Pada dasarnya, mainan mahal atau murah bukanlah jadi masalah. Yah… setidaknya, ini berlaku untuk saya.
Mungkin untuk ukuran keluarga golongan ekonomi tertentu, mereka akan cenderung memilihkan mainan yang harganya bisa dijangkau oleh kantong. Bahkan kalau perlu mainannya bisa dibuat sendiri ya? Hehehe…
Sementara, berbeda dengan keluarga menengah ke atas, mainan dengan brand tertentu mungkin akan jadi pilihan mereka. Walaupun harganya mahal barangkali tidak jadi masalah. Bahkan mungkin definisi mahal bisa berbeda dalam pandangan masing-masing keluarga.
Bagi mereka itu tidak mahal, tapi bagi keluarga yang lain harga cukup fantastis. Lalu apakah itu salah? Ya tidak juga, karena mainan dengan brand tertentu (yang harganya bisa sampai ratusan ribu hingga jutaan), tentu secara kualitas akan jauh berbeda dengan mainan seharga 10 ribu yang biasa kita di toko mainan biasa.
Istilahnya, ada harga, ada rupa.
Artikel Terkait: 8 Ide DIY Mainan Anak dari Kardus, Bikin di Rumah, yuk!
Mainan Mahal atau Murah, Sama-sama Perlu Dijaga
Tapi sekali lagi, mainan mahal atau murah bukan itu yang jadi masalah. Bukan itu yang akan saya bahas di sini, karena saya sadar bahwa masing-masing keluarga memiliki kondisi yang berbeda-beda dan itu bukanlah sesuatu yang perlu diperdebatkan.
Hal yang ingin saya bahas di sini adalah bagaimana supaya anak-anak diajarkan untuk bertanggung jawab terhadap barang yang mereka punya, baik itu yang harganya mahal maupun murah. Ajarkan anak untuk menghargai barang-barang yang mereka miliki.
Tak perlu menilai dari harga. Artinya, berapapun nilainya, mahal ataupun murah barang tersebut perlu diperlakukan yang sama. Dijaga dengan baik.
Suatu ketika saya berkata kepada salah satu anak saya yang waktu itu berusia 7 tahun. Saat itu dia sudah selesai bermain dan mainannya bergeletakan di lantai.
Saya mengatakan “Kak, mainannya kok, nggak diberesin? Ayo mainannya disimpan dengan baik. Ini kan mainan mahal,” ujarku kala itu. Saat itu Si Kakak tidak menjawab apa-apa. Dia hanya diam namun sambil mengernyitkan muka.
Artikel Terkait: Wajarkah Bila Anak Laki-Laki Suka Main Boneka?
Melihat ekspresi mukanya itu, tiba-tiba saya tersentak. Walaupun saya tidak tahu dengan apa yang ada dalam pikirannya, saya jadi merutuk diri sendiri. Sambil membatin, “Duh, sepertinya kata-kata saya tadi salah deh”.
Saat itu saya tersadar bahwa saya sudah membuat konsep salah kepada anak saya. Bukan tidak mungkin dari kalimat yang saya ucapkan anak justru memiliki pemahaman yang keliru.
“Ooh.. Kata Ibu mainan mahal itu harus disimpan dan dijaga dengan baik ya? Berarti kalau mainannya nggak mahal, tidak perlu dijaga dan dirawat dengan baik ya?”
Mungkin saja itu yang terlintas dalam pikiran mereka. Nah, bukankah itu menjadi sebuah kesimpulan salah yang sudah dipelajari oleh anak saya?
Dari peristiwa itulah saya diingatkan kembali untuk berhati-hati ketika bicara. Maksud hati sebenarnya tidaklah demikian, namun karena saya mengucapkannya dengan kalimat yang salah, maka anak pun bisa salah pula menangkap penjelasan kita.
Jika kita tidak segera mengoreksi itu, maka mereka bisa saja nanti beranggapan bahwa memang hanya barang mahal saja yang perlu dihargai dan disimpan dengan baik. Nah, jadi kacau kan?
Latih Anak untuk Bertanggung Jawab Dimulai dengan Merawat Mainan
Artikel Terkait: Selain melatih kreativitas anak, ini dia 8 manfaat bermain lego untuk anak
Sebenarnya, apapun barang yang kita punya, entah itu harganya mahal atau murah, maka barang itu tetap harus dijaga dan dirawat dengan baik. Betul kan?
Ketika suatu benda sudah jadi hak milik kita, maka kita bertanggung jawab untuk menjaganya, apapun barangnya. Hal ini berlaku juga pada anak-anak. Mereka harus diajarkan untuk menghargai dan bertanggung jawab pada mainannya.
Memang pada akhirnya, contoh terbaik adalah dari apa yang diperlihatkan orangtua. Jika anak-anak kita kurang menghargai barang-barang yang mereka miliki, jangan-jangan itu disebabkan karena selama ini sebagai orangtua, kita masih suka menilai remeh barang-barang yang kita miliki.
Kadang secara tak sadar kita telah mewariskan pola pikir yang tidak benar gara-gara kebiasaan kita selama ini. Dan hal ini sebenarnya berlaku pada hal apapun, tak hanya pada kasus ini, tapi juga pada hal lain, misalnya terkait kedisiplinan, kebersihan, perilaku santun dan sebagainya.
Saya sendiripun di rumah akhirnya berusaha mengingatkan diri sendiri dan anak-anak, bahwa barang itu dilihat dari fungsinya, bukan sekadar dari harga. Ketika barang itu sudah jadi hak milik kita, maka kita wajib untuk menghargainya dengan menjaga mainan dengan baik, merapihkannya, tidak membanting atau merusaknya dan meletakkan mainan sesuai pada tempatnya.
Ajarkan anak untuk menghargai apapun yang ia punya. Hal ini tak hanya berlaku pada mainan saja, tapi juga dari pakaian, sepatu dan barang-barang yang ia miliki.
Dengan belajar menghargai hal-hal kecil yang ia miliki, maka secara tidak langsung anak pun bisa belajar tentang banyak hal, mulai dari rasa syukur, menghargai hal sederhana dan rasa tanggung jawab.
Dan sosok paling pertama yang harus memahami itu adalah justru kita sebagai orang tua. Toh, bagaimana mungkin kita ingin mengajarkan anak arti bersyukur dan menghargai sesuatu, sementara kita sendiri masih ‘pilih-pilih kasih’ dalam menjaga dan merawat apa yang kita miliki. Ya kan?
Kalau menurut parents sendiri bagaimana? Punya pengalaman yang sama terkait memandang mainan mahal atau murah?
*Ditulis oleh Wenti Indrianita, VIPP Member theAsianparent ID
Baca Juga:
Menjadi Ibu Membuat Lebih Kuat & Hebat, Proses Belajar Sepanjang Masa
Mengatakan Jangan pada Anak, Yuk, Mulai Ubah Kebiasaan Ini
Meningkatkan Konsentrasi Belajar Anak Dengan Aroma
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.