Kujang adalah sejenis senjata tradisional yang berasal dari tlatah Pasundan. Senjata ini dulunya dipakai oleh masyarakat di Provinsi Jawa Barat unutk berladang. Namun, lebih dari itu, ternyata senjata ini juga punya makna yang filosofis. Nah, untuk melengkap khasanah kebudayaan Anda, simak ulasan lengkap kami tentang kujang, senjata tradisional dari bumi Pasundan berikut ini.
Sejarah dan Asal Pusaka Kujang
Kujang adalah senjata tradisional yang berasal dari Jawa Barat. Maka tidak heran bila Anda menemukan senjata ini di lambang organisasi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.
Senjata ini diketahui pertama kali dibuat sekitar abad ke-8 sampai 9. Terbuat dari bahan pamor, baja, dan besi, awalnya, senjata ini digunakan oleh kaum petani. Itulah sebabnya, senjata ini sangat dekat dengan budaya pertanian masyarakyat Sunda.
Ditilik dari bahasa Sunda Kuno, senjata ini pada mulanya dinamai dari kata “Kudihyang”. Kata “kudi” berarti senjata yang memiliki kesaktian dan kekuatan gaib. Sementara kata “hyang” merujuk pada dewa atau dewi. Namun, ada juga yang menyebutkan bahwa nama senjata ini berasal dari kata “ujang” yang artinya manusia.
Dahulu kala, senjata ini tergolong peralatan berladang yang mewakili tradisi bertahan hidup masyarakat. Naskah kuno Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian yang ditulis pada tahun 1518 memuat informasi bagaimana pentingnya senjata ini bagi masyarakat Sunda pada masa itu.
Artikel Terkait: 6 Fakta Menarik Rencong, Identitas dan Simbol Keberanian Suku Aceh
Bentuk dan Fungsi Kujang
Senjata tradisional Pasundan ini sangatlah indah. Bagian ujungnya dibuat serupa anak panah, bagian punggungnya dibuat melengkung, lalu pada bagian perut terdapat lengkungan lain yang menonjol. Pada bilahnya ada bagian lubang serupa mata yang biasa ditutup dengan logam berharga seperti perak atau emas.
Dibandingkan dengan beberapa senjata tradisional lain seperti pedang atau belati, senjata yang satu ini bilahnya cenderung lebih tipis. Dibuat dengan berbagai unsur logam alam, membuatnya terlihat seperti karya seni. Gagang pegangannya dibuat kokoh agar mudah digenggam dan digunakan.
Secara fungsi, seperti yang sudah disebutkan di atas, senjata ini pada awalnya hanyalah sebatas alat bertani. Namun kemudian fungsinya jadi berubah yakni menjadi pusaka yang melambangkan kekuatan dewa dan dewi. Berikut beberapa jenis senjata kujang dilihat dari fungsinya:
- Kujang Pusaka, sebagai senjata pelindung dan lambang keagungan.
- Kujang Pangarak, sebagai alat yang digunakan untuk berperang.
- Kujang Pakarang, sebagai alat upacara.
- Kujang Pamangkas, sebagai alat berladang dan bertani.
Namun, selain dibedakan sesuai fungsinya, ada juga yang dibedakan menurut bentuk bilah, yaitu:
- Kujang Jago, yakni bilah berbentuk serupa ayam jantan.
- Kujang Ciung, yakni bilah berbentuk serupa burung ciung.
- Kujang Kuntul, yakni bilah berbentuk serupa buruk bangau.
- Kujang Badak, yakni bilah berbentuk serupa badak.
- Kujang Naga, yakni bilah berbentuk serupa hewan mitologi, naga.
- Kujang Bangkong, yakni bilah berbentuk serupa katak.
Selain keenam jenis bilah ini, ada juga bilah yang dibuat serupa wayang kulit. Bentuknya menyerupai tubuh wanita dan melambangkan kesuburan. Biasanya, senjata ini banyak dijual sebagai oleh-oleh buah tangan ketika berkunjung ke Jawa Barat.
Baca juga: Meriam Bambu, Mainan Tradisional yang Terinspirasi dari Tentara Portugis
Makna Filosofi di Baliknya
Senjata ini tidak hanya sebatas benda tajam yang dipakai bekerja, melakukan upacara keagamaan, atau untuk perlindungan diri saja. Ada makna filosofis yang sangat kuat di baliknya.
Persepsi atau pandangan masyarakat Sunda terhadap senjata ini pun tidak main-main. Senjata tradisional ini dianggap sebagai simbol daya magis, kekuatan, ketajaman, serta keberanian terutama untuk memperjuangkan hak serta kebenaran.
Kini, senjata ini juga dimaknai sebagai wadah untuk meneruskan perjuangan dan nilai-nilai leluhur. Ia dianggap sebagai simbol keteguhan prinsip manusia dan sebuah bangsa. Mereka yang menyimpan pusaka ini diharapkan menjadi sosok yang beretika, berbudaya, dan welas asih. Inilah yang melekat pada sebilah senjata dengan bilah-bilah melengkung nan indah ini.
Dengan kata lain, dalam perjuangan hidup sekarang, senjata manusia adalah kemanusiaan itu sendiri. Filosofi inilah yang melekat pada senjata tradisional dari Pasundan. Nilai-nilai luhur yang diharapkan untuk dapat diteruskan sampai ke generasi-generasi yang akan datang. Makna yang lengkap seperti inilah yang ingin disampaikan saat melihat sebilah kujang sekarang.
Baca juga:
Mengenal Senjata Tradisional di 38 Provinsi Tanah Air, Bukti Indonesia Kaya
16 Alat Musik Tradisional Indonesia yang Mendunia, Ada Rebab dan Kecapi
Bisa Melatih Motorik Anak, 7 Fakta Menarik Permainan Tradisional Egrang
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.