Melatih anak berjiwa sportif adalah salah satu hal penting yang dapat orangtua ajarkan sejak dini. Pasalnya, tidak selamanya seseorang akan menang di dalam kehidupan.
Sesekali waktu, seseorang mungkin akan mengalami kekalahan atau kegagalan. Nah, bagaimana ia menanggapi kekalahan itu harus dibarengi dengan sikap-sikap yang positif, seperti berlapang dada.
Image: Freepik
Seseorang dapat dikatakan berlapang dada terhadap kekalahan atau kegagalan yang dialaminya jika ia mampu menerima semua itu secara sportif. Itulah mengapa melatih anak agar berjiwa sportif menjadi tugas yang sangat penting bagi Parents.
Lantas, bagaimana cara melatih anak untuk memiliki jiwa sportif?
5 Cara Melatih Anak Berjiwa Sportif
Seperti yang diungkapkan oleh Vickie Falcone, penulis buku berjudul You Can’t Make Me: How to Parent with More Connecting and Less Correcting, adalah hal yang sangat wajar ketika anak harus mengalami kegagalan di dalam hidupnya dan merasakan kecewa karena kegagalannya itu.
Image: Freepik
Akan tetapi, tetap ada batasan-batasan yang perlu diperhatikan agar anak tidak larut secara terus-menerus di dalam kesedihannya. Apalagi jika anak sampai melakukan hal-hal yang merugikan, tentu saja itu bukanlah sesuatu yang baik.
Agar anak dapat menerima kekalahan atau kegagalan yang mungkin ia alami, maka Parents bisa mencoba beberapa tips mengajarkan sportivitas kepada anak. Berikut ini 5 cara yang dapat Parents lakukan:
1. Ajarkan Aturan Dasar Sportivitas pada Anak
Mengajarkan aturan dasar sportivitas pada anak sejak dini merupakan tanggung jawab dari orangtua. Beberapa aturan dasar sportivitas yang bisa Parents ajarkan kepada si kecil, antara lain:
- Menanamkan sikap lapang dada jika menerima kekalahan
- Mengajarkan pada anak bahwa lawan bukanlah musuh abadi yang harus diperlakukan dengan tidak baik
- Berpikir positif mengenai kemenangan lawan
Image: Freepik
Selain itu, orangtua juga harus mencontohkan hal yang baik mengenai sportivitas kepada anak. Misalnya, saat menonton sebuah pertandingan atau kompetisi dan mendapati bahwa tim kesayangan Parents tidak menang, maka jangan menjelek-jelekkan tim lawan di depan anak. Usahakan untuk tetap memberikan tanggapan yang positif atas apa yang terjadi.
Dengan begitu, anak perlahan bisa meniru dan memahami konsep sportivitas dari orangtuanya. Anak pun tidak akan sulit menerima kekalahan dengan lapang dada.
2. Fokus pada Proses yang Dilalui, Bukan Hasil Akhir
Sangat penting bagi orangtua untuk mengajarkan kepada anak bahwa kemenangan bukanlah hal yang paling penting dalam sebuah kompetisi. Bagaimana cara atau proses mencapai kemenangan itulah yang terpenting.
Image: Freepik
Parents harus bisa menanamkan kepada anak betapa pentingnya kerja keras di dalam hidup, mengenai hasil adalah hal yang berikutnya. Dengan begitu, anak bisa menghargai proses yang ia kerjakan, bukan hanya berfokus pada hasil akhirnya.
3. Anggap Kekalahan sebagai Sebuah Ketidakberuntungan
Jika mengalami kekalahan, bukan berarti hidup seseorang menjadi tidak berguna selamanya. Ajari pada anak bahwa kekalahan atau kegagalan hanyalah perihal ketidakberuntungan. Di lain waktu, jika anak bisa terus berusaha dan tetap semangat, maka ia pun bisa mencapai kemenangannya sendiri.
Image: Freepik
Jangan sampai hanya karena mengalami suatu kekalahan, anak jadi merasa bersalah, berputus asa, tidak percaya diri atau yang lebih parahnya menjadi insecure, seperti yang kebanyakan dialami oleh anak zaman sekarang.
Tanamkan pada anak bahwa asalkan ia sudah melakukan persiapan yang cukup, maka tidak masalah menang atau kalah. Mungkin pihak lawan hanya lebih beruntung saja sehingga bisa memperoleh kemenangannya.
4. Kemenangan Bukanlah Segalanya
Orangtua terkadang akan lebih bangga jika anak mereka bisa menjadi pemenang dalam suatu kompetisi. Sebaliknya, jika sang anak mengalami kekalahan, orangtua akan menunjukkan kekecewaannya. Bahkan, sampai menghakimi sang anak karena kegagalannya.
Image: Freepik
Hal-hal seperti itu bisa menyebabkan anak merasa kesulitan berlapang dada menerima kekalahannya. Alhasil, anak lama-kelamaan akan menjadi pribadi yang obsesif dan ambisius hingga menghalalkan berbagai cara demi mendapatkan kemenangan di dalam hidupnya.
Tentu saja ini bukanlah hal yang baik. Untuk itu, sebaiknya orangtua tidak memberikan tekanan kepada anak dan lebih menghargai anak atas setiap usaha yang dilakukannya.
5. Bangun Kembali Rasa Percaya Diri Anak
Ajarkan kepada anak bahwa segala sesuatunya pasti membawa hikmah tersendiri, termasuk kekalahan yang mungkin dialaminya. Dari kekalahan itu, bangun rasa percaya diri anak untuk lebih giat lagi berusaha, tidak masalah jika ia mengalami kekalahan hari ini, akan tiba masanya ia juga bisa menjadi pemenang.
Image: Freepik
Seperti yang diungkapkan oleh seorang psikolog bernama Dan Kindlon, Ph.D., yang juga merupakan penulis Tough Times, seseorang akan belajar soal percaya diri setelah ia mengalami kesalahan atau kekalahan, bukan dari pujian tentang kehebatannya.
Yang terpenting adalah anak bisa mengambil pelajaran berharga dari kekalahan yang dialaminya. Jadikan kekalahan sebagai motivasi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi daripada sebelumnya.
Itulah 5 hal penting yang perlu Parents ajarkan kepada anak untuk melatih berjiwa sportif sejak dini. Jangan lupa untuk tetap memberikan dukungan terbaik Parents kepada anak dalam segala kondisi yang dialaminya. Sebab, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik jika ia juga mendapatkan bekal dan dukungan yang baik dari keluarganya sendiri.
Baca Juga:
Cara Melatih Empati Anak di Tengah Pandemi
Cara Jitu Melatih Otak Anak Agar Siap Hadapi Masa Depan
Melatih Anak Pendiam Untuk Bersosialisasi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.