Faktor ekonomi menjadi salah satu masalah yang kerap dialami oleh pasangan yang baru saja menikah. Seperti yang dialami seorang Bunda pembaca The Asianparent yang suaminya mengalami Putus Hubungan Kerja (PHK). Pada saat yang bersamaan, ia pun diminta untuk membantu keuangan mertua untuk menjalankan bisnis.
Bunda yang menggunakan fitur Anonim tersebut menceritakan kisah dan keresahannya di forum aplikasi TheAsianparent Indonesia. Begini cerita selengkapnya.
Mertua meminta bantuan keuangan saat suami PHK
“Assalamu’alaikum buibuuk..
Jadi saya nikah jalan 8 bulan. Sejak 3 bulan lalu, suami di PHK. Untungnya, saya masih kerja, jadi masih bisa back up kebutuhan. Saya mau nanya, karena saya bingung.. Agak berat hati juga.
Mertua selalu pengen bikin usaha (mertua saya hidupnya pas-pasan, ayah mertua kerja jadi mandor), dan beberapa kali ini minta sama suami buat ngomong ke saya buat bantuin modal usahanya. Saya juga agak gimana gitu dengernya, semacam (maaf) agak nggak tahu malu.
Anak laki-lakinya yang harusnya wajib kerja dan menafkahi istrinya di PHK, yang kerja cuma istri saja. Bukannya sungkan apa gimana, malah minta tambahan modal ke istri. Saya dengernya jadi agak ilfil sama mertua dan agak nggak ikhlas juga sebenernya.
Artikel Terkait : Benarkah suami penyebab stres ibu dua kali lipat dibandingkan anak? Suami wajib tahu!
Merasa memiliki peran ganda
Saya merasa, harusnya saya dinafkahi. Kalaupun belum bisa menafkahi karena suatu keadaan, ya tolonglah jangan nambahin beban. Saya juga kadang ngerasa capeeek sekali. Saya harus kerja, selepas kerja masih harus kuliah, begitu di rumah harus masak, bebenah, ngeladenin suami ngambilin makan, dan ngelayanin suami juga.
Semacam saya pegang peranan suami sama istri sekaligus. Qadarullah, belum ada anak. Jadi, beban saya belum terlalu berat. Kadang suami nyuruh saya ke rumah mertuanya, saya turutin bun.. Karena saya Senin – Jumat kerja di luar kota. Sabtu-Minggu saya ke rumah orang tua, jenguk sama nyetok-nyetok kali ada bahan makanan yang habis karena orangtua sudah pensiun dan hampir 60 tahun, di rumah cuma berdua, saya kasian.
Minggu sore sampai Senin saya di rumah mertua. Di rumah mertua juga kadang saya bantu cuci piring, nyiapin makan, motong-kotong kain. Tapi nggak sering, karena seringnya saya nyampe di rumah mertua udah agak malem. Udah kelar semuanya, jadi tinggal ngobrol-ngobrol sama istirahat.
Artikel Terkait: Mertua pilih kasih dan suka membandingkan, begini cara menghadapinya!
“Capek.. rasanya harus menyenangkan banyak pihak”
Besoknya saya kerja lagi ke luar kota. Terus kemaren saya main ke rumah mertua, ada tante. Awalnya bahas makan, saya emang makannya dikit dan sering nggak nafsu makan. Jadi, saya cuma makan camilan aja disana. Terus mertua bilang ke tante kalo saya di rumah mertua nggak pernah ngapa-ngapain.
Saya jadi baper dan tiba-tiba capek banget merasa harus nyenengin banyak pihak, dari pihak keluarga saya yang pastinya mau saya bahagia terus meskipun suami saya nggak kerja, dari pihak suami yang pengennya saya nurut terus sama dia, dari mertua yang saya nggak ngerti maunya apa.
Apa normal ya bun gini ini? Saya bener-bener capek pek pek pek.. Kadang saya suka nggak ikhlas sama suami, dia cuma duduk anteng ngerjain tugas kuliah. Kadang bantu-bantu cuci piring atau jemur pakaian juga, sih. Tapi saya yang harus pontang panting banting tulang, nge-cover mama papa saya yang udah pensiun, nge-cover keluarga saya, masa harus disuruh modalin usaha mertua juga?” ujar sang Bunda menceritakan.
Artikel Terkait : Tips suami siaga, ini persiapan menjelang persalinan yang perlu Ayah ketahui!
Hukum Islam dalam membantu keuangan mertua
Dilansir dari Konsultasi Syariah, dalam syariat Islam, orang yang wajib membantu keuangan mertua ialah anak-anaknya. Secara umum, menafkahi kedua orangtua adalah kewajiban anak, baik laki-laki maupun perempuan.
Adapun kewajiban sang istri dalam hal ini ialah menafkahi kedua orangtuanya terlebih dahulu. Keduanya menjadi salah satu bentuk bakti kepada orangtuanya masing-masing.
Ibnul Mundzir (318 H) berkata:
أجمع أهل العلم على أن نفقة الوالدين الفقيرين اللذين لا كسب لهما، ولا مال، واجبة في مال الولد…
“Telah sepakat ahli ilmu bahwa nafkah kedua orang tua yang fakir yang tidak memiliki penghasilan dan tidak memiliki harta adalah sebuah kewajiban pada harta seorang anak,” (Al-Mughni: 8/212).
Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu anha, Nabi ﷺbersabda:
إنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ، وَإِنَّ وَلَدَهُ مِنْ كَسْبِهِ.» رواه أبو داود.
“Sungguh sebaik-baik makanan yang dimakan oleh seseorang adalah dari hasil usahanya dan sesungguhnya anak dia adalah bagian dari hasil usahanya.” (HR. Abu Dawud).
Selain itu, inti dari kedua hadits di atas ialah setelah menikah, orangtua memang memiliki hak atas anaknya. Namun, anak berkewajiban membantu bila sekiranya ia memiliki kelebihan harta. Di luar itu, kebutuhan keluarga inti dan pasangan tetaplah harus diprioritaskan.
Punya cerita menarik seputar kehidupan keluarga? Yuk, bergabung di Aplikasi TheAsianparent Indonesia.
Baca Juga :
Sering beda pendapat sama mertua? Ini yang bisa Anda lakukan
10 Hal yang Hanya dimengerti oleh Istri yang Tinggal Bersama Mertua
Harmonis dengan Mertua, Ini 5 Hal Penting yang Harus Dilakukan