi, uang pertangjawabannya.
Kalau meninggal, uang tersebut akan keluar, kalau sampai anak 27 tahun tidak meninggal ya memang uang tersebut tidak keluar, tapi kan itu artinya bagus kan, kita panjang umur.”
Icha melanjutkan, memang saat ini kebayakan masyarakat di Indonesia masih banyak yang belum memiliki asuransi jiwa. salah satu sebabnya dikarena masih lekatkan pola pikir yang menginginkan uang kembali.
“Mind set masyarakat kita memang masih banyak yang maunya setelah membayar sesuatu, maka uangnya kembali. Dapat sesuatu. Padahal kan tidak, kita itu memiliki asuransi jiwa untuk membayar proteksi tersebut. Ini penting sekali buat ibu rumah tangga, yang hanya hanya mengandalkan suami saja sebnagai pencari nafkah untuk bisa melanjutkan hidup.”
Jika memang ingin memiliki asuransi jiwa, dan menginginkan uangnya kembali, Icha menerangkan bahwa saat ini sudah ada asuransi jiwa syariah, di mana uangnya nanti akan bisa kembali sesuai dengan jumlah yang telah kita bayarkan.
“Tapi memang tidak ada return-nya. Sekarang ini banyak sekali, kok, pilihannya. Karena dibangun dengan prinsip syariat Islam, jadi sudah tentu tidak mengandung riba maupun sesuatu yang tidak pasti dan tentu saja produk asuransi syariah diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah, sehingga pengelolaan dananya tetap mengikuti kaidah-kaidah syariat Islam. Jadi, nggak perlu khawatir.”
Artikel terkait: Mengenal Saham Syariah, Investasi yang Cocok dengan Syariat Islam
Oleh karena itulah Annisa menegaskan jika kepala keluarga memang perlu memiliki asuransi jiwa, agar anggota keluarga yang ditinggal bisa melanjutkan hidup dengan layak.
Baca juga:
Sebelum membeli asuransi kesehatan anak, pertimbangkan dulu hal ini!
Memilih Asuransi untuk Keluarga, Ini yang Perlu Diperhatikan Agar Tak Salah Pilih
5 Produk Asuransi Pendidikan Anak Pilihan di 2024, Siapkan Masa Depannya