X
theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
kemendikbud logo
Panduan ProdukMasuk
  • Kehamilan
    • Kalkulator perkiraan kelahiran
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
    • Project Sidekicks
  • Artikel Premium
  • Breastfeeding Week 2023
  • Cari nama bayi
  • Perawatan Ibu dan Bayi
  • Kulit Bayi
  • Rangkaian Edukasi
    • Pengasuhan Anak
    • Edukasi Prasekolah
    • Edukasi Sekolah Dasar
    • Edukasi Remaja
  • TAPpedia
  • TAP Rekomendasi
  • Anak
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Anak
    • Praremaja & Remaja
  • Parenting
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • COVID-19
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Korea Update
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kebudayaan
    • Kecantikan
    • Keuangan
    • Marvelous Asian Mums Special 2021
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
    • Sarapan Bergizi
  • Belanja
  • Ayah manTAP!
    • Kesehatan Ayah
    • Kehidupan Ayah
    • Aktivitas Ayah
    • Hobi
  • VIP
  • Awards
    • TAP x Tokopedia Awards 2023

Tetap Berkarir Meski Menyandang Penyakit Autoimun Hipotiroid

Bacaan 4 menit
Tetap Berkarir Meski Menyandang Penyakit Autoimun Hipotiroid

Beraktivitas dengan tubuh yang lemas akibat penyakit autoimun memang sulit. Berkarir di luar rumah justru membantuku melupakan sakitku.

Kisah saya menghadapi penyakit autoimun

Nama saya Harlin, usia 41 tahun. Sebagai ibu dari 3 putra yang beranjak remaja dan guru di sebuah sekolah swasta, rasanya hidup saya baik-baik saja. Ya, selama bisa menjaga kondisi, maka penyakit autoimun yang berdiam dalam tubuh saya tidak akan berulah.

Tidak ada yang tahu pasti apa penyebab seseorang terkena penyakit autoimun. Saya hanya merasakan lemas yang amat sangat dan jantung yang terus-menerus berdebar.

Kondisi ini memang tak membuat saya menjadi pasrah, seperti yang terjadi pada penderita autoimun lainnya yang ingin sehat kembali.

Bermula dari penyakit maag kronis

Semua bermula dari maag kronis yang saya derita sejak tahun 2009. Pada saat yang bersamaan saya juga mempunyai masalah haid yang banyak dan berlangsung selama 2 pekan setiap satu siklus haid.

Hal ini membuat Hb saya rendah, sehingga dokter penyakit dalam menyarankan transfusi darah. Dalam setahun saya menjalani 2-3 kali tranfusi darah.

Akhirnya dokter menyarankan saya untuk tes analisis Hb. Dari hasil pemeriksaan saya dinyatakan memiliki kelainan darah yaitu thalasemia minor.

Sebenarnya penyandang  thalasemia minor dapat hidup normal tanpa transfusi darah, seperti penyandang thalasemia mayor. Akibat kondisi haid saya yang tidak normal, saya harus menjalani transfusi darah.

Hal ini tentu tidak lazim, namun pemeriksaan dua orang dokter yang saya kunjungi mengatakan  tidak ada masalah dengan rahim saya.

Saya kemudian mencari second opinion dari dokter ahli darah, di samping bisa mendapatkan suntikan zat besi melalui saluran vena sebagai pengganti transfusi darah.

Saya juga dianjurkan untuk kembali memeriksakan rahim agar mengetahui penyebab darah haid yang berlebihan. Ternyata masalah itu diakibatkan oleh adanya myom di rahim.

Untuk mencegah berkembangnya myom dan mengendalikan agar darah haid saya tidak keluar, dokter memberikan hormon yang dapat menyebabkan saya tidak haid selama 7 bulan.

Alhamdulillah, pengobatan yang diberikan dokter ahli darah dan ahli kandungan membuahkan hasil. Hb saya menjadi normal kembali. Rupanya upaya ini tidak berhasil untuk jangka panjang.

Pada bulan Oktober 2011 saya mengalami pendarahan hebat. Akhirnya dokter ahli kandungan menyarankan saya untuk menjalani operasi pengangkatan rahim. Ketika itu, anak bungsu saya baru berusia 5 tahun.

Persis 7 bulan pasca operasi pengangkatan rahim, dokter mengatakan bahwa rasa lemas yang sering saya rasakan merupakan akibat dari serangan penyakit autoimun hipotiroid.

Vonis ini saya dapatkan setelah menjalani serangkaian panjang tes darah seperti yang disarankan oleh seorang profesor, ahli endokrin/hormon. Beliau juga yang membantu saya untuk tetap semangat menjalani hidup.

Mudahkah menjalani hidup sebagai penyandang penyakit autoimun?

Saya tidak terbiasa dengan kondisi tubuh yang lemas seperti ini. Akibatnya saya sempat merasa tertekan. Akan tetapi saya sadar, sebagai ibu, saya tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Anak-anak masih memerlukan perhatian dan kasih sayang saya.

Apalagi karena ayahnya bekerja di luar negeri, sehingga tidak mungkin bisa mendampingi mereka dalam keseharian. Demi anak-anak, saya harus bisa bangkit dan tidak boleh menyerah.

Saya pun tidak bisa mencegah setiap kali gejalanya muncul sebagai reaksi tubuh akibat terlalu capek, kurang tidur atau kondisi tertekan. Gejala berupa rasa lemas ini tidak bisa dihilangkan, walaupun saya sudah mengkonsumsi hormon.

Saya mulai memahami sinyal-sinyal yang diberikan tubuh sebelum gejala muncul. Biasanya yang saya lakukan adalah segera beristirahat dan ngemil.

