Adalah sebuah berkat bagi manusia di dunia ini yang memiliki kadar kesuburan tinggi. Kondisi ini memudahkan seseorang untuk memiliki keturunan tanpa terlalu bersusah payah. Seperti kisah Ed Houben sang sperminator yang viral di media sosial. Kisahnya membuat Ed dinobatkan sebagai pria paling subur di dunia!
Bagaimana kisahnya?
Kisah Ed Houben Sang Sperminator
Adalah Ed Houben, seorang pria berusia 46 tahun yang dijuluki sperminator di Eropa akibat kesuburannya.
Bagaimana tidak, Ed memiliki 106 orang bayi yang tersebar di berbagai belahan dunia! Reputasinya yang terkenal sebagai pembuat bayi membuat Ed dicari banyak perempuan yang menginginkan keturunan.
Berprofesi sebagai pemandu wisata di Maastricht, Belanda, Ed tidak berhubungan seks dengan banyak perempuan. Ia secara aktif menjadi pendonor sperma paling produktif di daratan Eropa.
Houben pertama kali menyumbangkan spermanya ketika berumur 18 tahun. Kala itu, ia mengenal pasangan tua yang sangat mengharapkan kehadiran anak. Setelah memikirkan dengan matang, Houben memutuskan tak ada salahnya membantu.
“Mereka mengatakan mereka mencoba hamil selama 10 tahun dan itu mengejutkan saya. Saya pikir orang yang baik selalu memiliki anak. Saya pikir mungkin saya bisa membantunya, tapi saya terlalu malu menawarkannya saat itu,” tuturnya.
Kisah ini tak dinyana berlanjut pada keputusan besar. Sebelas tahun setelahnya, Houben memberanikan diri menelepon Bank Sperma di Academic Hospital, Maastricht. Di sana Houben aktif mendonorkan spermanya di bawah perawatan Dr Gerard Dunselman. Sejak 1999 hingga 2005, terhitung Houben mendonor sebanyak 25 kali dan semuanya anonim sebagai permintaan khusus rumah sakit.
“Semakin banyak Anda mengeluarkannya (sperma), maka semakin banyak yang akan Anda dapatkan,” jelasnya secara gamblang mengutip The New York Post. Dengan konsisten, Houben selalu siap sedia memberikan spermanya. Ia menuturkan, semuanya dilakukan untuk semata berbuat baik.
“Saya memiliki anak-anak di Australia, Israel, Kanada, Austria, Jerman, Belgia, Prancis, Luksemburg, Italia, Inggris kemungkinan ada juga,” sambungnya.
Houben sendiri tumbuh dan dibesarkan dalam sebuah keluarga menengah ke bawah. Ia merupakan bungsu dari enam bersaudara. Bahkan, kelahiran Houben awalnya tidak direncanakan oleh kedua orangtuanya.
“Kata ibu saya, ‘Oh saya lupa minum pil KB selama dua hari dan kemudian kami memiliki kamu’,” kenang Houben.
Hal ini rupanya menjadi motivasi tersendiri. Saat itu, permintaan donor sperma rupanya sudah meningkat di rumah sakit yang aktif menerima sperma Houben. Houben pun mulai melirik klinik lain di Belanda dan tidak cemas dengan konsekuensinya.
“Dokter dan saya menjadi teman baik dan saya berkata, `Apakah saya harus berhenti? Apakah ada semacam bahaya genetik,” jelas Houben. Namun dokter meyakinkan dengan populasi 15 juta, ia bisa menjadi ayah dari 500 anak di Belanda.
Beralih ke Ranah Lebih Pribadi
Menjadi donor sperma untuk menolong, Houben rupanya tak berpuas diri. Ia memutuskan ingin mencoba sesuatu yang lebih pribadi, yakni berhubungan intim secara langsung dengan perempuan yang membutuhkan jasanya.
Houben mulai membuat iklan di situs web dan mengatakan dirinya bisa menghasilkan sperma bagi pasangan yang tengah berjuang untuk hamil. Houben melakukan cara ini dengan prosedur medis. Dengan begitu, pemesannya kelak dapat memasukkan sperma di kediaman masing-masing menggunakan alat.
Hingga suatu hari, pasangan meminta Houben untuk memberikan sperma pada sang istri dengan metode alami. Mulanya Houben ragu, namun setelah mempertimbangkan selama 15 menit pria ini pun setuju untuk berhubungan intim dengan istri kliennya tersebut.
Keputusan ini sontak membuat jasa Houben kian melambung. Secara gratis ia berhubungan dengan perempuan lajang yang ingin memiliki anak namun tidak ingin menikah. Ini juga berlaku untuk istri yang memiliki masalah kesuburan dan sulit memiliki keturunan.
Sampai sekarang, tingkat keberhasilan Houben 80% dalam membuat seorang perempuan hamil. Sekitar dua pertiga anak-anak Ed dikandung “secara alami”, sedangkan lainnya melalui inseminasi buatan. Selaininseminasi buatan atau Artificial Insemination (ICI and IUI), mendonorkan sperma dilakukan dengan cara Superovulasi & Inseminasi intrauterin serta bayi tabung.
Houben mengatakan, berhubungan seks dengannya tak diperlukan. Tapi, ia bersikeras itu yang paling dianjurkan.
“Rata-rata dengan saya, inseminasi buatan membutuhkan waktu satu sampai 12 bulan, tapi cara alami membutuhkan waktu satu sampai tiga siklus,” ujarnya. Kendati demikian, Houben menjalani tes STD rutin setiap enam bulan. Ia pun menjadi lebih selektif terhadap perempuan yang meminta bantuannya.
Setelah menggunakan jasa Houben, umumnya pasangan atau perempuan tak lagi menghubungi Ed. Alasannya jelas, pasangan tersebut tidak ingin Ed terlibat lebih banyak dalam kehidupan anak-anak mereka.
Kebijakan ini membuatnya tidak membuat kontrak perihal hak asuh anak atau tuntutan lainnya. Sehingga jasa ini membuat Ed aman dari keinginan seseorang menggugat tunjangan anak pada dirinya.
Meskipun sudah memiliki banyak anak dan jumlahnya pasti meningkat seiring Ed menyumbangkan spermanya, ia menuturkan sebuah keinginan terpendam.
Meskipun sudah memiliki begitu banyak anak (dan jumlahnya akan terus meningkat ketika dia terus menyumbangkan spermanya), Ed memiliki harapan untuk menetap dan memiliki keluarga sendiri suatu hari nanti.
Lebih lanjut, Houben tidak memiliki dokumen resmi atas tindakan yang dilakukannya. Dia merasa cukup dilindungi oleh hukum Belanda dan orang-orang berkualitas yang telah memilihnya.
Baca juga:
Viral! Pesta Seks Demi Anak Blasteran, Pengakuan Ekspat Ini Bikin Heboh
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.