Penelitian Tunjukkan Anak Rentan Alami Long COVID-19, Ini Gejalanya

Waspada gejala long COVID-19 pada anak, apa saja?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tak semata angka kematian yang tinggi, Indonesia juga harus mewaspadai risiko long covid pada anak. Ya, tidak hanya orang dewasa namun anak juga bisa mengalami COVID-19 dengan variasi gejala mulai dari ringan hingga berat.

Risiko Long Covid pada Anak

Sebagai informasi, long COVID-19 merupakan sebuah kondisi yang mana seseorang mengalami gejala COVID-19 ketika sudah dinyatakan negatif dan sembuh. Kondisi ini bisa dirasakan dalam waktu beragam, mulai dari mingguan bahkan berbulan-bulan lamanya.

Akan tetapi, orang tersebut tidak lagi bisa menginfeksi orang lain. Mengutip BBC, sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of American Medical Association mengobservasi keadaan 143 pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit terbesar di Roma, Italia.

Hasilnya, sebanyak 87 persen pasien masih memiliki setidaknya satu gejala COVID-19 hampir dua bulan setelah mereka pulang. Bahkan, lebih dari setengah pasien tersebut masih mengalami kelelahan.

Aplikasi pelacak gejala COVID-19 yang digunakan oleh sekitar empat juta orang di Inggris juga menemukan hal yang sama. Sebanyak 12 persen orang dilaporkan masih mengalami gejala COVID-19 setelah 30 hari dinyatakan sembuh.

Lebih lanjut, Prof. Chris Brightling dari Universitas Leicester di Inggris sekaligus kepala penyidik PHOSP-COVID turut memeriksa kondisi kesehatan para penyintas COVID-19. Menurut pengamatannya, orang-orang dengan pneumonia kemungkinan besar memiliki kerusakan paru lebih banyak ketika mereka sembuh dari COVID-19.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Pemerintah Bagikan 3 Paket Obat COVID-19 Gratis, Ini Jenis dan Syaratnya

Penelitian lalu mengerucut dengan menyasar pasien anak-anak. Faktanya, banyak orangtua yang melaporkan bahwa anaknya memiliki efek jangka panjang kendati sudah sembuh dari COVID-19.

Studi berjudul “Children with long covid” menunjukkan bahwa lebih dari separuh anak-anak berusia antara 6-16 tahun yang tertular virus memiliki setidaknya satu gejala yang berlangsung lebih dari 120 hari.

Sebuah situs yakni longcovidkids.org membuat support group untuk orangtua yang memiliki anak dengan Long Covid. Long Covid Kids juga melakukan penelitian secara independen. Hasilnya, beberapa anak-anak yang terinfeksi memiliki gejala yang bertahan lama.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Lebih detail, berikut gejala yang dirasakan anak jangka panjang:

  • Sakit tenggorokan
  • Nyeri sendi
  • Kelelahan
  • Sakit kepala
  • Nyeri dada
  • Timbul masalah pencernaan
  • Mual
  • Perubahan suasana hati
  • Pusing
  • Ruam
  • Depresi

Gejala tersebut dapat muncul beberapa minggu setelah infeksi awal, bahkan jika infeksi awal ringan atau tanpa gejala sekalipun. Adapun gejala dapat berubah seiring berjalannya waktu.

Hal ini diperkuat dengan penelitian awal berjudul “Post-COVID-19 Syndrome: The Persistent Symptoms at the Post-viral Stage of the Disease. A Systematic Review of the Current Data” menunjukkan bahwa hal itu juga dapat mempengaruhi anak-anak.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dalam kasus ini, banyak anak dengan gejala ringan yang mengalami long COVID-19. Hingga kini, para peneliti masih bekerja untuk mengungkap penyebab long COVID-19 dan mengidentifikasi pendekatan pengobatan yang paling efektif pada anak.

Artikel terkait: 5 Jenis Vaksin COVID-19 untuk Ibu Hamil, Ini Aturan Pemberiannya

Melindungi Anak dari COVID-19

Mengingat anak juga menjadi objek rentan tertular COVID-19, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyerukan agar anak-anak tetap di rumah. Adalah hal yang bijak bagi orang dewasa yang baru kembali dari aktivitas di luar rumah untuk membersihkan semua peranti yang ia gunakan sebelum berinteraksi dengan anak.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Setelah itu, orang yang baru beraktivitas di luar rumah wajib mandi dan keramas sebelum mengadakan kontak dengan anak-anak dan bayi. Tak kalah penting, orangtua dianjurkan tidak membawa buah hatinya ke tempat umum seperti taman, pusat rekreasi, pusat perbelanjaan, pasar, tempat penitipan anak, tempat kursus, atau tempat lain yang sarat kerumunan.

Bilamana anak memang harus diajak ke luar rumah karena kepentingan mendesak, berikut protokol kesehatan yang patut dijalankan menurut IDAI:

  • Anak wajib didampingi orangtua atau pengasuhnya
  • Anak harus dijaga jarak fisiknya minimal dua meter dari orang lain
  • Anak usia 2-18 tahun dan orang dewasa wajib menggunakan masker
  • Jika dirasa penggunaan masker kurang optimal, bisa ditambahkan alat perlindungan diri yaitu face shield
  • Anak berusia di bawah 2 tahun perlu diberi barrier atau penghalang jika ada alat yang digunakan saat bepergian, misalkan kereta dorong dengan penutup
  • Jauhkan anak dari orang sakit
  • Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun sesering mungkin. Bila tidak menemukan air, bisa mengganti dengan membersihkan tangan menggunakan hand sanitizer
  • Hindari menyentuh mulut, mata, dan hidung

Parents, semoga informasi ini bermanfaat.

Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

 

Baca juga:

id.theasianparent.com/corona-ri-memburuk

id.theasianparent.com/penyakit-komorbid-boleh-vaksin

id.theasianparent.com/oseltamivir