X
theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
kemendikbud logo
Panduan ProdukMasuk
  • Kehamilan
    • Kalkulator perkiraan kelahiran
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
    • Project Sidekicks
  • Artikel Premium
  • Breastfeeding Week 2023
  • Cari nama bayi
  • Perawatan Ibu dan Bayi
  • Kulit Bayi
  • Rangkaian Edukasi
    • Pengasuhan Anak
    • Edukasi Prasekolah
    • Edukasi Sekolah Dasar
    • Edukasi Remaja
  • TAPpedia
  • TAP Rekomendasi
  • Anak
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Anak
    • Praremaja & Remaja
  • Parenting
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • COVID-19
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Korea Update
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kebudayaan
    • Kecantikan
    • Keuangan
    • Marvelous Asian Mums Special 2021
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
    • Sarapan Bergizi
  • Belanja
  • Ayah manTAP!
    • Kesehatan Ayah
    • Kehidupan Ayah
    • Aktivitas Ayah
    • Hobi
  • VIP
  • Awards
    • TAP x Tokopedia Awards 2023

Kisahku Menjalani Masa Kehamilan Yang Penuh Risiko

Bacaan 5 menit
Kisahku Menjalani Masa Kehamilan Yang Penuh Risiko

Problema kesehatan yang silih berganti sebelum dan selama kehamilan tak membuatku lelah berikhtiar demi keselamatanku dan si buah hati.

Namaku Hanny, 41 tahun. Satu hal yang tak pernah kubayangkan dalam hidup ini adalah menjalani masa kehamilan yang berliku. Berbagi masalah kesehatan mendatangiku sebelum dan selama hamil, termasuk kista ovarium dan benjolan yang mengepung payudaraku. Inilah kisahku selengkapnya…

Kehamilan itu terjadi 2 tahun silam. Aku seorang ibu rumah tangga yang bekerja. Kehamilan anak kedua ini merupakan anugerah tak disangka-sangka setelah serangkaian masalah kesehatan yang menerpaku.

Ceritanya panjang. Dulu aku memang pernah berencana memberikan adik pada Si Sulung, ketika ia berusia 6 tahun. Saat itu aku sedang menunaikan ibadah ke tanah suci.

Sepulang dari perjalanan haji, aku langsung menemui ahli kandungan dengan tujuan melepas alat kontrasepsi, sekaligus memenuhi jadwal pap smear rutin.

Namun, keinginan hamil itu tertunda, sebab tak disangka, aku terinfeksi HPV yaitu Human papillomavirus. Tak urung aku mengalami goncangan, karena aku tahu, virus ini dapat menyebabkan kanker serviks.

Baca juga: Kapan Kita Harus Melakukan Tes Pap Smear?

Dengan rasa galau yang luar biasa, aku segera menjalani pengobatan sesuai anjuran dokter agar kondisi ini tidak berkembang ke stadium yang lebih berat.

Pikiran buruk menghantui tanpa bisa kucegah. Aku takut dan merasa belum siap bila harus meninggalkan orang-orang yang kucintai. Aku belum siap meninggalkan anakku yang masih kecil. Begitu juga orangtua yang saat ini tengah membutuhkanku karena telah memasuki usia senja.

Hmm…dalam kondisi seperti itu, ternyata bukan hanya virus saja yang harus disingkirkan, namun “kuman” mellow dan “bakteri” pesimisme juga perlu dibasmi dan diobati.

Pengobatan itu berlangsung berbulan-bulan. Aku mengkonsumsi obat antivirus yang diresepkan dokter. Tentu saja harganya tidak murah. Namun, kesehatan memang sesuatu yang mahal bukan?

Selama pengobatan berlangsung, dilakukan pula pap smear lanjutan untuk mengetahui kondisi leher rahimku. Akhirnya, kabar baik pun muncul. Pada pap smear terakhir, aku dinyatakan bersih dari HPV. Setelah itu, aku segera menerima imunisasi agar terhindar dari serangan virus itu kembali.

Namun ternyata kendala lain menghampiriku….

