Tak ada habisnya membahas kesenian asli Tanah Air, karena ada banyak sekali ragamnya. Mulai dari tarian, alat musik, hingga seni pertunjukkan daerah seperti ludruk. Meski terkesan sama, ludruk ternyata memiliki karakteristik yang berbeda dengan seni sandiwara rakyat yang berasal dari wilayah Jawa lainnya. Berikut ini penjelasan mengenai kesenian tradisional yang berasal dari Jawa Timur ini.
Ludruk, Kesenian Rakyat Jelata yang Jadi Hiburan Utama Masyarakat Jatim
Apa Itu Ludruk?
Image: Dictio.id
Ludruk adalah salah satu kesenian tradisional berbentuk pertunjukan drama yang berasal dari Jawa Timur. Kesenian pertunjukan ini banyak ditampilkan di daerah Surabaya, Jombang dan juga Malang.
Secara etimologis, kata “ludruk” berasal dari kata “molo-molo” dan “gedrak-gedruk”. “Molo-molo” adalah kondisi mulut yang penuh tembakau sugi yang hendak dimuntahkan. Secara kiasan, ini menggambarkan kata-kata dalam bentuk kidung dan dialog yang dikeluarkan dalam pentas. Sedangkan “gedrak-gedruk” adalah kondisi kaki yang dihentak-hentakkan ke bawah pada saat menari di pentas.
Adalah kaum marginal Surabaya yang pertama kali menciptakan kesenian ini. Mereka membuat pertunjukan sesuai dengan kisah yang diangkat dari cerita kehidupan sehari-hari, yang lekat dengan kehidupan dan budaya masyarakat menengah bawah Jawa Timur. Ada juga legenda, dongeng, atau kisah sejarah. Ini merupakan sarana hiburan yang paling diminati masyarakat di masa itu.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa atau Madura sehari-hari sehingga mudah dimengerti. Di dalamnya juga diselingi guyonan dan gerak yang membuat penonton terpingkal-pingkal. Kesenian ini banyak disukai masyarakat dari berbagai kalangan, mulai dari ibu rumah tangga, tukang becak, sopir angkutan umum, dan masih banyak lagi.
Artikel terkait: Tari Pendet: Sejarah, Makna, dan Perkembangannya
Asal Muasal Ludruk
Image: Good News from Indonesia
Indonesia Kaya menulis, ludruk mulai dikenal di abad ke-12 dengan nama Ludruk Bandhan. “Ludruk Bandhan ini mempertunjukkan sejenis pameran kekuatan dan kekebalan yang bersifat magis dengan menitikberatkan pada kekuatan batin,” tulis Sunaryo H.S. dkk pada buku Perkembangan Ludruk di Jawa Timur: Kajian Analisis Wacana, melansir Indonesia Kaya.
Awalnya seni peran ini tidak tampil di panggung, melainkan di tanah lapang. Alat musik yang digunakan pun hanya kendang dan jidor. Setelah itu, Ludruk Bandhan berkembang menjadi Lerok Pak Santik di abad ke-17 hingga 18. Lerok sendiri berasal dari kata “lira” yang artinya alat musik petik seperti kecapi, alat musik yang digunakan selama pertunjukan ludruk. Sedangkan Pak Santik Pak Santik adalah petani Jombang, tokoh yang memperbaharui kesenian ludruk.
Dalam pertunjukannya, Pak Santik mengenakan riasan wajah dan ikat kepala, dadanya dibiarkan terbuka, ia mengenakan celana hitam menjuntai hingga atas mata kaki, dan ada selendang (sampur) yang tersampir di bahunya. Selama pertunjukan juga, ia menari (ngremo) sambil bicara sendiri mengungkapkan isi hatinya (kidungan).
Pak Santik kerap tampil pada pesta pernikahan, sunatan, dan kelahiran di kampung-kampung. Seiring berjalan waktu, ia tampil bersama beberapa temannya yang berperan sebagai pelawak (badhut) dan perempuan (teledhek). Ia tak lagi bicara sendiri, tapi mulai ada diskusi dalam pentasnya yang kemudian identik dengan guyonan (slapstick).
Hiburan Rakyat di Tahun 1950an
Image: Indonesia Kaya
Baru kemudian di tahun 1930, di bawah pimpinan Cak Durasim, pemimpin Ludruk Genteng, ludruk mengalami perubahan. Kesenian ini berubah nama menjadi Ludruk Gondo, sebuah jenis ludruk baru.
Setelah itu, mulailah lahir banyak kelompok atau paguyuban ludruk baru di Malang. Ngalam.id menulis, di tahun 1930 terlahir kelompok luduruk baru seperti Ludruk Ojo Dumeh (didirikan Abdul Madjid), Ludruk Djoko Muljo pimpinan Nadjiran (Embong Brantas, 1936), Ludruk Margo Utomo pimpinan Asnan atau Parto Gembos (sekitar 1936-1940), dan masih banyak lagi.
Tahun 1950an kesenian peran ini kemudian berhasil menjadi hiburan utama di Malang, Jawa Timur. Namun seiring berjalannya waktu dan juga berkembangannya seni modern dan teknologi, ludruk mulai ditinggalkan penggemarnya. Bahkan bisa dibilang, paguyuban ludruk di Malang yang ada saat ini mati suri.
