Meski protein sangat dibutuhkan tubuh, terlalu banyak mengonsumsi ternyata menyebabkan masalah kesehatan, lho. Kelebihan protein diketahui bisa meningkatkan risiko beberapa penyakit.
Protein diperlukan tubuh untuk membangun dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Baik berfungsi membuat enzim, hormon, dan bahan kimia tubuh lainnya, serta membangun tulang, otot, tulang rawan, kulit, dan darah.
Karena itu, setiap orang disarankan untuk mengonsumsi protein setiap hari dengan jumlah yang disarankan. Jumlah tentu saja berbeda-beda, tergantung usia dan jenis kelamin.
Mengutip dari Alodokter, berikut jumlah asupan protein yang dibutuhkan tubuh per hari:
- Usia 1 – 3 tahun = sekitar 14,5 gram
- Usia 4 – 6 tahun = 19,7 gram
- 7 – 10 tahun = 28,3 gram
- Anak laki-laki 11 – 14 tahun = 42,1 gram
- Anak perempuan = 41,2 gram
- Remaja laki-laki 15 – 18 tahun = 55,2 gram
- Remaja perempuan 15 – 18 tahun = 45 gram
- Laki-laki 19 – 50 tahun = 55,5 gram
- Perempuan 19 – 50 tahun = 45 gram
- Laki-laki 51 tahun ke atas = 53,3 gram
- Perempuan 51 tahun ke atas = 46,5 gram
- Ibu hamil = 51 gram
- Ibu menyusui = 53-56 gram
Asupan protein ini bisa saja lebih tinggi, tergantung dengan aktivitas fisik dan kondisi kesehatan seseorang. Misalnya, atlet, pekerja berat, atau seseorang yang baru pulih dari sakit membutuhkan asupan protein yang lebih banyak.
Artikel terkait: Virus corona bisa ditularkan melalui pakaian? Ini kata peneliti
Kondisi tubuh bila kelebihan protein pada tubuh
1. Kenaikan berat badan
Diet tinggi protein memang bisa menurunkan berat badan. Namun hanya bersifat jangka pendek.
Mengonsumsi asupan protein berlebihan dalam waktu yang lama justru akan menambah berat badan. Pasalnya, protein yang menumpuk akan disimpan sebagai lemak, sedangkan kelebihan asam amino diekskresikan.
Kondisi ini dapat menyebabkan kenaikan berat badan dari waktu ke waktu, terutama jika Anda mengonsumsi terlalu banyak kalori saat meningkatkan asupan protein.
2. Bau mulut
Makan protein dalam jumlah besar dapat menyebabkan bau mulut, apalagi jiba Anda juga mengurangi asupan karbohidrat.
Menurut sebuah penelitian, 40 persen peserta melaporkan bau mulut saat makan terlalu banyak protein. Hal ini mungkin dialami karena tubuh masuk ke dalam keadaan metabolisme yang disebut ketosis. Ketosis adalah proses alami tubuh saat kekurangan karbohidrat untuk dibakar menjadi energi. Sehingga tubuh membakar lemak untuk menghasilkan energi.
Proses ketosis ini menghasilkan bahan kimia yang mengeluarkan bau tak sedap.
Untuk menghilangkan bau mulut, tidak cukup hanya menyikat gigi dan melakukan dental flos saja. Caranya, bisa dengan memastikan dengan mengonsumsi banyak air mineral dan mengunyah permen karet.
3. Sembelit
Dalam studi yang sama, 44 persen peserta melaporkan mengalami konstipasi alias sembelit. Biasanya seseorang yang banyak mengonsumsi protein, tapi sedikit mengonsumsi karboohidrat akan kekurangan serat untuk mencerna kotoran di dalam tubuh.
Cobalah perbanyak minum air putih dan makan buah-buahan berserat untuk membantu mencegah sembelit.
4. Diare
Makan terlalu banyak produk susu atau makanan olahan, ditambah dengan kurangnya asupan serat, dapat menyebabkan diare.
Untuk menghindarinya, perbanyaklah minun air, hindari minuman berkafein, batasi makanan yang digoreng dan hindari konsumsi lemak berlebih, serta tingkatkan asupan serat dari buah-buahan.
5. Kelelahan ekstrim
Tubuh bisa menghasilkan amonia (produk limbah) ketika memecah protein. Di dalam organ hati, amonia diubah menjadi zat kimia yang disebut urea. Umumnya, urea ini akan dibuang tubuh melalui urin.
Namun, pada kondisi kesehatan tertentu, seperti gagal ginjal atau gagal hati, urea tidak bisa dikeluarkan hingga menyebabkan masalah seperti kelelahan ekstrim, koma, bahkan kematian.
Risiko bila kelebihan protein terus terjadi
Bila kondisi kelebihan protein terus terjadi, ada beberapa komplikasi yang mungkin bisa dialami, yaitu:
- Risiko penyakit jantung: Mengonsumsi protein yang berasal dari daging merah, produk olahan susu berlemak dapat meningkatkan risiko jantung.
- Kerusakan ginjal: Mengonsumsi protein berlebih, apalagi jika disertai dengan membatasi asupan karbohidrat, dapat menyebabkan penumpukan keton hingga membahayakan ginjal.
- Meningkatkan risiko kanker: Menurut sebuah studi menunjukkan bahwa diet tinggi protein tertentu terutama yang berasal dari daging merah juga diketahui dapat meningkatkan kanker kolorektal, payudara, dan prostat. Namun, para ilmuan percaya ini bisa disebabkan karena hormon, senyawa karsinogenik, dan lemak yang ditemukan dalam daging.
- Kekurangan kalsium: Diduga, kelebihan protein juga dapat membuang kalsium melalui urin. Selain itu, saat tubuh kelebihan protein itu tubuh akan memproduksi sulfat. Sulfat tersebut menyebabkan kalsium terlepas dari tulang. Dan seperti kita tahu, kekurangan kalsium dapat menyebabkan osteoporosis.
Perlu diingat, tanda di atas juga bisa disebabkan oleh masalah kesehatan lain. Karena itu, pastikan Anda mengonsumsi protein sesuai yang direkomendasikan. Jangan lupa untuk menyeimbangkan asupan nutrisi lainnya.
***
Referensi: Alodokter, Healthline
Baca juga
Jangan Abaikan! 4 Penyakit Ini Berisiko Dialami si Kecil Jika Kekurangan Protein
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.