Seperti ketika sedang berada di dalam angkutan umum, tubuh tiba-tiba terasa lemas. Saya mengatasinya dengan minum dan makan permen. Ya, permen!  Sejak mengalami hipotiroid ini, kadang kadar gula darah saya menjadi rendah.

Untuk mengatasi kondisi saya yang sering lemas dan hipoglikemi (gula darah rendah), saya terpaksa mengkonsumsi gula sebanyak 1 kilo untuk 3 hari dan makan lebih dari 5 kali setiap hari.

Alhamdulillah, hal ini hanya berlangsung selama tiga bulan. Dokter sudah memberikan saya terapi hormon tiroid yang harus saya minum setiap hari, seumur hidup!

Hal ini membuat kondisi saya menjadi lebih baik dan sehat. Meskipun rasa lemas datang, saya sudah lebih bisa mengendalikannya dengan cara beristirahat, makan, dan mengatur perasaan.

Saya selalu ingat pesan Prof. Asman, “Make up your soul “ dan, “Di dalam jiwa yang kuat terdapat badan yang sehat”.

Memilih tetap berkarir di luar rumah

Ceria mendampingi buah hati membuatku bisa melupakan penyakit autoimun yang berdiam di tubuhku.
Cerita mitra kami
'Kemerdekaan' Ibu Dukung Anak Tumbuh Jadi Generasi Terbaik
'Kemerdekaan' Ibu Dukung Anak Tumbuh Jadi Generasi Terbaik
Ibu Tangguh Menjadikan si Kecil Tangguh, Tumbuh Sehat dan Kuat
Ibu Tangguh Menjadikan si Kecil Tangguh, Tumbuh Sehat dan Kuat
5 Cara Sederhana yang Bikin Anak Suka Makanan Rumahan yang Sehat
5 Cara Sederhana yang Bikin Anak Suka Makanan Rumahan yang Sehat
Cegah Ancaman Berbagai Virus, Sudahkah Berikan Perlindungan Ekstra untuk Keluarga?
Cegah Ancaman Berbagai Virus, Sudahkah Berikan Perlindungan Ekstra untuk Keluarga?

Ceria mendampingi buah hati membuatku bisa melupakan penyakit autoimun yang berdiam di tubuhku.

Dengan kondisi tubuh seperti ini saya tidak boleh terlalu lelah, tidak boleh stres, bekerja di luar rumah memang menyulitkan. Saya pun sempat terpikir untuk resign dari tempat saya mengajar.

Ketika menjalani cuti sakit selama 1 bulan, saya merasa bosan. Pembawaan saya –yang menurut teman-teman—rame dan ekstrovert, tidak cocok berdiam di rumah.

Saya rasa, jauh lebih mudah melupakan sakit ini bila ada yang saya kerjakan dan bermanfaat bagi orang banyak.

Kebetulan saya mengajar di sekolah tempat di mana anak-anak saya belajar. Jadi selain mengajar, saya bisa tetap berada dekat anak-anak dan mengawasi mereka sepanjang waktu.

Sekarang, setelah bertahun-tahun menjalani hidup bersama penyakit autoimun hipotiroid, saya berusaha untuk bersyukur dan menikmati hidup.

Bila dibandingkan dengan yang lain, bukankah saya masih jauh lebih beruntung?

Kisah inspiratif ini sesuai dengan yang dituturkan oleh Harlin Misnawati kepada kontributor The AsianParent.com. Semoga bermanfaat bagi pembaca.

 

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

img
Penulis

Liza P. Arjanto

  • Halaman Depan
  • /
  • Keluarga
  • /
  • Tetap Berkarir Meski Menyandang Penyakit Autoimun Hipotiroid
Bagikan:
  • Tips Hidup Bahagia dengan Penyakit Autoimun

    Tips Hidup Bahagia dengan Penyakit Autoimun

  • 5 Kalimat Alasan yang Wajib Dihindari jika Ingin Hidup Bahagia

    5 Kalimat Alasan yang Wajib Dihindari jika Ingin Hidup Bahagia

  • Tips Hidup Bahagia dengan Penyakit Autoimun

    Tips Hidup Bahagia dengan Penyakit Autoimun

  • 5 Kalimat Alasan yang Wajib Dihindari jika Ingin Hidup Bahagia

    5 Kalimat Alasan yang Wajib Dihindari jika Ingin Hidup Bahagia

Daftarkan email Anda sekarang untuk tahu apa kata para ahli di artikel kami!
  • Kehamilan
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Praremaja
    • Usia Sekolah
  • Parenting
    • Pernikahan
    • Berita Terkini
    • Seks
    • Keluarga
  • Kesehatan
    • Penyakit
    • Info Sehat
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Keuangan
    • Travel
    • Fashion
    • Hiburan
    • Kecantikan
    • Kebudayaan
  • Lainnya
    • TAP Komuniti
    • Beriklan Dengan Kami
    • Hubungi Kami
    • Jadilah Kontributor Kami
    • Tag Kesehatan


  • Singapore flag Singapore
  • Thailand flag Thailand
  • Indonesia flag Indonesia
  • Philippines flag Philippines
  • Malaysia flag Malaysia
  • Sri-Lanka flag Sri Lanka
  • India flag India
  • Vietnam flag Vietnam
  • Australia flag Australia
  • Japan flag Japan
  • Nigeria flag Nigeria
  • Kenya flag Kenya
© Copyright theAsianparent 2023. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan |Peta situs
  • Fitur
  • Artikel
  • Beranda
  • Jajak

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

theAsianparent heart icon
Kami ingin mengirimkan Anda informasi terbaru seputar gaya hidup.