Hanya hitungan jari kelompok seni ludruk yang tersisa. Salah satunya Ludruk Armada yang ada di Desa Rembun, Kecamatan Dampit, Malang.
Artikel terkait: Mengenal Tanjidor dan Sejarahnya, Kesenian Asli Betawi yang Mulai Punah
Pemain dan Naskah
Salah seorang seniman transvestite sedang merias wajahnya sendiri. (Image: Tempo)
Pemain ludruk terdiri dari beberapa puluh orang, tapi kebanyakan laki-laki. Pementasan kesenian ini biasanya dimulai dari jam 9 malam hingga pagi. Oleh karena durasinya yang panjang dan penokohannya yang cukup berat secara fisik itulah, ludruk hanya dipentaskan oleh laki-laki atau waria atau transvestite (tokoh perempuan yang dimainkan oleh laki-laki).
“Sebuah rombongan ludruk katakan saja biasa menampilkan enam dagelan yang berbeda, enam cerita yang berbeda, dan tiga jenis ngremo selama 20 pertunjukannya berturut-turut,” kata James L. Peacock dalam bukunya Ritus Modernisasi: Aspek Sosial & Simbolik Teater Rakyat Indonesia melansir Indonesia Kaya.
Soal naskah, pertunjukan seni teater ini seringkali dilakukan dengan improvisasi, atau tanpa persiapan naskah.
Busana dan Alat Musik
Image: Indonesia Kaya
Sedangkan untuk pengiring musiknya, saat memeragakan Tari Remo atau bedayan, para pemainnya ditemani alunan musik dari gamelan berlaras slendro, pelog, laras slendro dan juga pelog.
Kidungan yang ditembangkan pun sesuai dengan struktur pementasannya. Yakni kidungan Tari Ngremo, kidungan bedayan, kidungan lawak, dan kidungan adegan, di mana syairkan disesuaikan dengan tema drama yang diangkat saat itu.
Oleh karena jalan cerita yang dibawakan lekat dengan kehidupan sehari-hari juga, maka busana yang ddikenakan tidak ada yang khusus. Hanya mengenakan pakaian sehari-hari masyarakat Jawa pada umumnya.
Sesi Pementasan Ludruk Secara Umum
Image: Republika
Pertunjukan ludruk ditampilkan dalam beberapa bagian. Begini strukturnya secara umum:
Pertama, Tari Remo. Pertunjukan diawali dengan pembukaan berupa pertunjukan Tari Remo atau Ngremo.
Kedua, bedayan. Yaitu atraksi tarian atau joget ringan yang dilakukan beberapa transvestite sambil melantunkan kidungan jula-juli (sebuah syair atau kidung yang dilagukan saat pertunjukan dimulai).
Ketiga, dagelan. Yakni adegan lawakan yang disajikan dalam satu kidungan yang dilakukan oleh beberapa pelawak lain. Para seniman itu berdialog dengan materi humor yang sangat lucu.
Keempat, pertunjukkan utama. Dalam sesi ini penyajian lakon atau cerita dipentaskan para aktor yang juga disajikan dalam beberapa babak di mana tiap babak dibagi menjadi beberapa adegan lagi. Untuk membedakan adegan yang satu dengan lainnya, biasanya diisi selingan berupa tembang Jula-juli yang dinyanyikan seorang waria.
Hingga kini, kesenian teater rakyat Jawa Timur itu masih bertahan dan kerap dipentaskan. Meski tidak seramai dulu, kelompok Ludruk Cak Durasim yang berasal dari Surabaya masih manggung beberapa kali.
Artikel terkait: Mengenal Gambang Kromong, Seni Orkes Betawi yang Dipengaruhi Budaya Tionghoa
Bedanya dengan Kesenian Ketoprak
Image: Indonesia Kaya
Good News from Indonesia menjelaskan, seni pertunjukan Ketoprak berasal dari Surakarta, Jawa Tengah. Sehingga Bahasa yang digunakan juga adalah bahasa Jawa yang menerapkan unggah-ungguh boso atau tingkatan penggunaan bahasa sesuai posisi atau kedudukannya dalam masyarakat. Misalnya, bahasa Ngoko Lugu dan Krama Inggil.
Cerita-cerita yang dibawakan biasanya cerita legenda dan epos Ramayana yang ditampilkan dalam beberapa babak atau sesi di mana di salah satu sesi para penampil mementaskan cerita yang tak ada hubungan dengan cerita yang dibawakan sebelumnya. Sesi tersebut disebut sesi hiburan, atau layaknnya iklan. Selain menghibur, seni pertunjukan ini juga bertujuan menyampaikan pesan moral kepada masyarakat.
Ketoprak, seni teater tradisional asal Surakarta ini dimainkan dengan diiringi gamelan. Ketoprak Tobong Kelana Bhakti Budaya dari Jogjakarta merupakan salah satu kelompok Ketoprak yang masih eksis hingga sekarang.
Semoga, kesenian tradisional Tanah Air ini tak hilang digerus perkembangan digital dan bisa terus eksis sampai kapan pun.
Baca juga:
Ini 7 Fakta Tentang Rampak Gendang, Kesenian Khas Jawa Barat yang Energik dan Dinamis
Mengulas Sejarah dan Makna di Balik Kesenian Reog Ponorogo untuk Diajarkan pada Anak
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.