Penyakit Lupus pada Anak – Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati

Lupus pada anak rata-rata muncul pada usia 12 tahun dan lebih banyak dialami oleh remaja perempuan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Lupus, termasuk lupus pada anak atau lengkapnya sistemik lupus eritematosus (SLE) adalah penyakit di mana sistem kekebalan tubuh terlalu aktif sehingga menyerang sel-sel dan jaringan normal tubuh.

Proses ini selanjutnya menimbulkan peradangan dan kerusakan pada berbagai organ, seperti kulit, sendi, ginjal, jantung, paru, otak dan sistem saraf. Seiring dengan waktu, kerusakan yang ada dapat berujung pada komplikasi yang serius dan mengancam nyawa. 

Penyakit ini bisa dialami oleh anak maupun orang dewasa. Pada anak, sebagian besar kasus lupus mulai muncul pada usia 12 tahun, kala anak memasuki masa pubertas. Lupus jarang ditemukan sebelum anak mencapai usia 5 tahun. Diduga, ada peran dari hormon-hormon reproduksi yang meningkat di masa pubertas terhadap kemunculan lupus.

Lupus lebih banyak diderita oleh remaja perempuan ketimbang laki-laki. Penyakit ini juga lebih banyak ditemukan pada etnis tertentu, seperti Afro-Amerika, Hispanik, Asia Selatan dan Asia Tenggara, serta orang Amerika Utara asli.

Artikel Terkait: Kisah Inspiratif: Berdamai Dengan Penyakit Autoimun

Gejala Lupus pada Anak

Pada satu waktu, anak dengan lupus dapat mengalami periode flare atau serangan penyakit, di mana gejala-gejala menjadi aktif. Di waktu lain, gejala bisa tidak muncul sama sekali atau sangat ringan. Periode ini disebut dengan remisi. 

Saat mengalami flare, anak dengan lupus dapat mengalami salah satu atau lebih gejala berikut ini:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Demam, rasa lelah/lemas, berat badan menurun.
  • Ruam kemerahan pada bibi dan tulang hidung. 
  • Ruam berbentuk lingkaran (lupus diskoid) yang menimbul pada kulit.
  • Ruam kulit akibat terpapar sinar matahari.
  • Radang sendi atau artritis pada dua atau lebih sendi, kerap kali jari-jari tangan dan kaki.
  • Penumpukan cairan di sekitar jantung atau paru.
  • Luka pada mulut atau hidung.
  • Gangguan ginjal.
  • Kejang.
  • Kelainan darah seperti kurang darah (anemia) atau mudah memar) serta kadar trombosit dan leukosit yang rendah.

Lupus didiagnosis melalui kombinasi paling sedikit 4 gejala fisik dan/atau kelainan pada pemeriksaan darah. Pemeriksaan darah dapat mencakup pemeriksaan auto-antibodi, yang menyerang sel dan jaringan normal dalam tubuh.

Panel anti-nuclear antibody (ANA) hampir selalu muncul dalam kadar yang tinggi pada individu dengan lupus. Akan tetapi, pemeriksaan ini tidak spesifik karena dapat terdeteksi pula pada anak sehat maupun yang mengalami penyakit lain.

Perlu diketahui bahwa gejala lupus dapat menyerupai berbagai penyakit lain. Mengalami salah satu dari gejala-gejala di atas pun tak langsung berarti anak mengalami lupus. Bila orang tua khawatir, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Penyebab Lupus pada Anak

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penyebab spesifik dari lupus belum diketahui. Diperkirakan, ini merupakan kombinasi dari berbagai faktor yang mencakup:

  • Lingkungan, seperti paparan virus, matahari, atau akibat reaksi obat
  • Hormon, seperti di masa pubertas
  • Faktor genetik. Namun, tidak semua individu dengan faktor ini akan mengalami lupus. 

Lupus juga dapat dipicu oleh beberapa faktor lain, seperti:

  • Infeksi.
  • Paparan sinar matahari.
  • Reaksi obat.
  • Paparan asap rokok.
  • Perubahan hormon di masa pubertas.

Cara Mengobati Lupus

Artikel Terkait: Panduan Lengkap Pola Makan untuk Atasi Autoimun, Apa yang Boleh dan Tak Boleh?

