Khutbah merupakan salah satu bagian atau rukun pelaksanaan salat Idul Fitri. Biasanya kita akan menjumpai sesi mendengarkan khutbah yang disampaikan khatib usai melaksanakan dua rakaat salat. Materi yang disampaikan pun beragam, seperti khutbah Idul Fitri bertema pendidikan agama dalam keluarga serta tips membentuk anak shalih dan shalihah seperti berikut ini.
Contoh Teks Khutbah Idul Fitri
Memaknai Semangat Ramadan
Jama’ah rahimakumullah
Tanpa terasa, bulan Suci Ramadan telah kita lalui. Maka sampailah kita hari ini di hari kemenangan, Hari Raya Idul Fitri.
Hari raya Idul Fitri merupakan puncak dari pelaksanaan ibadah puasa. Harapannya, kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya setelah satu bulan melaksanakan berbagai amalan di bulan Ramadan. Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun dengan berakhirnya puasa Ramadan, bukan berarti kita mengendorkan kualitas dan kuantitas ibadah kepada Allah. Sebaliknya, semangat Ramadan sepatutnya terus kita bawa dalam keseharian keluarga.
Kunci Pendidikan Keluarga Sakinah
Jama’ah Rahimakumullah
Salah satu kunci membina keluarga sakinah adalah dengan mendidik anak menjadi anak yang shalih dan shalihah. Tentu kita menginginkan anak-anak kita menjadi orang yang taat beragama yang sukses bahagia dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman:
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Artinya : Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. (An-Nisa: 9)
Sebagai orangtua, kita tidak hanya mementingkan perkembangan anak dari segi intelektual, fisik dan ekonomi semata, kita pun harus memperhatikan perkembangan keimanan. Orangtua wajib memenuhi kebutuhan pendidikan agama anak.
Orangtua Wajib Memberi Contoh
Jama’ah rahimakumullah
Anak-anak adalah peniru ulung, mereka menyerap pengetahuan dan sikap dari orang dewasa di sekitarnya. Maka jika ingin anak tumbuh menjadi pribadi yang baik, berilah mereka contoh terbaik.
Jika orangtua ingin anak rajin melaksanakan ibadah salat misalnya, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah orangtua harus menjadi sosok yang rajin beribadah terlebih dahulu. Bukan sekadar memberi perintah dan ancaman kepada anak-anak.
Mengajarkan anak dengan cara penuh kasih sayang adalah yang utama. Sebaliknya, mendidik mereka dengan kekerasan bukanlah tindakan yang bijaksana.
Sebagai orangtua yang bijaksana, mesti memperhatikan langkah-langkah yang harus ditempuh melahirkan anak yang shalih. Ada beberapa langkah membantu mewujudkan harapan tersebut.
Opini atau persepsi orangtua tentang anak shalih tersebut harus benar-benar sesuai dengan kehendak Islam berdasarkan AL-Quran dan Sunnah, Rasulullah bersabda:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Ciri Anak Shalih
Dalam hadist ini jelas disebutkan ciri-ciri anak yang shalih adalah anak yang selalu mendoakan kedua orangtuanya. Anak sedari kecil dibiasakan dan terdidik dalam melaksanakan kebaikan-kebaikan, melaksanakan perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-larangan Nya.
Anak shalih adalah anak yang tumbuh dalam naungan Dien-Nya, maka mustahil anak mendoakan orangtuanya jika anak tersebut jauh dari perintah-perintah Allah.
Dalam hadits ini dijelaskan tentang keuntungan memiliki anak yang shalih yaitu amalan-amalan mereka senantiasa berkorelasi dengan kedua orangtuanya walaupun sang orangtua telah wafat.
Jika sang anak melakukan kebaikan atau mendoakan orangtuanya maka amal dari kebaikannya juga merupakan amal orangtuanya dan doanya akan segera terkabul oleh Allah SWT.
Jadi jelaslah bagi kita akan gambaran anak yang shalih yaitu anak yang taat kepada Allah SWT. Menjauhi larangan-larang Nya, selalu mendoakan orang tuanya dan selalu melaksanakan kebaikan-kebaikan.
Menciptakan lingkungan yang Kondusif Membentuk Anak yang Shalih
Lingkungan merupakan tempat dimana manusia melaksanakan aktifitas-aktifitasnya. Secara mikro lingkungan dibagi dalam tiga bagian, yaitu:
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan sebuah institusi kecil dimana anak mengawali masa-masa pertumbuhannya. Keluarga juga merupakan madrasah bagi sang anak. Pendidik yang didapatkan merupakan pondasi baginya dalam pembangunan awal kepribadian dan karakternya.
