Tahukah Parents bahwa membuat peraturan untuk anak sangat penting dilakukan? Jika tidak tentu saja akan membuat anak sulit untuk disiplin.
“Aduh… anak saya itu susah sekali kalau dibilangin. Nggak mau dengar omongan saya! Aturan nonton TV sehari dua jam dilanggar, aturan selalu membereskan kamar nggak dijalani juga. Bahkan, aturan makan di meja makan juga sering dilanggar. Bagaimana ini? Saya pusing!” .
Siapa di antara Parents yang setuju kalau saya bilang urusan menaati peraturan di rumah merupakan hal sulit dilakukan si kecil? Padahal membuat peraturan untuk anak sangat penting agar ia bisa mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.
Coba bayangkan apa jadinya jika anak tumbuh menjadi sosok dewasa yang tidak memahami aturan? Mereka tentu saja melakukan segala hal tanpa memikirkan dampak bagi orang lain atau lingkungannya karena hanya akan melakukan apa yang mereka inginkan dan sukai saja.
Seperti yang dikatakan oleh psikolog anak sekaligus praktisi pendidikan Najelaa Shihab, membuat peraturan untuk anak perlu dilakukan seluruh keluarga. Faktanya, tidak sedikit orangtua yang membuat peraturan yang jelas untuk anaknya.
“Padahal membuat peraturan untuk anak sangat penting. Dan anak-anak tentu perlu dilatih sejak dini yang mereka pelajari dari orangtua,” jelasnya.
Baca juga : Memberikan hukuman time out untuk anak, apakah efektif?
Membuat peraturan untuk anak, awali dengan membuat kesepakatan bersama
Najeela Shihab mengingatkan bahwa hal utama yang perlu diingat orangtua terkait dengan membuat peraturan untuk anak dan cara agar anak bisa melakukannya dengan baik adalah dengan membuat kesepakatan lebih dulu.
“Oleh karena itu yang paling penting adalah cara orangtua dan anak-anak bisa saling menyepakati aturan-aturan apa saja yang ingin diterapkan di rumah.”
Namun dalam membuat kesepakatan bersama, anak dan orangtua juga perlu memahami dan menyadari lebih dahulu tujuan dibuatnya kesepakatan tersebut sehingga seluruh anggota keluarga bisa konsisten dalam menjalankannya.
Mulai sejak dini
Menurutnya, ketika anak sudah mulai bisa berkomunikasi dan diajak diskusi, kesepakatan ini sudah bisa dilakukan, yaitu saat anak memasuki usia 3 tahun.
Membuat peraturan untuk anak perlu dibatasi
Selanjutnya, agar anak mau menaati peraturan tersebut, orangtua juga sebaiknya membatasi kesepakatan apa saja yang ingin dilakukan anak. Pasalnya, semakin banyak peraturannya, anak juga akan sulit mengingat apa saja yang perlu dilakukan. Orangtua dan anak pun juga akan kesulitan mengingat alasan di balik adanya peraturan tersebut.
“Idealnya peraturan yang disepakati anak dan orangtua memang tidak lebih dari 8 peraturan.”
Tulis dan tempel kesepakatan keluarga di area rumah
Langkah berikutnya saat membuat peraturan untuk anak adalah mengingat tiap aturan tersebut. Caranya dengan menulis kesepatakan antara orangtua dan anak, kemudian tempel di area rumah yang mudah dilihat, misalnya di pintu kulkas.
Menurut pendiri Sekolah Cikal ini, cara tersebut akan membantu semua anggota keluarga untuk konsisten menjalankan peraturan tersebut.
Sediakan waktu me-review ulang kesepakatan tersebut
Langkah terakhir yang tidak boleh dilupakan, seluruh anggota keluarga perlu menyediakan waktu untuk meninjau ulang peraturan yang sudah disepakati bersama. Hal ini untuk mengetahui apakah ada masalah yang muncul dalam periode tertentu.
Dengan melakukan beberapa tahapan di atas, harapannya bisa menumbuhkan disiplin positif pada anak.
Sudahkah Parents membuat peraturan untuk anak?
Baca juga :
Apakah Perbedaan Menghukum Anak dengan Mendisiplinkan Anak?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.