Perkenalkan, saya Ria. Saat ini tengah bekerja menjadi seorang terapis anak berkebutuhan khusus di salah satu kota di Indonesia. Inilah beberapa kisah para ibu istimewa yang pernah saya temui. Mereka dikaruniai anak-anak spesial dan unik dengan caranya masing-masing.
Rasanya, kita semua sepakat jika menjadi seorang ibu dan dianugerahi seorang anak atau lebih merupakan salah satu karunia terbaik dari Tuhan. Ketika masih di dalam perut, seringkali terlontar ucapan agar si buah hati lahir dengan sehat dan selamat. Tentu itu bukanlah sekedar kalimat tanpa makna, melainkan doa-doa tulus dari seorang hamba kepada Penciptanya.
Tapi bagaimana jika tanpa diduga, bayi yang lahir justru berbanding terbalik dengan apa yang diminta? Bayi yang kelak akan tumbuh dan dikenal dengan Anak Berkebutuhan Khusus.
Barangkali dikatakan demikian karena anak tersebut membutuhkan perlakuan khusus yang tak harus diterima oleh anak-anak pada umumnya. Orang-orang juga sering menyebut mereka sebagai anak yang spesial, tapi orang-orang kadang lupa bahwa mereka juga memiliki ibu yang tak kalah istimewa.
Artikel terkait: Pengalaman Awal Kehamilanku yang Penuh Warna, Masih Sempat Pesen Ojek Online Saat Lahiran
Sebagai seorang sarjana psikologi yang saat kuliah mengambil konsentrasi klinis, tak pernah menyangka pada akhirnya akan berjibaku di bidang ini.
Hampir satu tahun setengah saya menjadi seorang terapis perilaku dan sudah berbagai kasus yang saya tangani. Mulai dari Speech Delay murni, Attention Deficit Hyperaktif Disorder (ADHD), Autism Syndrome Disorder (ASD) dan masih banyak lagi.
Walau memang dari segi waktu masih seumur jagung, tapi sungguh begitu banyak pembelajaran dalam hidup yang saya dapatkan. Pekerjaan saya yang sehari-hari mengadapi ABK dengan berbagai macam kasus dan diagnosa membuat saya semakin menganggumi ketangguhan para orangtua mereka. Berikut sedikit kisah mereka yang semoga bisaa menjadi inspirasi bagi semua ibu hebat di luar sana.
Artikel terkait: Banyak Tantangan, Dukungan Suami Selama Hamil Membuatku Kuat Menghadapinya
Kisah Para Ibu Istimewa yang Dikarunia Anak Spesial
Ibu A usianya masih sangat muda, hanya berjarak 3 tahun lebih tua daripada saya. Sekitar 28 tahun. Ia memiliki seorang anak berusia 3 tahun dengan kondisi down syndrome. Usut punya usut, ibu A ini memiliki kondisi PCSOS, dan sudah mengetahui sejak mengandung bahwa bayinya memiliki kondisi donw syndrome. Namun, ia tetap ingin memeprtahankan bayinya.
Paras ibu A cantik, begitupun suaminya, masih muda dan gagah. Saya kerap bertanya-tanya bagaimana perasaannya ketika memiliki anak yang dijuluki ‘seribu wajah’ yang khas. Namun, ibu A tidak pernah menyerah dalam mengupayakan perkembangan anaknya. Ibu A rajin membawa terapi anaknya.
Setiap pagi kalau tak sengaja berpapasan, saya kerap menyapa dengan ceria anaknya yang biasa hanya dibalas dengan senyuman. Sebab, di usianya yang ke-3, ia masih belum mampu berbicara. Di balik senyumnya, saya tahu ia memiliki hati yang cantik dan terlepas dari segala keterbatasan yang ia punya, sungguh ia sangat beruntung memiliki kedua orangtua yang hebat dan mau menerima segala kekurangannya.
Artikel terkait: Tak Ada yang Bisa Menggantikan, Ini Nikmatnya Perjuangan Menjadi Ibu
Ibu dengan Anak Retardasi Mental dan Celebral Palsy
Ibu B seorang ASN, memiliki 3 orang anak. Anak yang pertama berusia 6 tahun, kedua 3 tahun, dan yang ketiga masih balita. Ketiga anaknya memiliki kondisi yang sama yakni low intelligence atau retardasi mental.
Kondisi ini membuat ketiganya tidak tumbuh seperti anak normal pada umumnya. Ketiganya terlambat dari segi pertumbuhan dan perkembangan. Anak pertamanya yang berusia 6 tahun belum mampu berbicara, sementara anak keduanya yang berusia 3 tahun masih belajar berjalan. Usut punya usut, ibu B memiliki virus toxoplasma yang berpengaruh pada ketiga kehamilannya.
Kisah lain, ibu C seorang pengusaha. Saat tengah hamil anak pertamanya, tumbuh tumor di rahimnya sehingga janin yang dikandungnya tumbuh bersama dengan tumor tersebut. Setelah bayinya lahir, rahimnya diangkat dan Ibu C harus menerima kenyataan bahwa bayinya lahir dengan kondisi celebral palsy.
Sekarang, anaknya sudah berusia 11 tahun tetapi hanya mampu berbaring di ranjang. Ibu C tetap tidak patah semangat. Ia tetap rajin membawa putrinya untuk mendapatkan fisioterapi.
Sebetulnya, masih banyak cerita yang tak bisa diceritakan satu per satu. Saya rasa tidak berlebihan jika mengatakan semua ibu hebat dengan caranya masing-masing. Kisah para ibu tersebut terbilang istimewa dengan caranya masing-masing. Setiap ibu memiliki jalan juangnya sendiri-sendiri. Siapa pun ibu di luar sana yang tengah berjuang dengan kisahnya, semoga diberikan kemudahan dan balasan berlipat ganda. Semangat para ibu hebat!
***
Ditulis oleh Bunda Ristya Fitriani.
Baca juga:
Banyak Tantangan, Inilah Perjuanganku MengASIhi Anak di Masa Emasnya
Aku Harus Kehilangan Dua Bayiku karena Rubella dan Sindrom Langka
3 Tips Menyiapkan MPASI Rumahan untuk Buah Hati, Sehat dan Bergizi!