Kepercayaan merupakan salah satu pondasi yang penting dalam menjalani hubungan, baik sejak masa penjajakan hingga pernikahan. Bagi sebagian pasangan, komitmen yang telah dirusak akan membuat ia lebih sulit untuk memercayai pasangannya kembali. Perasaan khawatir diselingkuhi misalnya, bisa saja muncul bila pasangan memiliki riwayat berselingkuh sebelumnya.
Seperti halnya yang dialami oleh seorang Bunda pembaca TheAsianparent berikut ini yang tengah berada dalam kondisi hamil. Ia dan sang suami menjalani Long Distance Marriage (LDM) atau pernikahan jarak jauh karena tuntutan pekerjaan suami.
Dalam prosesnya, rasa khawatir kerap ia rasakan. Bukan tanpa alasan, sang suami dahulu pernah mengkhianatinya sewaktu masa pacaran dahulu. Begini curahan hatinya, Bun.
Khawatir diselingkuhi saat LDM
Sang Bunda bercerita bahwa ia bertengkar dengan suami karena suatu hal. Namun, rasa khawatir yang terlanjur ia rasakan membuat emosi pun muncul.
“Bun, maaf mau curhat.
Jadi gini bun saya sama suami lagi LDR karena tuntutan kerja suami. Semalem kami berantem gara-gara saya ngerasa dia gak mau nemenin saya chatingan, katanya sih lagi nongkrong sama temennya di teras kos dan HP-nya lagi dicharger.
Sewaktu itu saya marah banget sama dia 1 jam lebih gak bales chat. Saya kayak gini karena dulu pernah 3 bulan sebelum nikah kita juga LDR, dia janji bakal jaga hubungan kita, janji gak macam-macam malah dia video call-an sama mantannya jam setengah 7 pagi bun. Padahal kalo saya telfon jam segitu dimarahin sama dia.
Keadaan saat itu dia lagi marah gak jelas sama saya, jadi dia video callan mantannya. Saya kalau udah percaya dan sekali dibohongi seterusnya gak bakalan percaya lagi.
Artikel Terkait : “Janinku hanya bertahan 11 minggu, aku merasa gagal,” curahan hati ibu keguguran
Mencoba untuk berbaikan dengan sang suami
Untuk yang bertengkar semalem saya cuma takut kejadian sebelum nikah terulang lagi, apalagi saya lagi hamil 26 minggu. Setelah saya marah-marah ke dia, dia langsung blok semua kontak aku bun.
Malah sekarang saya gak tau gimana kabar dia. Tinggal 4 hari lagi dia ultah. Saya bingung bun. Sya inbox dia di Facebook sambil minta maaf malah gak di gubris.
Saya harus gimana ya Bun, supaya dia adem lagi hatinya dan perhatian ke anak yang ada di kandungan ini lagi, Bun. Setiap saat nangis terus saya, Bun. Takut kandungan saya kenapa-kenapa kalau saya stres dan sedih.
Mohon pencerahannya Bun.”
Artikel Terkait : Benarkah suami penyebab stres ibu dua kali lipat dibandingkan anak? Suami wajib tahu!
Cara mengatasi rasa khawatir dan takut diselingkuhi
Rasa khawatir yang dialami karena pengalaman tak menyenangkan di masa lalu seperti diselingkuhi, tentunya wajar adanya. Terkait dengan hal tersebut, Amanda Major, seorang konselor pernikahan mengungkapkan penelitian menarik.
Penelitian pada 2014 menemukan bahwa dari 5.000 orang responden, hanya sekitar 33% yang memiliki anggapan bahwa sebuah hubungan masih bisa berjalan baik setelah adanya perselingkuhan.
Padahal, 94% konselor memercayai bahwa hubungan yang pernah mengalami intrik perselingkuhan masih bisa diselamatkan dan pulih kembali.
Pasangan memang hendaknya harus saling bekerja keras untuk mengatasi hal ini. Mereka yang pernah berselingkuh hendaknya bisa menjaga kepercayaan pasangannya, dibuktikan dengan sikap dan perbuatan.
Sementara orang yang diselingkuhi hendaknya bisa berlapang dada menerima masa lalu serta memberikan kepercayaan pada pasangannya.
Hal ini tentu bulan hal mudah, terlebih bagi orang yang menjadi korban perselingkuhan, seperti kasus Bunda di atas.
Kendati demikian, kita sebaiknya tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan dan terlalu merasa khawatir diselingkuhi kembali.
Untuk mengatasi hal ini, salah satu kuncinya ialah berkomunikasi dengan pasangan. Dalam menyampaikan rasa kekhawatiran, sebaiknya lakukan dengan komunikasi yang efektif.
Pilih waktu yang tepat untuk membahasnya. Jangan sampai, Anda maupun pasangan sedang tidak mood mengobrol topik yang berat seperti perselingkuhan hingga malah berujung pertengkaran.
Terlebih bila Anda menjalani hubungan jarak jauh, tentunya membutuhkan saling pengertian karena keterbatasan waktu berkomunikasi. Pasangan hendaknya bisa saling memahami kekhawatiran satu sama lain dan membicarakannya tanpa emosi.
Bila memang dirasa masalah ini tidak bisa ditangani dengan baik, tak ada salahnya meminta bantuan mediasi konselor pernikahan atau orang yang Anda percaya bisa membantu masalah pernikahan kalian.
***
Parents punya kisah menarik seputar kehidupan berkeluarga? Yuk bagikan di Aplikasi TheAsianparent Indonesia.
Baca Juga :
Miris! Ibu ini mendapati suaminya menikah lagi melalui foto di Instagram
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.