Penemu Apple, Microsoft dan Google dahulunya adalah anak-anak yang membaca science fiction. Bacaan fiksi membantu mengasah imajinasi, empati dan sikap kritis anak.
Parents, apakah anak-anak Anda suka membaca cerita fiksi? Tahukah Anda, orangtua dapat melatih sikap kritis anak melalui bacaan fiksi?
Bacaan fiksi seperti cerita pendek, dongeng, legenda, dan fabel sangat bermanfaat bagi perkembangan psikologis anak. Cerita fiksi bisa berupa buku atau dalam bentuk komik.
Neil Gaiman, seorang penulis cerita asal Inggris mengatakan penting bagi kita terutama anak-anak untuk membaca fiksi. Fiksi dapat membantu membangun imajinasi, empati dan sikap kritis anak.
Saat membaca fiksi, imajinasi anak-anak terpancing untuk menciptakan dunia sendiri. Anak-anak belajar melihat dunia dari sisi yang berbeda.
Mereka dapat merasakan sesuatu, “mengunjungi” tempat baru, dan mengenal karakter manusia. Mereka bisa merasakan menjadi orang lain dalam suatu cerita.
Sementara empati adalah alat untuk menyatukan manusia dalam sebuah kelompok dan menghindarkan anak-anak dari sikap individual.
Lebih penting lagi, membaca fiksi dapat membantu mengasah sikap kritis anak. Bagaimana caranya? Simak di halaman selanjutnya.
Pertama, fasilitasi anak untuk mendapatkan bacaan yang mereka inginkan dan sukai
Anda bisa membelikan mereka buku bacaan atau mengajak anak-anak ke perpustakaan. Jika tidak sempat, Anda bisa mengunduhnya melalui gadget si kecil. Kini banyak aplikasi cerita pendek yang bisa diunduh gratis, baik dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris.
Sikap kritis anak bisa dibentuk melalui komik.
Kedua, bebaskan anak-anak memilih bacaan yang mereka sukai
Jangan melarang atau memaksa anak membaca suatu genre buku atau buku dari penulis tertentu. Menurut Nail Geiman, terlalu mengarahkan fiksi yang akan dibaca anak, hanya akan membuat mereka malas dan benci membaca.
Nail menegaskan, tidak ada bacaan fiksi yang tidak layak untuk anak-anak. Tidak ada penulis yang buruk untuk anak-anak. Biarkan mereka memilih dan menikmati fiksi pilihan mereka sendiri, bahkan jika mereka menginginkan komik sekalipun.
Ketiga, sediakan waktu untuk membaca bersama
Jika anak Anda sudah mahir membaca, bacalah bagian-bagian cerita secara bergantian. Kakak dan adik bisa bergantian membaca dan saling menyimak. Jika anak belum bisa membaca dengan lancar, bacakan cerita untuk mereka. Mendongenglah untuk anak-anak Anda.
Keempat, munculkan pertanyaan di tengah cerita
Sebelum membalik halaman atau masuk ke bagian baru cerita berikan pertanyaan-pertanyaan ringan. Misalnya, “Kira-kira apa yang akan terjadi selanjutnya ya?”Ini akan mengasah kemampuan berpikir anak mengenai kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi terhadap tokoh dalam cerita.
Kelima, jika Anak bertanya tentang hal yang mereka tidak mengerti di tengah cerita, jangan langsung dijawab
Kembalikan pertanyaan kepada mereka hingga mereka memiliki bayangan akan jawabannya. Misalnya,”Kira-kira menurut kakak/adik ini apa maksudnya?” Jika mereka tidak memiliki bayangan jawaban, berikan mereka gambaran pilihan. Ini akan membantu anak menemukan hal terdekat dengan jawaban pertanyaanya.
Keenam, buat pengandaian
Setelah cerita usai, mintalah anak-anak membayangkan kemungkinan lain yang bisa terjadi. Atau apa yang akan mereka lakukan jika mereka menjadi tokoh dalam cerita. Apakah mereka akan melakukan hal yang sama dengan cerita atau justru mengambil langkah berbeda?
Kemudian, lemparkan pertanyaan tersebut kepada kakak atau adik. Apakah mereka setuju dengan jawaban sebelumnya. Ini membantu mereka untuk memiliki pendapat dan sikap sendiri.
Ketujuh, tanyakan apa yang mereka sukai dan tidak sukai dari tokoh cerita
“Menurut kakak/adik boleh ga ya kita bersikap demikian? Kenapa?”. Bantu mereka melihat latar belakang munculnya sifat baik atau sifat buruk dari satu tokoh cerita. Kelak, ini akan membantu mereka menilai sesuatu dengan objektif.
Terakhir, jangan menyalahkan jawaban anak Anda
Arahkan mereka untuk mendapatkan jawaban yang benar dan bijak menilai hal-hal yang ada dalam cerita. Banyak cerita yang mengambil tokoh binatang yang cerdik dan licik. Namun bukan berarti binatang tersebut demikian adanya di dunia nyata. Jangan sampai mereka membenci binatang tertentu di dunia nyata karena mengenal tokoh binatang jahat dalam cerita.
Parents, semoga tips di atas dapat membantu dan bermanfaat untuk Anda.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.