Seringkah Anda menyesal saat ingin mencicipi sedikit saja makanan berlemak, misalnya kentang goreng, akhirnya malah menghabiskan sepiring besar? Atau seringkah nikmatnya rendang bikin Anda ingin terus nambah nasi?
Seharusnya, tubuh memiliki mekanisme untuk merasa kenyang dan mengirim sinyal ke otak agar Anda berhenti makan.
Sayangnya, saat Anda makan makanan berlemak tinggi, otak tak lagi mendapat sinyal kekenyangan tersebut. Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Penelitian tentang makanan berlemak
Sebuah penelitian dari University of Georgia, Washington State University dan Binghamton University mengungkapkan bahwa makanan berlemak tinggibisa membuat bakteri-bakteri pada usus mengirimkan sinyal yang salah.
Mereka justu mengirimkan ‘berita’ ke otak bahwa tubuh belum kenyang. Akibatnya, Andapun masih ingin terus menerus makan makanan tinggi lemak.
Tentu saja, bila hal ini terjadi terus menerus Anda bisa jadi gemuk.
Penelitian yang dilakukan pada tikus ini juga menemukan adanya inflamasi pada bagian otak.
“Otak berubah saat tikus mengonsumsi makanan yang tidak seimbang seperti makanan berlemak. Hal ini menyebabkan inflamasi pada bagian otak yang berhubungan dengan kebiasaan makan. Akibatnya, otak jadi ter-reorganisasi dan dapat mengubah sinyal kenyang pada otak,” jelas Krzysztof Czaja, DVM, PhD, seorang peneliti utama pada studi ini.
Saat Anda mengkonsumsi makanan seimbang, bakteri di dalam usus akan berkembang menjadi beberapa golongan yang saling bekerja sama dalam memberitahukan otak saat Anda lapar dan kenyang. Jumlah bakteri juga stabil dan hanya sedikit sekali terjadi pergeseran.
Sebaliknya, saat Anda mengkonsumsi makanan berlemak tinggi, ada efek langsung yang terjadi. Perubahan nutrisi tersebut mengubah lingkungan mikro di dalam usus dan beberapa bakteri mulai tumbuh drastis. Sementara itu bakteri yang sensitif dalam memberitahukan rasa kenyang mulai mati bahkan menghilang.
Perubahan ini menyebabkan peradangan yang merusak sel-sel saraf pembawa sinyal dari usus ke otak, sehingga kedua organ ini mengalami miskomunikasi.
Meskipun para peneliti belum bisa menyimpulkan apakah perubahan ini permanen atau sementara, sebaiknya Anda tetap waspada terhadap makanan berlemak tinggi.
Penulis: Erwiandika
Artikel ini pertama kali dipublikasikan di 1Health dan digunakan atas seizin 1Health.
Baca juga:
Mudah didapat, ini makanan paling direkomendasikan ahli gizi agar anak pintar
Banyak pilihan jenis makanan yang bisa Anda konsumsi maupun diberikan pada sang buah hati. Mulai makanan yang kaya akan kandungan protein, vitamin, mineral, dan lain sebagainya. Tak hanya itu, juga terdapat makanan lain yang kaya akan lemak. Memang makanan yang kaya lemak tersebut cenderung lebih lezat untuk disantap. Namun tahukah Anda bahaya akan makanan berlemak terhadap otak manusia?
Aneka Pilihan Makanan yang Berlimpah
Banyak jenis makanan yang ditawarkan oleh para pemilik restoran atau kedai makanan saat ini. Mulai dari makanan dari nusantara, asia, maupun dari luar negeri lainnya. Rasa yang dimiliki juga dapat menggoyang lidah orang yang memakannya. Tak hanya itu, jenis rasa makanan yang ditawarkan juga beraneka macam. Misalnya adalah makanan yang terasa asin, asam, gurih, pedas, dan manis.
Aneka jenis makanan yang disajikan tersebut tentu saja juga akan meggoyangkan lidah bagi orang yang mengonsumsinya. Bahkan sekarang di era yang serba modern seperti saat ini, Anda dapat mendapatkan makanan tersebut dengan cara yang mudah. Tanpa perlu membelinya di restoran langsung, Anda sudah dapat memesannya dengan menggunakan aplikasi via smartphone.
Penelitian Tentang Makanan Kaya Lemak
Pada umumnya, saat seseorang memakan makanan tertentu dalam jumlah yang banyak maka terdapat sinyal yang dikirimkan ke otak untuk berhenti makan. Namun hal tersebut tidak akan bekerja saat Anda mengonsumsi makanan berlemak. Makanan dengan kandungan tersebut akan membuat bakteri pada usus seseorang justru mengirimkan sinyal yang salah ke otak. Bakteri tersebut justru akan membuat otak mengira bahwa tubuhnya belum kenyang.
Hal ini merupakan hasil penelitian dari ketiga jenis universitas terkemuka. Universitas tersebut adalah Washington State University, University of Georgia, dan juga Binghamton University. Pada penelitian tersebut juga diketahui dapat menyebabkan inflamasi pada bagian otak. Krzysztof Czaja, DVM, PhD selaku peneliti utama dalam penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa otak akan mengalami reorganisasi dan dapat mengubah sinyal yang ada.
Perubahan yang terjadi juga dapat menyebabkan peradangan. Peradangan tersebut akan merusak sel sel saraf untuk membawa sinyal dari usus menuju otak. Hal itulah yang menyebabkan kedua organ tersebut mengalami miskomunikasi atau salah komunikasi. Namun para peneliti belum dapat menyimpulkan apakah perubahan tersebut bersifat sementara atau permanen. Oleh karena itu, sebaiknya Anda tetap waspada pada makanan kaya lemak.
Mengonsumsi makanan yang kaya lemak dapat menyebabkan dampak negatif pada tubuh. Sementara saat Anda mengonsumsi jenis makanan yang seimbang akan memberikan efek yang baik pada tubuh. Makanan yang seimbang itu akan membuat bakteri di dalam tubuh menjadi berkembang dan menjalin kerjasama yang baik. Kerjasama tersebut dapat memberitahu otak pada saat Anda kenyang maupun lapar. Jumlah bakteri yang ada juga terbilang stabil.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.