Hingga kini, belum ada cara untuk menyembuhkan lupus. Akan tetapi, perawatan yang tepat dapat mengendalikan gejalanya dan meningkatkan kualitas hidup penderitanya, sekaligus mencegah komplikasi yang bersifat mengancam nyawa.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Anak dengan lupus biasanya diobati oleh dokter spesialis anak yang ahli reumatologi beserta timnya. Tim medis dapat mencakup perawat, konselor, fisioterapis, dan terapis lainnya. Tim ini akan bekerja sama dengan keluarga, sekolah, maupun komunitas lain untuk menjaga kondisi fisik dan psikologis anak. 

Konseling kerap diperlukan selama anak menjalani pengobatan untuk membantunya memahami dan mengelola penyakit dalam jangka panjang. Ini karena lupus tergolong penyakit yang diderita seumur hidup serta memerlukan pengobatan teratur dan kunjungan rutin dengan dokter yang merawat. 

Tujuan pengobatan lupus adalah:

  • Menghentikan peradangan dengan menekan sistem kekebalan tubuh.
  • Meredakan gejala.
  • Melindungi organ-organ dari kerusakan permanen.

Jenis pengobatan yang diberikan bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan gejala yang timbul. Obat-obatan yang biasa digunakan mencakup:

  • Kortikosteroid seperti prednisone untuk mengendalikan peradangan. Prednisone merupakan salah satu obat yang bekerja paling cepat dan efektif untuk mengatasi lupus dan mengendalikan peradangan yang merusak organ tubuh. Obat ini biasanya dipakai selama beberapa tahun. Efek samping tersering, yakni sering mengalami infeksi oleh karena obat ini menekan sistem kekebalan tubuh, penambahan berat badan, muncul stretch mark, hipertensi, osteoporosis, depresi, glaukoma, dan katarak. 
  • Hydroxychloroquine, yakni obat antimalaria yang digunakan mengurangi frekuensi serangan (flare-up) lupus. Pada kasus yang amat jarang, penggunaannya dapat menyebabkan kerusakan permanen pada retina. Oleh sebab itu, anak dengan lupus yang mendapat pengobatan ini harus rutin menjalani pemeriksaan kesehatan mata.
  • Imunosupresan, yakni obat untuk menekan sistem kekebalan tubuh agar dapat menghentikan serangan lupus. Contohnya, yaitu azathioprine, mycophenolate mofetil, methotrexate, cyclophosphamide, rituximab, dan belimumab. Obat-obat pada golongan ini dapat menurunkan jumlah sel darah putih sehingga seseorang menjadi rentan mengalami infeksi, atau menyebabkan peradangan hati. Untuk mengantisipasi efek samping ini, diperlukan pemeriksaan darah rutin.
  • Antinyeri seperti ibuprofen.
  • Suplemen kalsium dan vitamin D untuk mencegah osteoporosis akibat penggunaan kortikosteroid jangka panjang.

Target utama pengobatan lupus adalah membuat penyakit masuk ke dalam periode remisi, yakni periode di mana gejala-gejala dapat berhenti atau tidak terlalu tampak. Dengan demikian, mencegah kerusakan organ dan memperbaiki kualitas hidup anak secara umum. 

Artikel Terkait: Jenis-Jenis Penyakit Autoimun Yang Sering Menyerang Wanita

Bisakah Lupus pada Anak Dicegah?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Oleh karena penyebab lupus belum diketahui dengan pasti, belum ada cara untuk mencegahnya. Kekambuhan lupus dapat dikurangi dengan:

  • Menghindari paparan sinar matahari, seperti mengenakan tabir surya dengan SPF minimal 30, topi, atau pakaian yang tertutup (berlengan panjang).
  • Cukup tidur.
  • Rutin mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter.

Anak juga disarankan rutin mengonsumsi suplemen kalsium dan vitamin D untuk mencegah osteoporosis.

Secara umum, lupus mengenai anak-anak dengan cara yang sama seperti orang dewasa. Akan tetapi, lupus pada anak dapat lebih berat, melibatkan lebih banyak organ, dan menimbulkan kelainan darah yang lebih bermakna ketimbang pada orang dewasa. Meski demikian, anak dengan lupus yang mendapatkan pengobatan secara dini dan tepat dapat hidup normal seperti anak lainnya. 

 

Baca Juga:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Menderita lupus saat hamil, lakukan ini Bun agar janin tetap sehat

Perempuan Lebih Rentan Mengalaminya, Ini Gejala dan Faktor Risiko Penyakit Lupus

Ibu Hamil Mengidap Autoimun, Kenali Risiko dan Cara Menanganinya