Kasus Reynhard Sinaga di tahun 2017 menyedot perhatian publik. Pria asal Indonesia yang tengah menempuh pendidikan doctoral di Manchester, Inggris itu ditangkap lantaran melakukan pemerkosaan terhadap pria-pria muda. Korban Reynhard Sinaga sendiri diperkirakan jumlahnya mencapai 200 orang.
Baru-baru ini kasus Reynhard kembali menjadi perbincangan lantaran pihak kepolisian Manchester merilis foto Reynhard pasca penangkapan. Terlihat wajah Reynhard babak belur dan sulit untuk dikenali karena luka-luka di wajahnya.
Artikel Terkait: Reynhard Sinaga Lakukan 195 Pemerkosaan, Waspadai Ciri Predator Seks Berikut
Pengakuan Salah Satu Korban Reynhard Sinaga
Melalui sebuah dokumenter yang disiarkan di saluran BBC, Catching a Predator, salah satu korban Reynhard Sinaga angkat bicara mengenai pemerkosaan yang ia alami.
Korban yang bernama Daniel itu mengaku mengalami hal yang sangat mengerikan. Sebagai seorang laki-laki, sulit baginya untuk menghadapi kenyataan bahwa ia telah diperkosa.
1. Kasus Kekerasan Seksual terbesar di Inggris
Sumber: CNN Indonesia
Reynhard Sinaga ditangkap polisi setelah salah satu korbannya yang berprofesi sebagai atlet siuman ketika tengah diperkosa dan melakukan perlawanan. Korban Reynhard tersebut langsung melaporkan kejadian itu ke polisi.
Setelah diselidiki, dalam ponsel Reynhard terdapat banyak video pemerkosaan yang jumlahnya mencapai ratusan dengan korban yang berbeda-beda.
Pengadilan Manchester pun memutuskan Reynhard untuk dihukum penjara seumur hidup pada Januari 2020. Ia dinyatakan bersalah dalam 159 kasus pemerkosaan dan kekerasan seksual terhadap 48 orang pria. Kejahatan tersebut ia lakukan selama rentang waktu 2,5 tahun.
Modus Reynhard adalah ‘membuntuti’ calon korbannya yang terpisah dari rombongan ketika berhura-hura atau pesta pada malam hari. Korban pun dibius hingga tak sadarkan diri dan ia bawa ke apartemennya di Jalan Princess di Kota Manchester.
2. Korban Reynhard Sinaga Tak Ingat Apapun
Tempat kejadian perkara yaitu kamar apartemen Reynhard Sinaga. Sumber: Kompas
Daniel menjadi korban Reynhard pada tahun 2015. Kala itu, ia sedang merayakan ulang tahun bersama teman-temannya, namun terpisah karena hendak ke toilet sebelum menumpang taksi.
“Saya perlu ke toilet jadi saya pergi ke sebuah gang. Saya tidak ingat apa-apa setelah itu,” papar Daniel.
Pria muda tersebut mengaku tiba-tiba sadarkan diri di sebuah ruangan, tertidur di sofa dan merasa pusing. Ia kemudian melihat sosok seseorang yang sedang berjalan, lalu karena ketakutan langsung bangkit dan lari keluar.
Artikel Terkait: Mengenal Gangguan Narsistik, Penyakit Mental yang Diduga Dialami Reynhard Sinaga
3. Ragu untuk Melapor ke Polisi
Sang korban, Daniel, mengaku pemerkosaan tersebut adalah pengalaman mengerikan. Sumber: Viva
Daniel menyebut dirinya tak pernah melapor ke polisi saat kejadian tersebut karena ia merasa tidak tahu menahu tentang apa yang menimpanya dan merasa ragu-ragu. Ia juga tak memikirkan kemungkinan bahwa dirinya telah diperkosa oleh seseorang.
Belakangan pada tahun 2017 ketika investasi kasus Reynhard tengah digelar, Daniel melihat foto-foto korban Reynhard dan mengenali sosok dirinya sendiri lewat tatonya.
“Ada sedikit rasa lega karena saya akhirnya tahu apa yang telah terjadi, dan logikanya masuk. Tapi mungkin bukan rasa lega yang saya inginkan,” ungkapnya.
4. Berharap Kasus ini Bisa Menjadi Pelajaran
Rekaman CCTV menjadi bukti kuat di penyelidikan kasus Reynhard Sinaga. Sumber: CNN Indonesia
Jaksa Penuntut di pengadilan Reynhard berharap kasus ini bisa membuka mata masyarakat bahwa laki-laki bisa menjadi korban pemerkosaan. Ia juga menyebut kasus ini sebagai contoh dari bagian terburuk perilaku manusia.
Dalam menjalani persidangan sebagai saksi, Daniel mengaku sangat bersyukur dapat didampingi oleh ayahnya yang memberikan dukungan.
“Kaum pria tidak berbicara tentang pemerkosaan terhadap pria, tapi tanggapannya luar biasa.” Daniel berkata.
Efek Pelecehan Seksual pada Korbannya
Sumber: Freepik
Mengutip dari Detik, dokter spesialis kejiwaan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Gina Anindyajayanti, SpKJ mengungkapkan bahwa korban pelecehan seksual dapat mengalami efek negatif yang berlangsung hingga jangka panjang.
“Gejala kecemasan hingga depresi, seperti adanya rasa tidak berdaya yang demikian hebat. Sehingga dia berpikir bawa saya tidak pantas untuk hidup itu juga mungkin,” papar dr. Gina.
Kekerasan atau pelecehan seksual yang dialami korban dapat memicu timbulnya tingkat kecemasan yang tinggi dan rendahnya rasa percaya diri, sehingga korban hendaknya diberikan pendampingan untuk memulihkan luka psikisnya.
dr. Gina menjelaskan bahwa masalah kejiwaan karena pelecehan seksual bisa terjadi tak hanya bagi korban berjenis kelamin perempuan, melainkan juga laki-laki.
Artikel Terkait: 3 Tanda Kekerasan Seksual pada Anak yang Wajib Parents Tahu
Menurut psikolog klinis Veronica Adesla, M.Psi, trauma yang dialami pun bisa saja menjadi berkepanjangan bahkan hingga seumur hidup.
“Jadi kalau misalnya dia (korban) hidup dengan PTSD dengan prolog yang berkepanjangan, walaupun sudah membaik tapi masih ada bagian yang traumatik, jadi mungkin saja bsia terjadi seperti itu (trauma seumur hidup),” papar Veronica.
Veronica mengatakan pada laki-laki korban pelecehan seksual, efeknya bisa jadi berlipat ganda karena stigma masyarakat yang masih kental dengan budaya patriarki.
“Efek kepada laki-laki ketika dia mengalami pelecehan seksual, dia merasa jadi malu iya, musti menghadapi stigma juga. Bisa jadi kehilangan kepercayan diri,” lanjutnya.
Pengakuan korban Reynhard Sinaga ini membuka mata kita bahwa siapapun tak peduli jenis kelaminnya dapat menjadi korban dari kekerasan dan pelecehan seksual. Bagaimana menurut Parents?
Baca Juga:
Refleksi dari kasus Saipul Jamil, ini 15 cara melindungi anak dari pelecehan seksual
Wajib Simpan! Kontak darurat pertolongan KDRT dan kekerasan seksual di seluruh Indonesia
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.