Jamaah Rahimakhumullah
Jika anak dalam dalam keluarga senantiasa terdidik dalam warna keislaman, maka kepribadiannya akan terbentuk dengan warna keislaman tersebut, begitupun sebaliknya.
Seorang anak yang terlahir dalam keadaan fitrah, kemudian orangtuanyalah yang mewarnainya, Ibu merupakan madrasah pertama untuk anak-anaknya. Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” (HR. Al-Bukhari)
Untuk itu saat-saat awal anak mengalami pertumbuhan dengan cara menanamkan dalam jiwa anak kecintaannya kepada Allah dan Rasulnya, sehingga ketika anak berhadapan dengan lingkungan lain, anak memiliki daya resistensi yang dapat menangkal setiap pengaruh negatif yang akan merusak dirinya.
Oleh karena itu, selaku orangtua yang bijaksana dalam berinteraksi dengan anak. Memperlihatkan sikap yang baik dan menjadi teladan bagi anak-anak sehingga mudah meniru dan mempraktikkan sifat-sifat orangtuanya.
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah lingkungan anak-anak berkumpul bersama teman-temannya yang sebaya. Belajar, bermain dan bercanda adalah kegiatan rutin mereka di sekolah. Sekolah juga merupakan sarana yang cukup efektif dalam membentuk watak dan karakter anak.
Di sekolah anak-anak akan saling mempengaruhi sesuai watak dan karakter yang diperolehnya dalam keluarga mereka. Anak yang terdidik secara baik dirumah tentu akan memberi pengaruh yang positif terhadap teman-temannya, begitupun sebaliknya.
Kualitas intelektual dan moral keagamaan tenaga pengajar serta kurikulum yang dipakai di sekolah termasuk faktor yang sangat menentukan kualitas muridnya.
Oleh sebab itu orangtua seharusnya mampu melihat secara cermat sekolah yang pantas bagi anak-anak. Karena itu sekolah yang memiliki keseimbangan kurikulum antara pelajaran umum dan agama akan lebih mampu memberi jaminan bagi anak didiknya.
3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat adalah komunitas yang terbesar dibandingkan dengan lingkungan lainnya. Karena itu pengaruh yang ditimbulkannya dalam merubah watak watak dan karakter anak jauh lebih besar.
Masyarakat yang mayoritas anggotanya hidup dalam kemaksiatan akan sangat mempengaruhi perubahan watak anak ke arah yang negatif. Dalam masyarakat seperti ini akan tumbuh berbagai masalah dalam merusak ketenangan, kedamaian, dan ketentraman.
Anak yang telah dididik secara baik dapat saja tercemari oleh lingkungannya. Oleh karena itu untuk dapat mempertahankan kualitas yang terdidik secara baik dalam keluarga maupun sekolah, kita perlu bersama-sama menciptakan lingkungan masyarakat yang baik dan kondusif bagi anak.
Jika setiap orang merasa tidak memiliki tanggung jawab dalam hal beramar ma’ruf nahi munkar, maka segala kemungkaran bermunculan dan merajalela di tengah masyarakat kita dan lambat laun akan menimpa putra- putri kita.
Padahal kedudukan kita sebagai masyarakat dapat tercapai jika setiap individu muslim secara konsisten menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, karena Allah SWT berfirman:
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
Artinya: Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran : 104)
Untuk itu di akhir khutbah ini marilah kita sama-sama merasa peduli terhadap kelangsungan hidup generasi kita, semoga dengan kepedulian kita itulah Allah SWT akan senantiasa menurunkan pertolonganNya kepada kita. Marilah kita berdoa kepada Allah SWT:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
Artinya:
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakan perhitungan (hari Kiamat). Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.
****
Parents, itulah tadi contoh khutbah Idul Fitri dengan tan keluarga. Semoga informasi ini bermanfaat, ya.
Referensi: Khutbah Jum’at Pilihan Setahun, Serial Buku Darul Hqa ke 58, 2002
Baca juga:
Tata Cara Shalat Idulfitri, Lengkap dengan Bacaan Niat dan Doa
MUI keluarkan fatwa shalat Idul Fitri di rumah saat pandemi, ini aturannya!
5 Pengeluaran Jelang Hari Raya Idul Fitri yang Sering Bikin 'Kanker'
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.