Benjolan di payudara

Pada saat terindikasi HPV, aku disarankan untuk melepas IUD. Aku langsung menyetujuinya, karena aku memang bermaksud melepasnya untuk hamil anak kedua. Namun setelah dilepas, aku malah tidak mengalami haid selama 7 bulan.

Untuk mengembalikan siklus haid, aku disarankan untuk terapi hormon. Belum sampai satu bulan, tiba-tiba aku merasa ada benjolan yang di payudara kananku. Aku pun langsung memeriksakan diri ke ahli onkologi, dan dirujuk untuk melakukan USG mammae.

Hasil USG menunjukkan adanya 4 benjolan, walau hanya 1 benjolan yang teraba secara nyata saat melakukan gerakan SADARI. Tak sampai seminggu kemudian aku langsung menjalani operasi.

Alhamdulillah, hasil tes patologi itu sangat melegakan perasaanku. Benjolan tersebut tidak membahayakan seperti yang aku khawatirkan sebelumnya.

Operasi ambeien serta adanya kista ovarium

Tak sampai tiga bulan kemudian, aku merasa sakit di sebelah kanan bawah perutku. Aku kembali memeriksakan diri ke internis. Aku pun menjalani serangkaian pemeriksaan laboratorium dan radiologi. Hasilnya, lagi-lagi terdapat benda asing di tubuhku, yaitu kista di ovarium kanan.

Aku langsung membayangkan, betapa beratnya jika harus menjalani operasi lagi. Apalagi saat itu aku sedang mempersiapkan sidang disertasiku. Akhirnya aku menunda operasi kista ovarium.

Namun, tak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa kelelahan fisik, stres yang terabaikan, serta sembelit berkepanjangan dapat mengantarku ke meja operasi lagi. Kali ini, aku terpaksa menjalani operasi ambeien.

Menjalani masa kehamilan dengan kista di ovarium

Setelah pulih dari operasi ambeien, aku kembali meneruskan upaya pengobatan kista . Ternyata kista itu masih ada, meski aku tak lagi melakukan terapi hormon untuk kesuburan.

Padahal, aku sangat ingin hamil, mengingat usiaku yang tak lagi bisa dibilang muda.

Cukup lama aku menunggu, akhirnya anugerah itu pun datang. Aku positif hamil di bulan Februari 2013.

Kehamilan kali ini jelas berbeda dengan kehamilan pertama. Kali ini aku jauh lebih hati-hati, bukan hanya karena riwayat kesehatanku namun juga karena usiaku sudah diambang kepala 4.

Keberadaan kista di ovarium juga membuatku khawatir. Aku khawatir kista itu mengganggu perkembangan janinku. Rasa galau meningkat saat aku mengalami flek di awal-awal kehamilan.

Rutin memeriksakan diri pada masa kehamilan membuatku nyaman berakitivitas.

Rutin memeriksakan diri pada masa kehamilan membuatku nyaman berakitivitas.

Setelah triwulan pertama, kondisi fisik dan psikologisku berangsur membaik. Akupun mulai bisa menikmati masa kehamilan hingga persalinan tiba.

Cerita mitra kami
Waspada Penyakit Hepatitis Misterius, 3 Anak di DKI Jakarta Meninggal Dunia
Waspada Penyakit Hepatitis Misterius, 3 Anak di DKI Jakarta Meninggal Dunia
Tips Cerdas Hadapi New Normal, Ikuti Cara Berikut
Tips Cerdas Hadapi New Normal, Ikuti Cara Berikut
Bunda bisa jadi pahlawan melawan COVID-19, begini caranya
Bunda bisa jadi pahlawan melawan COVID-19, begini caranya
Momen Spesial S-26 Loyalty Program Mengajak Keluarga Terpilih Ke Singapura
Momen Spesial S-26 Loyalty Program Mengajak Keluarga Terpilih Ke Singapura

Berbagai ikhtifar yang kulakukan, dorongan keluarga dan kerabat, serta doa dari berbagai pihak, tentu saja menjadi penunjang bagiku.

