Parents sudah pernah mendengar istilah kongenital anomali? Ini merupakan suatu kondisi yang menjadi penyebab kematian terbesar pada bayi baru lahir.
Kongenital anomali juga dikenal sebagai cacat lahir atau kondisi kelainan bawaan. Ini bisa terjadi karenya adanya abnormalitas struktural atau fungsional, misalnya gangguan metabolisme yang terjadi selama kehidupan.
Diagnosisnya bisa beragam, mulai dari sebelum kelahiran, saat lahir, atau terkadang hanya dapat dideteksi kemudian pada masa bayi, seperti cacat pendengaran. Diperkirakan 303.000 bayi baru lahir meninggal dalam waktu 4 minggu setelah lahir setiap tahunnya di seluruh dunia, karena kondisi ini, seperti yang dilansir dari laman WHO.
Kondisi anomali kongenital berat yang paling umum adalah kelainan jantung, kelainan tabung saraf, dan down syndrome.
Artikel terkait: Penelitian: Asam Folat Bukan Satu-satunya yang Bisa Mencegah Cacat Lahir pada Bayi
Apa Penyebab Kongenital Anomali pada Bayi?
Meskipun sekitar 50-70 persen dari semua kelainan bawaan tidak dapat dikaitkan dengan penyebab spesifik, ada beberapa faktor genetik, lingkungan, dan penyebab maupun faktor risiko lainnya.
1. Faktor Genetik
Gen memainkan peran penting dalam kondisi ini. Pada banyak kasus, genetik anak yang mengalami terjadi karena adanya mutasi.
Hal ini juga diketahui bisa meningkatkan prevalensi kelainan genetik bawaan yang langka bila kedua orangtua sama-sama memilikinya.
Selain itu, kondisi ini bisa mengakibatkan hampir dua kali lipat risiko kematian neonatal dan kematian anak-anak, kecacatan intelektual, dan anomali lainnya.
2. Faktor Sosial Ekonomi dan Demografi
Menurut data WHO, sekitar 94 persen dari anomali kongenital yang parah terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Secara tak langsung, penghasilan yang rendah menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan adanya kelainan bawaan.
Pada faktor demografi lainnya, misalnya akses pun memiliki pengaruh yang signifikan.
Kurangnya akses ke makanan yang cukup dan bergizi untuk wanita hamil, peningkatan paparan terhadap agen atau faktor seperti infeksi, atau akses yang rendah untuk layanan kesehatan dan skrining bisa menjadi faktor pemicunya.
Selain itu, usia ibu juga merupakan faktor risiko untuk perkembangan janin yang abnormal. Usia ibu yang lebih tua akan meningkatkan risiko kelainan kromosom, termasuk down syndrome.
Artikel terkait: Kehamilan Geriatri atau Hamil di Usia 35 Tahun ke Atas, Ketahui Cara Mengurangi Risikonya
3. Faktor Lingkungan
Paparan ibu terhadap pestisida tertentu dan bahan kimia lainnya, serta obat-obatan tertentu, alkohol, tembakau dan radiasi selama kehamilan, dapat meningkatkan risiko janin mengalami kongenital anomali.
Selain itu, faktor tempat tinggal pun bisa memengaruhi kesehatan janin.
Bekerja atau tinggal di dekat lokasi limbah, pabrik peleburan atau tambang juga dapat menjadi faktor risiko, terutama jika ibu terpapar faktor risiko lingkungan lainnya atau kekurangan gizi.
4. Infeksi
Kondisi kesehatan ibu sangat memengaruhi janin, seperti beberapa kondisi infeksi.
Infeksi pada ibu seperti sifilis dan rubella adalah penyebab signifikan kelainan bawaan di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
5. Status Gizi Ibu
Ketidakcukupan folat ibu bisa meningkatkan risiko memiliki bayi dengan kelainan tabung saraf.
Namun asupan zat gizi yang berlebihan pun, seperti asupan vitamin A yang berlebihan pun dapat memengaruhi perkembangan normal embrio atau janin.
Artikel terkait: 5 Kelainan kromosom pada bayi yang harus diwaspadai ibu hamil, ini cara deteksinya
Bagaimana Mencegah Kongenital Anomali saat Hamil?
Karena belum ada informasi pasti terkait penyebab, sebetulnya tak semua kongenital anomali bisa dicegah.
Namun menurut WHO, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menurunkan faktor risikonya, seperti:
- Memastikan anak-anak perempuan dan ibu remaja mengonsumsi gizi seimbang termasuk beragam sayuran dan buah, dan menjaga berat badan yang sehat.
- Memastikan asupan makanan yang cukup vitamin dan mineral, dan terutama asam folat pada remaja perempuan dan ibu-ibu.
- Menghindari zat berbahaya, terutama alkohol dan tembakau.
- Ibu hamil dan perempuan yang hendak memiliki anak sebaiknya menghindari bepergian ke daerah-daerah yang mengalami wabah infeksi yang diketahui terkait dengan kelainan bawaan.
- Mengurangi atau menghilangkan paparan lingkungan terhadap zat berbahaya (seperti logam berat atau pestisida) selama kehamilan.
- Mengobati diabetes sebelum dan selama kehamilan melalui konseling, manajemen berat badan, diet dan pemberian insulin bila diperlukan.
- Memastikan keamanan ibu hamil terhadap penggunaan obat-obatan atau radiasi medis.
- Vaksinasi, terutama untuk virus rubella pada anak-anak dan perempuan.
- Skrining untuk infeksi, terutama rubela, varisela, dan sifilis.
Artikel terkait: 5 Cacat lahir pada bayi yang sering terjadi di Indonesia
Nah Bunda, yuk lakukan berbagai upaya pencegahan tersebut sebelum hamil dan ketika hamil. Jangan lupa untuk selalu rutin melakukan skrining kesehatan selama hamil, khususnya terkait berbagai kemungkinan penyakit bawaan.
Congenital disorders
www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/birth-defects
Birth Defects
my.clevelandclinic.org/health/diseases/12230-birth-defects
Baca Juga:
Ketahui Penyebab Omfalokel, Salah Satu Cacat Lahir pada Janin, Beserta Cara Mencegahnya
Yang Harus Dilakukan Jika Bayi Lahir dengan Cacat Lahir (Birth Defect)