Hal itu sangat mempengaruhi kondisi fisikku selama masa kehamilan. Aku tak pernah mengalami sakit. Aku bahkan bisa melaksanakan umroh pada saat usia kehamilan 3-4 bulan.

Puncak rasa syukur itu adalah jagoan kami yang kedua lahir, walaupun lagi-lagi melalui operasi caesar karena plasentanya menutupi jalan lahir.

Persalinan pun berjalan cepat dan  lancar. Ia lahir dengan berat badan 3 kg dan panjang 51 cm. Bagaimana mungkin aku tidak bersyukur atas hadiah indah yang dititipkanNya padaku.

Setelah janin dikeluarkan dari rahimku, suamiku dipanggil untuk mengambil keputusan sehubungan ovarium kananku yang kondisinya sudah sulit untuk diselamatkan akibat kista.

Aku pun merelakan ovariumku diangkat. Namun demikian, aku sangat bersyukur masih diberi kesempatan untuk merasakan berbagai kebahagiaan dan kenikmatan hidup. Kini tak ada lagi yang harus kulakukan selain menjalani kehidupan ini dengan sikap ikhlas, tawakal dan penuh syukur.

Penyakit yang silih berganti, ahli medis dan meja operasi sudah kuanggap seperti rekreasi. Dengan kondisi seperti ini, aku sekuat tenaga mencegah stres atapun menyesali takdir. Aku sadar,  aku jauh, sangat jauh lebih beruntung dibandingkan banyak wanita lainnya.

Pesan saya kepada Bunda, seberat apa pun kondisi kesehatan kita pada masa kehamilan, tetaplah berusaha. Selalu ada jalan terbaik untuk kita.

Kisah inspiratif ini dituturkan oleh Hanny Hafiar, seorang dosen aktif di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung.

 

 

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

img
Penulis

Liza P. Arjanto

  • Halaman Depan
  • /
  • Berita Terkini
  • /
  • Kisahku Menjalani Masa Kehamilan Yang Penuh Risiko
Bagikan:
  • Tini Djajadi- Memperjuangkan Kesetaraan Hak Penyandang Disabilitas

    Tini Djajadi- Memperjuangkan Kesetaraan Hak Penyandang Disabilitas

  • Perjuangan Seorang Bocah Bertarung Melawan Virus Toxoplasma

    Perjuangan Seorang Bocah Bertarung Melawan Virus Toxoplasma

  • Tini Djajadi- Memperjuangkan Kesetaraan Hak Penyandang Disabilitas

    Tini Djajadi- Memperjuangkan Kesetaraan Hak Penyandang Disabilitas

  • Perjuangan Seorang Bocah Bertarung Melawan Virus Toxoplasma

    Perjuangan Seorang Bocah Bertarung Melawan Virus Toxoplasma

Daftarkan email Anda sekarang untuk tahu apa kata para ahli di artikel kami!
  • Kehamilan
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Praremaja
    • Usia Sekolah
  • Parenting
    • Pernikahan
    • Berita Terkini
    • Seks
    • Keluarga
  • Kesehatan
    • Penyakit
    • Info Sehat
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Keuangan
    • Travel
    • Fashion
    • Hiburan
    • Kecantikan
    • Kebudayaan
  • Lainnya
    • TAP Komuniti
    • Beriklan Dengan Kami
    • Hubungi Kami
    • Jadilah Kontributor Kami
    • Tag Kesehatan


  • Singapore flag Singapore
  • Thailand flag Thailand
  • Indonesia flag Indonesia
  • Philippines flag Philippines
  • Malaysia flag Malaysia
  • Sri-Lanka flag Sri Lanka
  • India flag India
  • Vietnam flag Vietnam
  • Australia flag Australia
  • Japan flag Japan
  • Nigeria flag Nigeria
  • Kenya flag Kenya
© Copyright theAsianparent 2023. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan |Peta situs
  • Fitur
  • Artikel
  • Beranda
  • Jajak

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

theAsianparent heart icon
Kami ingin mengirimkan Anda informasi terbaru seputar gaya hidup.